Joel masuk ke rumah dan dia melihat Diane, ibunya. “Apa kau tahu kalau Gina akan pergi ke Italia?” tanyanya.
“Tahu, Ma. Beberapa hari yang lalu Gina sudah memberitahuku.” Joel menjawab dengan ekspresi malas. Sikapnya akhir-akhir ini berubah, dia seperti tidak memiliki gairah untuk melakukan apa pun.
“Apa kau tidak mau mengantarnya ke bandara?”
Pertanyaan sang ibu membuat Joel terdiam. Dia bahkan tidak sempat memikirkan perasaan wanita itu karena dia sibuk dengan pekerjaannya. “Aku sudah menawarkan tumpangan tapi Gina menolak, Ma. Lagipula dia bukan tunanganku lagi,” jawab Joel.
Diane mendesah dan dia melihat putranya. “Mama tahu hubungan kalian sudah berakhir, tapi kau jangan lupa kalau dia adalah temanmu sejak kecil. Dia tidak pernah melakukan sesuatu yang buruk selama ini. Apa kau akan mengakhiri hubungan kalian dengan cara yang buruk?”
“Aku lelah, Ma. Aku mau tidur sekarang.” Joel menghindari percakapan dengan Diane. Dia sedang dalam mood yang buruk, dan dia tidak ingin memperburuk isi kepalanya.
Sekali lagi Diane mendesahkan napas, dan menurunkan bahunya. “Istirahatlah! Wajahmu tampak pucat sekarang,” ujar Diane ketika nasihatnya belum bisa diterima oleh putra semata wayangnya.
Joel masuk ke kamarnya. Dia segera mandi, setelah itu dia terlentang di ranjangnya. Ketika dia stress, yang dia butuhkan adalah dukungan. Biasanya Gina yang selalu siap menyemangatinya namun tidak mungkin dia mengganggu wanita itu setelah apa yang telah dia lakukan.
***
Gina sedang menyusun pakaiannya ke dalam koper. Setelah Brittany memaksa, akhirnya dia setuju jika ibunya ikut mengantarnya ke Italia. Brittany mengkhawatirkannya karena dia sedang hamil sekarang. Untung saja dokter tidak mempermasalahkan dia naik pesawat karena kehamilannya baik-baik saja dan dokter mengatakan janinnya kuat. Georgina hanya perlu lebih berhati-hati dan tidak kelelahan.
Pintu kamar Georgina terbuka dan dia tersenyum melihat ibunya. “Susu untuk calon mama,” ucap Brittany dengan senyuman di wajahnya.
“Terima kasih, mama.” Gina menghentikan aktivitasnya sejenak, lalu dia mengambil gelas dari tangan mamanya. Dia meneguk minuman hangat itu, dan dia meletakkan gelasnya di atas meja. Di trimester pertama biasanya banyak wanita hamil yang mengalami morning sickness parah, untungnya gejala kehamilan Gina tidak terlalu menyulitkannya. Sepertinya anaknya begitu pengertian karena tidak ada ayah yang akan membantu ibunya.
“Mama akan merapikan pakaianmu. Kamu istirahat saja,” ucap Brittany dan Gina mengangguk.
***
Esok harinya, tepat jam delapan pagi, mereka berdua sudah berada di ruang tunggu bandara. Setengah jam lagi pesawat akan berangkat dan Gina sudah minum obat dari dokter. Dia tidak mengalami mual dan tidak ada keinginan untuk muntah. Janinnya benar-benar mau bekerja sama dengannya.
Ketika pesawat sudah terbang, Gina melihat keluar jendela dan dia membayangkan wajah Joel sambil mengusap perutnya. “Selamat tinggal kenangan, selamat tinggal, Joel. Maaf kalau aku membawa anakmu pergi tanpa memberitahumu. Kamu tidak pernah mencintaiku dan aku tidak mau membebanimu dengan kehamilanku. Aku janji akan mendapatkan kebahagiaanku. Hanya aku dan anakku.”
Kira-kira lebih dari tiga jam, akhirnya pesawat mendarat di Italia. Brittany membangunkan Gina yang tertidur dan mereka keluar dari pesawat. Setelah mengambil koper di tempat khusus, mereka keluar dan memanggil taksi.
Tidak mungkin mengajak Brittany ke rumah ayahnya karena pria itu sudah memiliki kehidupan baru dengan istrinya. Tiga tahun setelah bercerai dari Brittany, Darren menikah lagi dengan seorang wanita. Sementara Brittany memilih untuk tidak menikah lagi karena dia mau fokus pada Gina dan bisnisnya.
