Share

3. MENGAMBIL KEPUTUSAN

  Satu jam kemudian Joel tiba di restoran, dan dia mendesah ketika melihat Georgina sudah ada di sana.  Joel menarik kursi dan dia duduk berhadapan dengan Gina.  “Ada apa?” dia bertanya tanpa basa basi, seolah-olah bertemu dengan Gina hanya akan membuang waktu berharganya.

“Duduklah sebentar!” balas Gina, masih mencoba kuat meski dia sakit karena sikap dingin Joel. 

Joel mendesah ketika dia duduk, dan dia menatap Gina dengan sorot mata dingin.  “Aku tidak akan mau berbicara jika kamu masih menginginkan pernikahan dariku.  Aku sudah mencintai wanita lain dan aku tidak mungkin menikah denganmu.  Aku menyukaimu tapi bukan berarti aku harus menikah denganmu.  Aku menganggapmu sebagai saudara karena kita sudah berteman sejak kecil.”

Deg!

Hati Georgina patah lagi sebelum dia memberi tahu kehamilannya.  Awalnya dia ingin memberi tahu Joel tentang kehamilannya tetapi mendadak dia ragu.

“Cepat katakan, Gina! Aku harus pulang dan memberi tahu orangtuaku tentang pembatalan pertunangan kita.  Aku tidak peduli meskipun mereka akan marah.  Aku akan memperjuangkan cintaku di depan mereka.”

Rasanya percuma untuk memberi tahu Joel tentang kehamilannya.  Joel benar-benar terpikat dengan wanita lain dan dia tidak menginginkannya lagi.  Dengan berat hati, akhirnya Gina memutuskan untuk merahasiakan kehamilannya.  “Selamat, Jo.  Aku senang mendengarnya.  Aku yakin orangtuamu akan memahami keinginanmu.”

Joel terdiam sebentar, terkejut ketika Georgina menyerah dengan begitu mudah.  “Lalu, untuk apa kamu mengajakku bertemu?” tanya Joel kemudian.

Gina menggigit bibir bawahnya, dia harus memutar otak untuk mencari jawaban yang tepat.  “Aku akan kembali ke Italia.  Perusahaan di sana memintaku untuk kembali dan aku menyetujuinya.”

Joel mengehela napas berat, kemudian dia tersenyum.  “Ini berita yang sangat bagus, Gina.  Aku senang mendengarnya.  Aku yakin kamu akan mendapatkan cinta sejatimu di sana.”

“Terima kasih untuk doanya.  Aku hanya ingin menikmati makan malam yang baik denganmu.  Bisakah kamu melakukannya untukku?”

Joel tersenyum dan dia mengangguk.  “Tentu saja.  Kita sudah berteman baik dan rasanya canggung jika kita bermusuhan terlalu lama.”  Sikap Joel kembali manis setelah Gina mengalah untuknya.

Hampir dua jam berada di restoran, akhirnya mereka memutuskan untuk pulang.  “Kapan kamu berangkat?” tanya Joel sebelum Gina masuk ke dalam mobil.

“Secepatnya,” jawab Georgina sebelum masuk ke dalam mobilnya.

“Aku akan mengantarmu ke bandara.”

“Tidak perlu, Jo! Aku tidak mau mengganggu calon suami wanita lain.  Tapi kalau boleh, aku hanya ingin meminta pelukan terakhir darimu.”

Joel tersenyum dan dia tidak keberatan untuk memeluk Gina.  “Kamu pasti akan bahagia di sana.  Terima kasih untuk semuanya.”

Georgina masuk ke mobilnya, dan dia membawa kendaraan roda empat itu pergi dari sana.  Dia harus membicarakan rencananya dengan Brittany.  Dia tidak mau memaksakan cintanya di saat Joel tidak pernah mengharapkannya.  Cinta bertepuk sebelah tangan hanya akan membuatnya menderita sementara Gina harus memikirkan kehamilannya.  Dia harus menjadi ibu yang bahagia untuk anaknya.

***

Plak!

Georgina mendapatkan tamparan keras dari Brittany.  “Kau gila?” tanya Brittany.  Amarah begitu nyata di wajahnya dan dia sangat kecewa.  Brittany tidak marah karena kehamilan Georgina tetapi dia kecewa karena Georgina memilih untuk melepaskan Joel.

“Kau hamil, Gina! Kenapa kau melepaskan Joel di saat ada bayinya di dalam perutmu? Joel harus bertanggung jawab atas bayinya.”

Brittany masih mendesak Georgina untuk meminta pertanggungjawaban Joel.  Dia merasa ini tidak adil, tetapi putrinya bersikeras tidak mau mengganggu Joel lagi. 

