Satu jam kemudian Joel tiba di restoran, dan dia mendesah ketika melihat Georgina sudah ada di sana. Joel menarik kursi dan dia duduk berhadapan dengan Gina. “Ada apa?” dia bertanya tanpa basa basi, seolah-olah bertemu dengan Gina hanya akan membuang waktu berharganya.
“Duduklah sebentar!” balas Gina, masih mencoba kuat meski dia sakit karena sikap dingin Joel.
Joel mendesah ketika dia duduk, dan dia menatap Gina dengan sorot mata dingin. “Aku tidak akan mau berbicara jika kamu masih menginginkan pernikahan dariku. Aku sudah mencintai wanita lain dan aku tidak mungkin menikah denganmu. Aku menyukaimu tapi bukan berarti aku harus menikah denganmu. Aku menganggapmu sebagai saudara karena kita sudah berteman sejak kecil.”
Deg!
Hati Georgina patah lagi sebelum dia memberi tahu kehamilannya. Awalnya dia ingin memberi tahu Joel tentang kehamilannya tetapi mendadak dia ragu.
“Cepat katakan, Gina! Aku harus pulang dan memberi tahu orangtuaku tentang pembatalan pertunangan kita. Aku tidak peduli meskipun mereka akan marah. Aku akan memperjuangkan cintaku di depan mereka.”
Rasanya percuma untuk memberi tahu Joel tentang kehamilannya. Joel benar-benar terpikat dengan wanita lain dan dia tidak menginginkannya lagi. Dengan berat hati, akhirnya Gina memutuskan untuk merahasiakan kehamilannya. “Selamat, Jo. Aku senang mendengarnya. Aku yakin orangtuamu akan memahami keinginanmu.”
Joel terdiam sebentar, terkejut ketika Georgina menyerah dengan begitu mudah. “Lalu, untuk apa kamu mengajakku bertemu?” tanya Joel kemudian.
Gina menggigit bibir bawahnya, dia harus memutar otak untuk mencari jawaban yang tepat. “Aku akan kembali ke Italia. Perusahaan di sana memintaku untuk kembali dan aku menyetujuinya.”
Joel mengehela napas berat, kemudian dia tersenyum. “Ini berita yang sangat bagus, Gina. Aku senang mendengarnya. Aku yakin kamu akan mendapatkan cinta sejatimu di sana.”
“Terima kasih untuk doanya. Aku hanya ingin menikmati makan malam yang baik denganmu. Bisakah kamu melakukannya untukku?”
Joel tersenyum dan dia mengangguk. “Tentu saja. Kita sudah berteman baik dan rasanya canggung jika kita bermusuhan terlalu lama.” Sikap Joel kembali manis setelah Gina mengalah untuknya.
Hampir dua jam berada di restoran, akhirnya mereka memutuskan untuk pulang. “Kapan kamu berangkat?” tanya Joel sebelum Gina masuk ke dalam mobil.
“Secepatnya,” jawab Georgina sebelum masuk ke dalam mobilnya.
“Aku akan mengantarmu ke bandara.”
“Tidak perlu, Jo! Aku tidak mau mengganggu calon suami wanita lain. Tapi kalau boleh, aku hanya ingin meminta pelukan terakhir darimu.”
Joel tersenyum dan dia tidak keberatan untuk memeluk Gina. “Kamu pasti akan bahagia di sana. Terima kasih untuk semuanya.”
Georgina masuk ke mobilnya, dan dia membawa kendaraan roda empat itu pergi dari sana. Dia harus membicarakan rencananya dengan Brittany. Dia tidak mau memaksakan cintanya di saat Joel tidak pernah mengharapkannya. Cinta bertepuk sebelah tangan hanya akan membuatnya menderita sementara Gina harus memikirkan kehamilannya. Dia harus menjadi ibu yang bahagia untuk anaknya.
***
Plak!
Georgina mendapatkan tamparan keras dari Brittany. “Kau gila?” tanya Brittany. Amarah begitu nyata di wajahnya dan dia sangat kecewa. Brittany tidak marah karena kehamilan Georgina tetapi dia kecewa karena Georgina memilih untuk melepaskan Joel.
“Kau hamil, Gina! Kenapa kau melepaskan Joel di saat ada bayinya di dalam perutmu? Joel harus bertanggung jawab atas bayinya.”
Brittany masih mendesak Georgina untuk meminta pertanggungjawaban Joel. Dia merasa ini tidak adil, tetapi putrinya bersikeras tidak mau mengganggu Joel lagi.
“Aku tidak mencintainya lagi, Ma. Aku hanya tidak mau menikah dengan seseorang tanpa cinta.” Georgina memberi alasan, berharap ibunya akan mengerti posisinya.
