Share

Bab 2

"Verlyn, apa kau sudah siap? Ingat janjimu hari ini!" teriak Kaze dari lantai bawah.

Verlyn menatap sayu ke arah langit-langit kamarnya yang berwarna ungu lavender dan melihat jam yang berada di atas nakas sebelah kasurnya. Jam menunjukkan pukul 08.40 AM yang membuat Verlyn membelalakkan matanya setelah melihat jam

"Bagaimana aku bisa bangun setelat ini! Janji temu yang ayah beritahu adalah jam 09.00 pagi! Arghh, 'shibal'!" Verlyn segera bangun untuk mengambil handuk dan segera pergi mandi.

Selesai mandi, Verlyn langsung bersiap dan memilih pakaian asal-asalan karena dia merasa tidak ada waktu untuk memilih pakaian di saat ini. Setelah berpakaian, Verlyn menyempatkan dirinya untuk berhias diri di bantu oleh salah satu pelayan rumahnya, Sofia untuk mengeringkan rambutnya.

"Sudah selesai, Nona! Semoga pertemuannya lancar!" ujar Sofia menyemangati.

Verlyn menghela nafas, dia bangkit dan bercermin untuk melihat penampilannya hari ini. Kemeja lengan panjang berwarna putih dengan jas dan celana katun panjang berwarna hitam yang membuat penampilannya terlihat elegan dan berwibawa.

Dia berbalik dan menghadap ke arah Sofia. "Sofia, apa menurutmu pakaianku sekarang ini terlalu–formal?"

Sofia menatap Verlyn dari ujung rambut sampai ujung kaki dan menggeleng. "Pakaian yang nona sudah bagus! Nona terlihat cantik dan berwibawa! Nona Verlyn pasti menjadi yang tercantik di luar sana!" puji Sofia senang.

Verlyn menatap kembali dirinya di pantulan cermin sebentar dan membuka lemari di sebelah cermin untuk mengambil tas selempang hitam miliknya. Dia memasukkan ponsel, air pods dan beberapa alat make up dan juga parfum ke dalam tas tersebut dan memakai sepatu high heels pantofel berwarna hitam.

"Verlyn! Kau sudah siap? Sebentar lagi kau akan berangkat!" teriak Kaze lagi dari bawah.

"I–iya, Ayah! Aku segera turun!" balas Verlyn.

Dia kembali bercermin lagi untuk memakai kalung permata berbentuk hati kecil berwarna ungu muda yang diberi oleh Kaze dan Caroline sebagai hadiah setelah dia lulus kuliah. Verlyn menatap dirinya di cermin dan tiba-tiba merasa tidak percaya diri dengan penampilannya. "Sofia, apa menurutmu lebih baik aku berganti pakaian saja?"

Sofia menggeleng dan mendorong Verlyn untuk melangkah keluar dari kamar. "Tidak ada waktu lagi, Nona. Tuan Presdir sudah memanggil-manggil Nona dari tadi, ayo!"

"Sabar, Sofia!" Verlyn menutup kembali pintu kamarnya dan turun perlahan diikuti oleh Sofia di belakangnya. 'Mengapa rasanya gugup seperti sudah lama tidak bertemu dengan seseorang, ya? Padahal aku belum pernah bertemu dengannya sama sekali.'

Sesampainya di lantai bawah, Verlyn melihat Caroline dan Selvania sedang berbincang dan Delcina sedang bermain dengan Ace di ruang tamu. Belum sempat menyapa mereka, Verlyn sudah di panggil lagi oleh Kaze.

Verlyn buru-buru melangkah pergi keluar rumah dan sebelum sampai ke pintu, Caroline memanggilnya. "Verlyn, jangan lupa sarapan!"

Verlyn menghentikan langkahnya dan menoleh. "Aku akan makan di luar, Ibu. Aku harus berangkat sekarang!"

"Bangun telat lagi lah–tu," ejek Ace.

"Cih." Verlyn memandang Ace kesal dan langsung melangkah keluar dari rumah. "Aku pergi, selamat tinggal!"

Delcina melambaikan tangannya kepada Verlyn dan dia membalas lambaian tangannya itu. Setelah sampai di luar, sudah ada Kaze dan beberapa pria tinggi yang menggunakan setelan jas dan kacamata hitam untuk menjadi pengawal yang akan menemani perjalanan Verlyn nanti menuju perusahaan Vyntie.

Kaze menoleh ke arah Verlyn yang sedang menuruni tangga dan menghela nafas. "Hilangkan kebiasaanmu bangun telat seperti ini, Verlyn."