Taksi membawa kedua wanita itu ke sebuah apartemen. Dan sesampainya di rumah, Gina menghubungi sang ayah. Dia memberi tahu jika dia dan ibunya sudah ada di Italia sekarang.
“Papa akan datang bersama ibu tirimu dan adikmu. Apa kamu menginginkan sesuatu? Papa akan membelikannya.”
“Aku mau masakan rumah saja, pa. Aku merindukan masakan mama Lia.” Camelia atau yang sering dia panggil Lia adalah istri kedua ayahnya. Meskipun dia adalah ibu tiri Gina namun mereka memiliki hubungan yang cukup baik.
“Baiklah. Papa akan mengatakannya pada mama Lia.”
***
Sore hari tiba, Gina buru-buru membuka pintu unit apartemennya dan dia memeluk ayahnya. Tak bisa menahan air mata, dia menangis di pelukan Darren, membuat pria itu bingung dan bertanya-tanya. Memang Gina belum menceritakan apa-apa tentang kehamilannya.
“Apa yang terjadi, sayang? Kenapa kamu menangis?” tanya Darren setelah pelukan mereka terlepas. Dia menyeka air mata Gina dan mengajak mereka masuk.
Gina duduk bersama orangtuanya. Sulit untuk menceritakan semuanya, akhirnya Brittany yang menjelaskan kehamilan Gina. Mendengar cerita Brittany, amarah Darren langsung mendidih seolah-olah ada hantaman besar yang datang ke dadanya.
“Bagaimana bisa Joel melakukan itu? Kalian sudah dijodohkan sejak dulu dan dia menolakmu setelah berhasil menidurimu? Apa yang ada di dalam pikirannya? Kenapa kalian tidak membicarakan ini dengan orangtuanya? Apa Harold dan Diane sudah gila?” kemarahan membuat Darren mengeluarkan pertanyaan bertubi-tubi. Sebagai seorang ayah dia tidak terima jika putrinya dipermainkan seperti boneka.
“Pa, aku tidak mau memiliki hubungan apa pun dengan mereka. Ini keputusanku dan aku mohon dukungan dari kalian. Joel tidak mengetahui kehamilanku dan malam itu aku yang menjebaknya.” Gina sengaja melimpahkan semua kesalahan kepada dirinya karena dia benar-benar menyerah untuk mempertahankan hubungannya dengan Joel.
Selama ini Georgina berjuang untuk mendapatkan cinta Joel karena pria itu tak pernah memiliki hubungan spesial dengan seorang wanita. Tetapi, pada akhirnya dia menyerah setelah Joel mengatakan jika dia tidak pernah mencintainya. Hati Georgina sakit sekali. Gina akan menderita jika dia tetap melanjutkan hubungan mereka karena Joel akan menikahinya dengan keterpaksaan.
“Tapi, Gina–” Darren hendak membantah dan dia mendapatkan tepukan lembut di pundaknya. Dia menoleh dan melihat gelengan kepala dari istrinya.
“Ini keputusanku, Pa. Aku yakin bisa menjadi ibu sekaligus ayah untuk anakku.” Georgina masih berusaha untuk meyakinkan Darren.
“Aku setuju dengan Gina,” ucap Brittany dengan penekanan. “Joel mencampakkannya dan aku tidak akan membiarkan putriku mengemis cinta darinya. Aku yakin Gina akan jauh lebih bahagia tanpa dirinya. Gina hanya perlu membiasakan dirinya saja. Dia harus melupakan Joel sebagai calon suaminya.”
Darren menarik napas dalam dan dia mengembuskannya dengan perlahan. “Baiklah. Tapi kamu harus tinggal bersama kami. Papa tidak akan mengizinkanmu tinggal sendirian di sini.”
“Pa, aku bisa menjaga diriku sendiri.” Gina menolak tetapi Darren tidak menerima penolakannya.
“Papa akan menelepon orangtua Joel kalau kamu menolak untuk tinggal di rumah kami.”
Brittany memegang tangan Gina dan meyakinkan putrinya. “Tinggal bersama ayahmu lebih baik daripada kamu sendirian di apartemen. Aku setuju dengan Darren.”
Camelia, ibu tiri Gina, dia mendekati Gina dan memegang tangannya. “Kamu tidak sendirian. Ayo kita besarkan anakmu bersama.”
