Georgina Moore dan Joel Raymond telah berteman sejak kecil karena pertemanan ibu mereka. Ketika masih kecil, mereka berdua sering bermain peran sebagai pasangan pengantin. Saat di sekolah, Joel juga sering melindungi Georgina dari bullyan teman-temannya. Joel berjanji akan selalu menyayanginya, bahkan akan melindunginya sampai mereka tua nanti.
Sejak kuliah, Georgina pindah ke Italia karena ayahnya. Orangtuanya berpisah saat usianya masih dua belas tahun, dan saat itu dia lebih memilih untuk tinggal bersama dengan ibunya. Namun, karena keinginan untuk menjadi seorang perancang busana yang hebat, akhirnya dia menerima tawaran sang ayah untuk dikuliahkan di negaranya.
Meskipun jarak telah memisahkan Joel dan Georgina, namun mereka masih berteman baik. Tetapi hubungan mereka mulai menjauh ketika orangtua Joel menginginkan Gina sebagai menantunya. Kala itu Georgina merasa sangat senang, berbanding terbalik dengan Joel. Joel merasa tertekan, berpikir jika orangtuanya sangat egois karena terlalu mencampuri kehidupannya.
Sejak kecil hidup Joel selalu diatur. Ketika dia ingin dijodohkan, dia merasa tidak terima karena menurutnya cinta seharusnya adalah pilihannya. Meski hati menolak tetapi Joel tidak berani membantah keinginan orangtuanya. Hingga akhirnya dia bertemu dengan seorang wanita sederhana yang baik hati. Sejak hari itu dia bertekat akan menentang keinginan orangtuanya.
***
Georgina telah berpakaian rapi. Hari ini dia akan mendatangi Joel ke kantornya. Setelah dua hari tidak melihat Joel, akhirnya Georgina akan menemuinya. Dia yakin Joel sudah tenang dan ini adalah waktu yang tepat untuk membicarakan masalah mereka.
Sesampainya di perusahaan Joel, langkah elegan membawa Georgina ke ruangan tunangannya. Setelah mengetuk pintu, Georgina masuk dan dia melihat seorang wanita sedang duduk di depan meja kerja Joel. Hatinya mendadak sakit tetapi dia mencoba untuk mengabaikannya.
Melihat kedatangan Georgina, Joel meminta asistennya untuk keluar. Joel meninggalkan kursinya dan dia berdiri di depan Georgina. “Apa lagi yang kau inginkan dariku?” tanyanya dengan pose tangan dilipat di dadanya.
“Joel, aku datang ke sini untuk membicarakan tentang pernikahan kita. Kita sudah melakukannya dan aku ingin pernikahan kita dipercepat,” ucap Georgina tetapi tawa mengandung cemoohan yang dia dapatkan dari Joel.
“Sekarang aku semakin yakin kalau kamu memang sengaja meniduriku malam itu. Kamu pasti memanfaatkan keadaanku untuk menjebakku,” jawab Joel. Senyumannya mengejek dan merendahkan Georgina.
“Apa?” Georgina tersentak, dan yang membuatnya kecewa adalah perubahan sikap Joel. Joel tidak pernah merendahkannya dengan kata-kata kasar seperti itu.
“Ckckck!” Joel berdecak sambil mendaratkan tubuhnya di sofa. Dia mengambil minuman kaleng, meneguknya, dan meletakkan sisanya di atas meja. “Aku tidak menyangka kalau kau akan sepicik ini. Demi menikah denganku kamu rela melakukan cara murahan seperti itu.”
Lutut Georgina goyah, lidahnya kelu, terlalu kecewa membuatnya bungkam.
“Kau lihat asistenku, kan?” tanya Joel dan Georgina tidak menjawabnya. “Aku menyukainya dan kau sudah tahu itu. Aku telah mengungkapkan cintaku padanya dan aku yakin dia akan segera menerimaku. Setelah itu, aku akan menikah dengannya. Aku tidak peduli meskipun orangtuaku akan menentang pernikahan kami.”
Deg!
Jantung Georgina hampir melonjak dari tempatnya, hatinya sedang digerogoti oleh rasa kecewa yang begitu dalam.
“Joel, kita sudah bercinta dan kau tidak bisa mencampakkanku,” protes Georgina dan Joel melihatnya dengan tatapan jijik.
“Berapa banyak pasangan di negara ini yang melakukannya? Bercinta di negara ini sudah menjadi hal biasa, bahkan banyak yang melakukannya tanpa cinta. Bercinta hanya kebutuhan biologis yang harus disalurkan. Bukankah kau juga sudah mendapatkan kepuasan dariku? Itu sudah cukup, kan?”