"Bukan telat Ayah, aku hanya lama bersiap saja," bela Verlyn sembari melangkah masuk ke dalam mobil.

Kaze hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah anak perempuannya itu dan berbincang sebentar dengan salah satu pria yang akan menjadi pengawal untuk menjaga anaknya. Verlyn menurunkan salah satu jendela mobil dan menoleh ke arah Kaze.

"Ayah, bukannya hari ini adalah hari libur Ayah?" tanya Verlyn.

Kaze bersalaman dengan pria tersebut dan menghampiri Verlyn. "Ayah ada rapat di perusahaan Selfran nanti," jawab Kaze singkat.

Mobil yang Verlyn naiki mulai menyala, para pengawal sudah bersiap menaiki kendaraan mereka. Dua pengawal mengendarai motor ninja mereka masing-masing yang berwarna hitam, dan dua pengawal lainnya menaiki mobil yang sama berada di belakang mobil yang Verlyn naiki.

"Aku beri kepercayaan kepada kalian untuk menjaga putriku," ujar Kaze.

"Di mengerti, Tuan Presdir!" balas para pengawal tegas.

Mobil mulai berjalan, Verlyn tidak lupa melambaikan tangan kepada Kaze. "Aku pergi, dadah–Ayah!"

Kaze mengangguk dan terus memperhatikan mobil yang Verlyn naiki hingga tak terlihat dari pandangannya.

Di jalan, Verlyn melihat pemandangan dari dalam mobil dan memikirkan apa yang harus di bicarakan dengan Kayn di pertemuan nanti.

"Mahar? Acara pernikahan? Mau anak berapa? Apa ya topik yang–cocok," gumam Verlyn.

"Nona, apa ada yang menganggu perasaan Nona sekarang?" tanya supir yang mengendarai mobil Verlyn.

Verlyn langsung menggelengkan kepalanya. "Ah–tidak kok, Pak Rian. Aku hanya memikirkan hal yang tidak berguna saja," jawab Verlyn.

"Jika Nona butuh sesuatu, katakan saja kepada saya," ujar Pak Rian santai.

Verlyn mengangguk dan kembali melihat pemandangan. 'Dia orang seperti apa, ya?'

*

"Ayah, aku akan pergi sekarang ke perusahaan," ujar Kayn, pria tinggi dengan rambut berwarna hitam dan bola mata berwarna biru navi itu hendak melangkah keluar rumah.

"Ya, jangan lupa janjimu untuk bertemu dengan calon tunanganmu," balas Khalix, seorang pria berkacamata dengan rambut dan warna mata yang sama seperti Kayn tengah menatap layar laptopnya sembari duduk di atas sofa ruang tamu.

Kayn sontak menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Khalix. "Maksud, Ayah? Tunangan? Sejak kapan aku memiliki–tunangan?" tanya Kayn bingung.

Khalix melepas kacamatanya dan menoleh ke arah Kayn. "Apa Ayah belum mengatakannya? Akan Ayah katakan sekarang."

Khalix bangkit dan menghampiri Kayn yang sedari tadi terdiam di dekat pintu keluar. "Apa kau ingat pembicaraan tentang perjodohanmu dengan anak Presdir Kaze, pemilik perusahaan Kizen?"

Kayn berusaha mengingat-ingat dan mengangguk. "Bukannya dia sudah menolak perjodohan ini? Lalu menga–"

"Kemarin Ayah mendapat kabar bahwa anaknya sudah menyetujui perjodohan ini, Tuan Presdir Kaze telah membuat janji pertemuan dan hari ini kau akan bertemu dengannya," potong Khalix.

"Kenapa Ayah tidak bertanya kepadaku terlebih dulu? Ini tidak adil, Ayah!" Kayn kesal karena Khalix baru memberitahunya sekarang.

Janjinya bertemu dengan Sellina, kekasih–Kayn bisa batal karena janji pertemuan yang mendadak ini. 'Sellina akan marah jika aku membatalkan janjinya lagi.'

"Mengapa kau kesal? Kau tidak memiliki janji dengan seseorang hari–ini, kan?" tanya Khalix memastikan.

Kayn terdiam sebentar dan menggeleng. "Tidak, Ayah."

Khalix menepuk pelan pundak Kayn dan menatapnya dengan tajam. "Kau tahu kan, Ayah tidak pernah mengajarimu untuk berbohong?"

Kayn mengangguk. "Jika berbohong, maka orang itu tidak pantas menjadi seorang pemimpin."

Khalix tersenyum dan kembali bertanya. "Jadi, apa hari ini kau akan berbohong lagi, Nak?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status