Mendapatkan dukungan dari orangtuanya membuat Georgina yakin untuk tinggal di rumah besar Darren. Meskipun sebenarnya dia lebih nyaman tinggal seorang diri di unit apartemennya namun setelah berpikir lagi akhirnya dia setuju. Paling tidak sampai anaknya lahir. Gina pasti membutuhkan mereka. Dia masih buta tentang kehidupan wanita hamil, apalagi tidak ada pasangan yang akan mendampinginya.Setelah dua hari tinggal bersama di apartemen, Gina akan mengantar ibunya ke bandara. Brittany akan kembali ke Shadowfall tanpa putrinya.“Nona, Tuan Moore meminta saya untuk mengangkut barang-barang Anda ke rumahnya,” ucap seorang pria. Dia adalah kurir yang ditugaskan Darren untuk memindahkan barang-barang Georgina..“Hanya dua koper dan dua kotak besar saja.” Gina menunjukkan barang-barang yang telah dia letakkan di ruang tamu. Dia hanya membawa barang-barang yang dia perlukan karena setelah anaknya lahir dia pasti akan kembali ke apartemennya.Pria itu memanggil rekannya dan mereka mengam
Dua tahun berlalu, “Mama,” panggil Zion sambil membawa langkah kecilnya untuk menghampiri Georgina yang sedang menyiapkan makanan untuknya. “Iya, sayang. Mama sedang menyiapkan makanan untukmu.” Zion memeluk kaki Gina ketika pengasuhnya datang menghampirinya. Ketika pengasuh itu ingin menggendong Zion, Gina melarangnya. “Biarkan saja, nanny,” ucap Georgina. Ketika makanan Zion sudah siap, dia membungkuk untuk mengambil putranya. “Kamu sangat lapar?” tanyanya sambil mencium pipi gembul Zion. “La-pal,” sahut Zion dan Gina semakin menciumi wajahnya karena tingkahnya begitu menggemaskan. “Baiklah. Sekarang waktunya kita makan.” Gina mendudukkan Zion di kursi bayi, lalu dia mendapatkan makanannya. Zion sudah terbiasa makan sendiri. Menurut Gina, dia akan mempelajari sesuatu ketika melakukannya. Zion tak sengaja menjatuhkan potongan daging di piringnya, dan Gina tersenyum sambil mengusap kepalanya. “Tidak apa-apa, sayang. Kamu tidak sengaja melakukannya jadi mama akan membe
Georgina tampil luar biasa dengan gaun pesta warna biru gemerlap yang menempel di tubuhnya. Bahu dan punggungnya terlihat, dan payudaranya mengintip untuk memberikan kesan seksi dan mempesona.Georgina mencium Zion sebelum dia pergi. “Mama tidak akan lama. Kamu bersama nanny di rumah, oke?”Zion melingkarkan tangan mungilnya di leher Gina dan mengangguk. “Boleh es krim?” anak berusia dua tahun itu meminta izin sebelum ibunya pergi.“Boleh, tapi tidak banyak.”“Oke, Mama.” Zion mencium pipi Georgina. Zion adalah kekuatan bagi Georgina untuk bertahan sampai sekarang. Gina rela bekerja keras dan mengumpulkan banyak uang demi masa depan Zion. Dia tidak mau bergantung kepada siapa pun, itu sebabnya dia ingin mengembangkan butiknya agar dikenal lebih banyak orang.Georgina turun menggunakan lift ketika Gabriel sudah menunggunya di depan. Georgina tersenyum ketika Gabriel membuka pintu mobil untuknya. “Kamu tampak luar biasa, Gina. Kamu sangat cantik,” puji Gabriel sebelum Geor
“Gina!”panggilan itu melambai di telinga Georgina ketika mereka hendak masuk ke dalam mobil. Georgina berbalik dan dia melihat Joel melangkah begitu cepat ke arah mereka.Tulang kaki Georgina goyah ketika Joel semakin dekat. Dia meremas tas di tangannya untuk memastikan pikirannya masih bisa diajak untuk bekerja sama.“Kamu mengenal dia?” Gabriel bertanya ketika dia melihat Joel dan dia mengembalikan tatapannya kepada Gina.“Di-dia hanya salah satu temanku sewaktu masih sekolah. Aku tidak menyangka akan bertemu dengan teman lama di sini,” jawab Gina. Dia sedang berusaha menyembunyikan semua emosi yang menembus dadanya sekarang.“Oh, dia teman lamamu. Apa kalian dekat?” Gabriel bertanya lagi. Dia melihat Joel dan tatapannya memindai penampilan pria itu.“Kami adalah---” Joel ingin menjawab tetapi Gina memotong kata-katanya.“Kami tidak dekat. Kami hanya satu sekolah dan tidak terlalu dekat. Ayo kita pergi dari sini!”Joel hanya bergeming ketika Georgina mengabaikannya. Bahkan