“Kalau kau tidak mencintainya, lalu kenapa kau tidur dengannya? Bukankah tujuanmu pulang ke kota ini untuk menikah dengannya?” tanya Brittany, masih dengan nada marah.
“Itu hanya kesalahan satu malam, Ma. Joel tidak sepenuhnya salah karena malam itu aku juga mabuk. Joel tidak akan tidur denganku jika seandainya aku tidak menggodanya.” Gina memutar balik fakta. Sebenarnya dia sama sekali tidak mabuk. Dia hanya terpikat saat Joel mabuk dan mencumbu bibirnya. Pada akhirnya mereka dikuasai gairah dan malam itu Gina dan Joel menghabiskan malam bersama.
“Jangan konyol, Gina! Joel harus tahu tentang kehamilanmu. Dia harus bertanggung jawab!”
“Tidak, Ma! Menikah dengan pria yang tidak mencintaiku hanya akan membuatku semakin sakit hati. Dia akan menikahiku karena aku hamil, tapi apa gunanya pernikahan tanpa cinta? Aku akan menderita, Ma.” Georgina memberi jeda untuk menenangkan hatinya yang kacau.
“Mentalku harus sehat saat hamil. Aku harus bahagia demi anakku. Bisakah mama memahami posisiku?” tambah Georgina.
Brittany mengembuskan napas ketika dia memegang pelipisnya dengan tangan kanan. “Lalu, apa keputusanmu sekarang? Apa kau mau melahirkan bayi itu?”
Georgina memegang perutnya sendiri, dan dia melihat ibunya dengan tatapan penuh keyakinan. “Aku yakin bisa menjadi orangtua terbaik bagi anakku. Aku tidak membutuhkan ayahnya untuk membesarkannya. Aku tidak mau mengemis cinta lagi, Ma. Sudah cukup selama ini aku berjuang untuk mempertahankan perjodohan ini.”
Rasanya Brittany ingin marah, tetapi dia tidak tega kepada putrinya. Dia tahu rasanya menjadi orangtua tunggal. Dia bercerai dari suaminya ketika usia Georgina masih dua belas tahun. Meskipun mantan suaminya masih membiayai Gina, namun tetap saja terasa sulit baginya. Bagaimana nasib putrinya jika harus melahirkan dan membesarkan cucunya tanpa dukungan dari Joel?
“Gina, dengarkan mama! Menjadi orangtua tunggal tidak pernah mudah. Sangat sulit, Nak.” Brittany mencoba membujuk tetapi Gina sudah bulat dengan tekadnya.
“Jika mama saja bisa melewatinya, aku yakin aku juga bisa, Ma. Aku hanya membutuhkan dukungan dari mama dan papa saja. Aku akan tinggal di rumah pemberian papa. Aku akan membesarkan anakku di sana.”
“Gina, jangan gegabah mengambil keputusan. Mama tahu kamu kecewa tapi kamu harus memikirkan masa depanmu.”
Gina memaksa senyuman di bibirnya untuk menenangkan Brittany. “Tidak ada masa depan jika aku menikah dengan seseorang yang tidak pernah menginginkanku. Justru itu akan menjadi penjara di masa depanku. Tolong, Ma.”
“Baiklah jika itu keputusanmu. Mama akan ikut denganmu!”
Georgina mengerti kekhawatiran ibunya, tetapi tidak mungkin bagi Brittany untuk pergi dengannya. “Mama masih memiliki butik di sini. Mama harus memikirkan orang-orang yang bekerja untuk mama. Aku akan baik-baik saja dan aku pasti akan memberi kabar setiap hari.”
“Kamu yakin?” Brittany berat untuk membiarkan putrinya pergi dalam keadaan hamil, tetapi dia harus mempercayai keputusannya.
“Sangat yakin, Ma. Aku tidak pernah seyakin ini saat mengambil keputusan.”
Brittany hanya bisa mengembuskan napas ketika dia tidak bisa memaksakan keinginannya. Georgina sudah dewasa dan dia berhak memutuskan sesuatu untuk masa depannya. “Mama akan mengunjungimu setiap bulan.”
“Iya, Ma. Terima kasih untuk dukungannya.” Georgina maju, dia memeluk ibunya dengan sangat erat. Lebih baik dia membesarkan anaknya sendirian tanpa harus mengemis cinta lagi. Gina sudah lelah berjuang sendirian, dan dia tidak mau melakukannya lagi. Lebih baik Gina meneruskan kariernya yang sempat tertunda di Italia. Dia tidak akan mengorbankan impiannya lagi demi Joel.
