Share

4. PADA AKHIRNYA MENYERAH

Joel masuk ke rumah dan dia melihat Diane, ibunya.  “Apa kau tahu kalau Gina akan pergi ke Italia?” tanyanya.

 “Tahu, Ma.  Beberapa hari yang lalu Gina sudah memberitahuku.” Joel menjawab dengan ekspresi malas.  Sikapnya akhir-akhir ini berubah, dia seperti tidak memiliki gairah untuk melakukan apa pun.

 “Apa kau tidak mau mengantarnya ke bandara?”

 Pertanyaan sang ibu membuat Joel terdiam.  Dia bahkan tidak sempat memikirkan perasaan wanita itu karena dia sibuk dengan pekerjaannya.  “Aku sudah menawarkan tumpangan tapi Gina menolak, Ma.  Lagipula dia bukan tunanganku lagi,” jawab Joel.

 Diane mendesah dan dia melihat putranya.  “Mama tahu hubungan kalian sudah berakhir, tapi kau jangan lupa kalau dia adalah temanmu sejak kecil.  Dia tidak pernah melakukan sesuatu yang buruk selama ini.  Apa kau akan mengakhiri hubungan kalian dengan cara yang buruk?”

 “Aku lelah, Ma.  Aku mau tidur sekarang.” Joel menghindari percakapan dengan Diane.  Dia sedang dalam mood yang buruk, dan dia tidak ingin memperburuk isi kepalanya.

 Sekali lagi Diane mendesahkan napas, dan menurunkan bahunya.  “Istirahatlah! Wajahmu tampak pucat sekarang,” ujar Diane ketika nasihatnya belum bisa diterima oleh putra semata wayangnya.

 Joel masuk ke kamarnya.  Dia segera mandi, setelah itu dia terlentang di ranjangnya.  Ketika dia stress, yang dia butuhkan adalah dukungan.  Biasanya Gina yang selalu siap menyemangatinya namun tidak mungkin dia mengganggu wanita itu setelah apa yang telah dia lakukan. 

***

Gina sedang menyusun pakaiannya ke dalam koper.  Setelah Brittany memaksa, akhirnya dia setuju jika ibunya ikut mengantarnya ke Italia.  Brittany mengkhawatirkannya karena dia sedang hamil sekarang.  Untung saja dokter tidak mempermasalahkan dia naik pesawat karena kehamilannya baik-baik saja dan dokter mengatakan janinnya kuat.  Georgina hanya perlu lebih berhati-hati dan tidak kelelahan.

 Pintu kamar Georgina terbuka dan dia tersenyum melihat ibunya.  “Susu untuk calon mama,” ucap Brittany dengan senyuman di wajahnya.

 “Terima kasih, mama.” Gina menghentikan aktivitasnya sejenak, lalu dia mengambil gelas dari tangan mamanya.  Dia meneguk minuman hangat itu, dan dia meletakkan gelasnya di atas meja.  Di trimester pertama biasanya banyak wanita hamil yang mengalami morning sickness parah, untungnya gejala kehamilan Gina tidak terlalu menyulitkannya.  Sepertinya anaknya begitu pengertian karena tidak ada ayah yang akan membantu ibunya.

 “Mama akan merapikan pakaianmu.  Kamu istirahat saja,” ucap Brittany dan Gina mengangguk.  

 ***

Esok harinya, tepat jam delapan pagi, mereka berdua sudah berada di ruang tunggu bandara.  Setengah jam lagi pesawat akan berangkat dan Gina sudah minum obat dari dokter.  Dia tidak mengalami mual dan tidak ada keinginan untuk muntah.  Janinnya benar-benar mau bekerja sama dengannya.

 Ketika pesawat sudah terbang, Gina melihat keluar jendela dan dia membayangkan wajah Joel sambil mengusap perutnya.  “Selamat tinggal kenangan, selamat tinggal, Joel.  Maaf kalau aku membawa anakmu pergi tanpa memberitahumu.  Kamu tidak pernah mencintaiku dan aku tidak mau membebanimu dengan kehamilanku.  Aku janji akan mendapatkan kebahagiaanku.  Hanya aku dan anakku.”

 Kira-kira lebih dari tiga jam, akhirnya pesawat mendarat di Italia.  Brittany membangunkan Gina yang tertidur dan mereka keluar dari pesawat.  Setelah mengambil koper di tempat khusus, mereka keluar dan memanggil taksi.

 Tidak mungkin mengajak Brittany ke rumah ayahnya karena pria itu sudah memiliki kehidupan baru dengan istrinya.  Tiga tahun setelah bercerai dari Brittany, Darren menikah lagi dengan seorang wanita.  Sementara Brittany memilih untuk tidak menikah lagi karena dia mau fokus pada Gina dan bisnisnya.