Joel menarik kursi, dia mengambil tempat duduk di samping Zion ketika Gina masih memikirkan pertanyaannya. Meskipun Gina melarangnya, Joel tidak akan pergi dari sana.“Aku akan tinggal selama seminggu di sini. Aku tidak memiliki teman selain Tristan dan dia sangat sibuk dengan pekerjaannya. Aku membutuhkanmu untuk menemaniku selama tinggal di sini,” ucap Joel. Dia melihat Georgina sebentar dan mengembalikan pandangannya kepada Zion. Ada getaran yang terjadi di dadanya namun Joel tidak mengerti kenapa dia merasakan hal aneh seperti itu.“Aku tidak punya waktu untuk menemanimu. Mungkin kamu bisa membayar seorang pemandu jalan,” jawab Gina setelah dia berhasil mengisi pikirannya yang kosong. Georgina harus tetap waspada agar Joel tidak bertanya tentang siapa ayah putranya. Dia benar-benar belum siap untuk mengatakan kebenaran pada pria itu. Kejadian tiga tahun lalu masih membekas di hatinya dan itu menyakitkan.“Bukankah kita teman lama? Kamu mengatakan seperti itu kepada kekasi
Georgina tidak bisa fokus bekerja ketika putranya berada di tempat yang tidak aman menurutnya. Meninggalkan buku gambar yang ada di depannya, Gina keluar dari ruang kerjanya. Dengan buru-buru dan ditemani hati gelisah dia pergi ke ruang bermain. Tempat itu kosong, membuatnya semakin panik.Georgina hendak menghubungi Brenda, namun dia tersadarkan ketika ponselnya tertinggal di meja kerjanya. Dia kembali masuk ke ruangannya dan segera meraih alat komunikasi jarak jauh yang ada di mejanya.“Di mana kamu? kenapa ruang bermain Zion kosong?” Georgina memberikan pertanyaan tanpa menyapa Brenda. Dia panik, hanya itu yang dia rasakan sekarang.“Kami di taman bermain, Nona. Maafkan saya karena tidak memberi tahu Anda, tetapi Zion baik-baik saja di sini.”Marah, itu yang Gina rasakan sekarang. Dia menutup percakapan mereka secara sepihak dan dia bergegas ke taman bermain.Sesampainya di sana, Georgina mendesah ketika melihat putranya sedang berada di pangkuan Joel. Joel sedang duduk di
“Tunggu aku di coffee shop lantai satu! Aku akan menemuimu setelah aku menidurkan putraku.” Tidak punya pilihan lain, akhirnya Georgina mengalahkan egonya dan mau memenuhi permintaan Joel. Jika dia menolak, Joel tidak akan pernah menyerah. Lebih baik dia mengakhirinya lebih cepat.“Baiklah. Aku akan menunggumu di lantai satu.” Joel melihat Georgina sambil mendesahkan napas berat. “Aku akan pergi sekarang.” Joel keluar, menutup pintu, hilang dari pandangan Georgina.Setelah Joel meninggalkan rumahnya, Georgina segera ke kamar Zion. Putranya telah gosok gigi dan memakai piyama saat bermain dengan Brenda. “Mau tidur sekarang?” tanya Gina dan putranya mengangguk. Zion mendekati Georgina dan mengulurkan kedua tangannya yang kecil tetapi berisi.Georgina menggendong Zion, membawa anak itu ke ranjang. “Mama, siapa pria itu?” Zion bertanya ketika Gina membuka buku cerita anak.“Apakah yang kamu bicarakan sekarang adalah Joel Raymond?” tanya Gina dan Zion mengangguk dengan tatapan pena
Esok harinya, Georgina sudah siap untuk berangkat kerja. Putranya sudah tampan dan mereka akan meninggalkan apartemen. Namun, ketika membuka pintu, Georgina harus mendesahkan napas berat ketika melihat Joel di depan unit apartemennya. Serafina berpikir, pembicaraan mereka tadi malam akan membuat Joel menjauh namun sebaliknya pria itu semakin gencar untuk menemuinya.“Aku tidak punya kegiatan hari ini. Aku akan menjaga putramu selama kamu bekerja,” ucap Joel dan Gina hanya melihatnya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun dari mulutnya.Georgina menggendong Zion dan meminta Brenda membawa tas mereka. Ketika mereka berjalan ke lift, Joel bergegas mengikuti mereka dari belakang.Zion melingkarkan kedua tangannya di leher Georgina tetapi matanya tertuju kepada Joel. Joel menyadari hal itu dan dia tersenyum.“Apa kamu suka es krim? Kita akan membelinya nanti,” ucap Joel dan detik kemudian dia mendapatkan tatapan tajam dari Georgina.“Tentu saja kita akan membelinya setelah mendapatkan i