“Aku tidak mencintainya lagi, Ma.  Aku hanya tidak mau menikah dengan seseorang tanpa cinta.” Georgina memberi alasan, berharap ibunya akan mengerti posisinya.

“Kalau kau tidak mencintainya, lalu kenapa kau tidur dengannya? Bukankah tujuanmu pulang ke kota ini untuk menikah dengannya?” tanya Brittany, masih dengan nada marah.  

“Itu hanya kesalahan satu malam, Ma.  Joel tidak sepenuhnya salah karena malam itu aku juga mabuk.  Joel tidak akan tidur denganku jika seandainya aku tidak menggodanya.” Gina memutar balik fakta.  Sebenarnya dia sama sekali tidak mabuk.  Dia hanya terpikat saat Joel mabuk dan mencumbu bibirnya.  Pada akhirnya mereka dikuasai gairah dan malam itu Gina dan Joel menghabiskan malam bersama.

“Jangan konyol, Gina! Joel harus tahu tentang kehamilanmu.  Dia harus bertanggung jawab!”

“Tidak, Ma! Menikah dengan pria yang tidak mencintaiku hanya akan membuatku semakin sakit hati.  Dia akan menikahiku karena aku hamil, tapi apa gunanya pernikahan tanpa cinta? Aku akan menderita, Ma.”  Georgina memberi jeda untuk menenangkan hatinya yang kacau.

“Mentalku harus sehat saat hamil.  Aku harus bahagia demi anakku.  Bisakah mama memahami posisiku?” tambah Georgina.

Brittany mengembuskan napas ketika dia memegang pelipisnya dengan tangan kanan.  “Lalu, apa keputusanmu sekarang? Apa kau mau melahirkan bayi itu?”

Georgina memegang perutnya sendiri, dan dia melihat ibunya dengan tatapan penuh keyakinan.  “Aku yakin bisa menjadi orangtua terbaik bagi anakku.  Aku tidak membutuhkan ayahnya untuk membesarkannya.  Aku tidak mau mengemis cinta lagi, Ma.  Sudah cukup selama ini aku berjuang untuk mempertahankan perjodohan ini.”

Rasanya Brittany ingin marah, tetapi dia tidak tega kepada putrinya.  Dia tahu rasanya menjadi orangtua tunggal.  Dia bercerai dari suaminya ketika usia Georgina masih dua belas tahun.  Meskipun mantan suaminya masih membiayai Gina, namun tetap saja terasa sulit baginya.  Bagaimana nasib putrinya jika harus melahirkan dan membesarkan cucunya tanpa dukungan dari Joel?

“Gina, dengarkan mama! Menjadi orangtua tunggal tidak pernah mudah.  Sangat sulit, Nak.” Brittany mencoba membujuk tetapi Gina sudah bulat dengan tekadnya.

“Jika mama saja bisa melewatinya, aku yakin aku juga bisa, Ma.  Aku hanya membutuhkan dukungan dari mama dan papa saja.  Aku akan tinggal di rumah pemberian papa. Aku akan membesarkan anakku di sana.”

“Gina, jangan gegabah mengambil keputusan.  Mama tahu kamu kecewa tapi kamu harus memikirkan masa depanmu.”

Gina memaksa senyuman di bibirnya untuk menenangkan Brittany.  “Tidak ada masa depan jika aku menikah dengan seseorang yang tidak pernah menginginkanku.  Justru itu akan menjadi penjara di masa depanku.  Tolong, Ma.”

“Baiklah jika itu keputusanmu.  Mama akan ikut denganmu!”

Georgina mengerti kekhawatiran ibunya, tetapi tidak mungkin bagi Brittany untuk pergi dengannya.  “Mama masih memiliki butik di sini.   Mama harus memikirkan orang-orang yang bekerja untuk mama.  Aku akan baik-baik saja dan aku pasti akan memberi kabar setiap hari.”

“Kamu yakin?” Brittany berat untuk membiarkan putrinya pergi dalam keadaan hamil, tetapi dia harus mempercayai keputusannya.

“Sangat yakin, Ma.  Aku tidak pernah seyakin ini saat mengambil keputusan.”

Brittany hanya bisa mengembuskan napas ketika dia tidak bisa memaksakan keinginannya.  Georgina sudah dewasa dan dia berhak memutuskan sesuatu untuk masa depannya.  “Mama akan mengunjungimu setiap bulan.”

“Iya, Ma.  Terima kasih untuk dukungannya.”  Georgina maju, dia memeluk ibunya dengan sangat erat.  Lebih baik dia membesarkan anaknya sendirian tanpa harus mengemis cinta lagi.  Gina sudah lelah berjuang sendirian, dan dia tidak mau melakukannya lagi.  Lebih baik Gina meneruskan kariernya yang sempat tertunda di Italia.  Dia tidak akan mengorbankan impiannya lagi demi Joel.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status