Joel masuk ke rumah dan dia melihat Diane, ibunya. “Apa kau tahu kalau Gina akan pergi ke Italia?” tanyanya. “Tahu, Ma. Beberapa hari yang lalu Gina sudah memberitahuku.” Joel menjawab dengan ekspresi malas. Sikapnya akhir-akhir ini berubah, dia seperti tidak memiliki gairah untuk melakukan apa pun. “Apa kau tidak mau mengantarnya ke bandara?” Pertanyaan sang ibu membuat Joel terdiam. Dia bahkan tidak sempat memikirkan perasaan wanita itu karena dia sibuk dengan pekerjaannya. “Aku sudah menawarkan tumpangan tapi Gina menolak, Ma. Lagipula dia bukan tunanganku lagi,” jawab Joel. Diane mendesah dan dia melihat putranya. “Mama tahu hubungan kalian sudah berakhir, tapi kau jangan lupa kalau dia adalah temanmu sejak kecil. Dia tidak pernah melakukan sesuatu yang buruk selama ini. Apa kau akan mengakhiri hubungan kalian dengan cara yang buruk?” “Aku lelah, Ma. Aku mau tidur sekarang.” Joel menghindari percakapan dengan Diane. Dia sedang dalam mood yang buruk, dan dia tidak i
Mendapatkan dukungan dari orangtuanya membuat Georgina yakin untuk tinggal di rumah besar Darren. Meskipun sebenarnya dia lebih nyaman tinggal seorang diri di unit apartemennya namun setelah berpikir lagi akhirnya dia setuju. Paling tidak sampai anaknya lahir. Gina pasti membutuhkan mereka. Dia masih buta tentang kehidupan wanita hamil, apalagi tidak ada pasangan yang akan mendampinginya.Setelah dua hari tinggal bersama di apartemen, Gina akan mengantar ibunya ke bandara. Brittany akan kembali ke Shadowfall tanpa putrinya.“Nona, Tuan Moore meminta saya untuk mengangkut barang-barang Anda ke rumahnya,” ucap seorang pria. Dia adalah kurir yang ditugaskan Darren untuk memindahkan barang-barang Georgina..“Hanya dua koper dan dua kotak besar saja.” Gina menunjukkan barang-barang yang telah dia letakkan di ruang tamu. Dia hanya membawa barang-barang yang dia perlukan karena setelah anaknya lahir dia pasti akan kembali ke apartemennya.Pria itu memanggil rekannya dan mereka mengam
Dua tahun berlalu, “Mama,” panggil Zion sambil membawa langkah kecilnya untuk menghampiri Georgina yang sedang menyiapkan makanan untuknya. “Iya, sayang. Mama sedang menyiapkan makanan untukmu.” Zion memeluk kaki Gina ketika pengasuhnya datang menghampirinya. Ketika pengasuh itu ingin menggendong Zion, Gina melarangnya. “Biarkan saja, nanny,” ucap Georgina. Ketika makanan Zion sudah siap, dia membungkuk untuk mengambil putranya. “Kamu sangat lapar?” tanyanya sambil mencium pipi gembul Zion. “La-pal,” sahut Zion dan Gina semakin menciumi wajahnya karena tingkahnya begitu menggemaskan. “Baiklah. Sekarang waktunya kita makan.” Gina mendudukkan Zion di kursi bayi, lalu dia mendapatkan makanannya. Zion sudah terbiasa makan sendiri. Menurut Gina, dia akan mempelajari sesuatu ketika melakukannya. Zion tak sengaja menjatuhkan potongan daging di piringnya, dan Gina tersenyum sambil mengusap kepalanya. “Tidak apa-apa, sayang. Kamu tidak sengaja melakukannya jadi mama akan membe
Georgina tampil luar biasa dengan gaun pesta warna biru gemerlap yang menempel di tubuhnya. Bahu dan punggungnya terlihat, dan payudaranya mengintip untuk memberikan kesan seksi dan mempesona.Georgina mencium Zion sebelum dia pergi. “Mama tidak akan lama. Kamu bersama nanny di rumah, oke?”Zion melingkarkan tangan mungilnya di leher Gina dan mengangguk. “Boleh es krim?” anak berusia dua tahun itu meminta izin sebelum ibunya pergi.“Boleh, tapi tidak banyak.”“Oke, Mama.” Zion mencium pipi Georgina. Zion adalah kekuatan bagi Georgina untuk bertahan sampai sekarang. Gina rela bekerja keras dan mengumpulkan banyak uang demi masa depan Zion. Dia tidak mau bergantung kepada siapa pun, itu sebabnya dia ingin mengembangkan butiknya agar dikenal lebih banyak orang.Georgina turun menggunakan lift ketika Gabriel sudah menunggunya di depan. Georgina tersenyum ketika Gabriel membuka pintu mobil untuknya. “Kamu tampak luar biasa, Gina. Kamu sangat cantik,” puji Gabriel sebelum Geor