 Taksi membawa kedua wanita itu ke sebuah apartemen. Dan sesampainya di rumah, Gina menghubungi sang ayah.  Dia memberi tahu jika dia dan ibunya sudah ada di Italia sekarang.  

 “Papa akan datang bersama ibu tirimu dan adikmu.  Apa kamu menginginkan sesuatu? Papa akan membelikannya.”

“Aku mau masakan rumah saja, pa.  Aku merindukan masakan mama Lia.”  Camelia atau yang sering dia panggil Lia adalah istri kedua ayahnya.  Meskipun dia adalah ibu tiri Gina namun mereka memiliki hubungan yang cukup baik.

 “Baiklah.  Papa akan mengatakannya pada mama Lia.”

 ***

Sore hari tiba, Gina buru-buru membuka pintu unit apartemennya dan dia memeluk ayahnya.  Tak bisa menahan air mata, dia menangis di pelukan Darren, membuat pria itu bingung dan bertanya-tanya.  Memang Gina belum menceritakan apa-apa tentang kehamilannya.

 “Apa yang terjadi, sayang? Kenapa kamu menangis?” tanya Darren setelah pelukan mereka terlepas.  Dia menyeka air mata Gina dan mengajak mereka masuk.

 Gina duduk bersama orangtuanya.  Sulit untuk menceritakan semuanya, akhirnya Brittany yang menjelaskan kehamilan Gina.  Mendengar cerita Brittany, amarah Darren langsung mendidih seolah-olah ada hantaman besar yang datang ke dadanya.

 “Bagaimana bisa Joel melakukan itu? Kalian sudah dijodohkan sejak dulu dan dia menolakmu setelah berhasil menidurimu?  Apa yang ada di dalam pikirannya? Kenapa kalian tidak membicarakan ini dengan orangtuanya? Apa Harold dan Diane sudah gila?” kemarahan membuat Darren mengeluarkan pertanyaan bertubi-tubi.  Sebagai seorang ayah dia tidak terima jika putrinya dipermainkan seperti boneka.

 “Pa, aku tidak mau memiliki hubungan apa pun dengan mereka.  Ini keputusanku dan aku mohon dukungan dari kalian.  Joel tidak mengetahui kehamilanku dan malam itu aku yang menjebaknya.” Gina sengaja melimpahkan semua kesalahan kepada dirinya karena dia benar-benar menyerah untuk mempertahankan hubungannya dengan Joel.  

Selama ini Georgina berjuang untuk mendapatkan cinta Joel karena pria itu tak pernah memiliki hubungan spesial dengan seorang wanita.  Tetapi, pada akhirnya dia menyerah setelah Joel mengatakan jika dia tidak pernah mencintainya.  Hati Georgina sakit sekali.  Gina akan menderita jika dia tetap melanjutkan hubungan mereka karena Joel akan menikahinya dengan keterpaksaan.

 “Tapi, Gina–” Darren hendak membantah dan dia mendapatkan tepukan lembut di pundaknya.  Dia menoleh dan melihat gelengan kepala dari istrinya.

 “Ini keputusanku, Pa.  Aku yakin bisa menjadi ibu sekaligus ayah untuk anakku.” Georgina masih berusaha untuk meyakinkan Darren.

 “Aku setuju dengan Gina,” ucap Brittany dengan penekanan.  “Joel mencampakkannya dan aku tidak akan membiarkan putriku mengemis cinta darinya.  Aku yakin Gina akan jauh lebih bahagia tanpa dirinya.  Gina hanya perlu membiasakan dirinya saja.  Dia harus melupakan Joel sebagai calon suaminya.”

 Darren menarik napas dalam dan dia mengembuskannya dengan perlahan.  “Baiklah.  Tapi kamu harus tinggal bersama kami.  Papa tidak akan mengizinkanmu tinggal sendirian di sini.”

 “Pa, aku bisa menjaga diriku sendiri.” Gina menolak tetapi Darren tidak menerima penolakannya.

 “Papa akan menelepon orangtua Joel kalau kamu menolak untuk tinggal di rumah kami.”

 Brittany memegang tangan Gina dan meyakinkan putrinya.  “Tinggal bersama ayahmu lebih baik daripada kamu sendirian di apartemen.  Aku setuju dengan Darren.”

 Camelia, ibu tiri Gina, dia mendekati Gina dan memegang tangannya.  “Kamu tidak sendirian.  Ayo kita besarkan anakmu bersama.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status