“Gina!”panggilan itu melambai di telinga Georgina ketika mereka hendak masuk ke dalam mobil. Georgina berbalik dan dia melihat Joel melangkah begitu cepat ke arah mereka.Tulang kaki Georgina goyah ketika Joel semakin dekat. Dia meremas tas di tangannya untuk memastikan pikirannya masih bisa diajak untuk bekerja sama.“Kamu mengenal dia?” Gabriel bertanya ketika dia melihat Joel dan dia mengembalikan tatapannya kepada Gina.“Di-dia hanya salah satu temanku sewaktu masih sekolah. Aku tidak menyangka akan bertemu dengan teman lama di sini,” jawab Gina. Dia sedang berusaha menyembunyikan semua emosi yang menembus dadanya sekarang.“Oh, dia teman lamamu. Apa kalian dekat?” Gabriel bertanya lagi. Dia melihat Joel dan tatapannya memindai penampilan pria itu.“Kami adalah---” Joel ingin menjawab tetapi Gina memotong kata-katanya.“Kami tidak dekat. Kami hanya satu sekolah dan tidak terlalu dekat. Ayo kita pergi dari sini!”Joel hanya bergeming ketika Georgina mengabaikannya. Bahkan
Joel menarik kursi, dia mengambil tempat duduk di samping Zion ketika Gina masih memikirkan pertanyaannya. Meskipun Gina melarangnya, Joel tidak akan pergi dari sana.“Aku akan tinggal selama seminggu di sini. Aku tidak memiliki teman selain Tristan dan dia sangat sibuk dengan pekerjaannya. Aku membutuhkanmu untuk menemaniku selama tinggal di sini,” ucap Joel. Dia melihat Georgina sebentar dan mengembalikan pandangannya kepada Zion. Ada getaran yang terjadi di dadanya namun Joel tidak mengerti kenapa dia merasakan hal aneh seperti itu.“Aku tidak punya waktu untuk menemanimu. Mungkin kamu bisa membayar seorang pemandu jalan,” jawab Gina setelah dia berhasil mengisi pikirannya yang kosong. Georgina harus tetap waspada agar Joel tidak bertanya tentang siapa ayah putranya. Dia benar-benar belum siap untuk mengatakan kebenaran pada pria itu. Kejadian tiga tahun lalu masih membekas di hatinya dan itu menyakitkan.“Bukankah kita teman lama? Kamu mengatakan seperti itu kepada kekasi
Georgina tidak bisa fokus bekerja ketika putranya berada di tempat yang tidak aman menurutnya. Meninggalkan buku gambar yang ada di depannya, Gina keluar dari ruang kerjanya. Dengan buru-buru dan ditemani hati gelisah dia pergi ke ruang bermain. Tempat itu kosong, membuatnya semakin panik.Georgina hendak menghubungi Brenda, namun dia tersadarkan ketika ponselnya tertinggal di meja kerjanya. Dia kembali masuk ke ruangannya dan segera meraih alat komunikasi jarak jauh yang ada di mejanya.“Di mana kamu? kenapa ruang bermain Zion kosong?” Georgina memberikan pertanyaan tanpa menyapa Brenda. Dia panik, hanya itu yang dia rasakan sekarang.“Kami di taman bermain, Nona. Maafkan saya karena tidak memberi tahu Anda, tetapi Zion baik-baik saja di sini.”Marah, itu yang Gina rasakan sekarang. Dia menutup percakapan mereka secara sepihak dan dia bergegas ke taman bermain.Sesampainya di sana, Georgina mendesah ketika melihat putranya sedang berada di pangkuan Joel. Joel sedang duduk di
“Tunggu aku di coffee shop lantai satu! Aku akan menemuimu setelah aku menidurkan putraku.” Tidak punya pilihan lain, akhirnya Georgina mengalahkan egonya dan mau memenuhi permintaan Joel. Jika dia menolak, Joel tidak akan pernah menyerah. Lebih baik dia mengakhirinya lebih cepat.“Baiklah. Aku akan menunggumu di lantai satu.” Joel melihat Georgina sambil mendesahkan napas berat. “Aku akan pergi sekarang.” Joel keluar, menutup pintu, hilang dari pandangan Georgina.Setelah Joel meninggalkan rumahnya, Georgina segera ke kamar Zion. Putranya telah gosok gigi dan memakai piyama saat bermain dengan Brenda. “Mau tidur sekarang?” tanya Gina dan putranya mengangguk. Zion mendekati Georgina dan mengulurkan kedua tangannya yang kecil tetapi berisi.Georgina menggendong Zion, membawa anak itu ke ranjang. “Mama, siapa pria itu?” Zion bertanya ketika Gina membuka buku cerita anak.“Apakah yang kamu bicarakan sekarang adalah Joel Raymond?” tanya Gina dan Zion mengangguk dengan tatapan pena