Amarah dan kekecewaan menguasai Georgina. Dia merasa direndahkan oleh pria yang selama ini dia kagumi. Georgina mendekat dan dia menampar wajah Joel. “Itu tidak akan cukup untuk membayar semua hinaanmu, Joel!” Setelah mengatakan itu dia keluar dari ruangan Joel.
Joel merasa bersalah tetapi dia harus melakukan ini. Dia harus berkata kasar agar Georgina menyerah pada hubungan mereka. Joel tidak ingin menikah dengan wanita pilihan orangtuanya meskipun wanita itu adalah Georgina.
***
Hari lepas hari, minggu pun terus berlalu, dan sudah satu bulan Georgina tidak melihat Joel. Hatinya masih sakit meskipun sejujurnya dia merindukan pria itu.
Georgina terbangun dari tidurnya dan dia merasakan dorongan yang sangat kuat dari perutnya. Dia segera ke kamar mandi ketika mual di perutnya semakin menyiksa.
Huek! Huek! Huek!
Georgina memuntahkan semua makanan yang dia konsumsi tadi malam. Perutnya benar-benar tidak nyaman, dia merasa lemas, dan kepalanya sangat berat. Merasa perutnya sudah lega, Georgina kembali ke ranjang.
“Ada apa denganku? Sudah dua hari aku seperti ini,” gumam Georgina.
Akhirnya Georgina memutuskan untuk memeriksakan tubuhnya ke rumah sakit. Dia akan kembali ke negara ayahnya dan dia harus memastikan kesehatannya sebelum naik pesawat.
“Bagaimana, Dokter? Kenapa aku muntah terus?” tanya Georgina setelah melewati pemeriksaan dokter. Dia masih berbaring di ranjang sambil melihat layar monitor yang membuatnya bingung.
“Anda tidak sakit, Nona.” Dokter itu tersenyum. “Selamat atas kehamilan Anda, Nona Moore,” tambahnya.
“Ha-hamil?” Georgina tersentak mendengar fakta baru yang diberikan oleh dokter padanya.
“Iya, Nona. Coba perhatikan gambarnya!” Dokter menunjuk layar monitor dan pointer di tangannya tertuju pada titik kecil yang ada di rahim Gina. “Itu adalah anak Anda. Dia sehat dan masih sangat muda.”
Georgina meneteskan air matanya. Dia bahagia ketika memiliki anak Joel di dalam rahimnya. Dia berpikir, mungkin saja kehamilannya bisa memperbaiki hubungannya yang telah rusak dengan Joel. Mungkin Tuhan sengaja mengizinkan dirinya hamil agar Joel menerimanya kembali.
“Saya akan meresepkan obat untuk Anda,” ucap dokter dan Gina hanya mengangguk.
Georgina memperbaiki pakaiannya dan dia duduk di depan dokter. “Apa yang harus saya lakukan, Dokter?”
“Anda tidak perlu cemas, Nona. Kehamilan Anda sangat sehat dan Anda hanya perlu menjaga pola makan dan jangan kelelahan.” Dokter memberikan nasihat dan reflek tangan Georgina meraba perutnya.
“Aku pasti akan melakukan yang terbaik untuknya,” ucap Georgina.
***
Georgina masih merahasiakan kehamilannya dari ibunya. Dia berpikir akan memberi tahu Joel terlebih dahulu. Ayah bayinya berhak menjadi orang pertama yang mengetahui kehamilannya.
Georgina mengambil ponselnya, dan dia mencari kontak Joel. Georgina harus menghela napas ketika membaca nama kontak di ponselnya. “Priaku?” ucapnya dengan tawa getir ketika membaca nama kontak Joel di ponselnya.
Setelah panggilannya terabaikan beberapa kali, akhirnya dia mendengar suara Joel.
“Ada apa, Gina? Apa kau belum merenungkan kesalahanmu? Seharusnya kau sadar diri dan jangan menghubungiku lagi.”
Georgina menahan rasa sakitnya. Dia harus mengalah demi bayi di dalam perutnya. “Maafkan aku, Jo. Tapi, bisakah kita bertemu?” tanya Gina.
“Untuk apa? Aku sudah muak dan aku tidak mau bertemu denganmu lagi,” jawab Joel dengan nada dingin.
“Ada hal penting yang harus aku katakan padamu. Aku mohon, Jo.”
“Baiklah. Kita bertemu di restoran langganan kita saja. Aku tidak punya waktu untuk menjemputmu.”
Satu jam kemudian Joel tiba di restoran, dan dia mendesah ketika melihat Georgina sudah ada di sana. Joel menarik kursi dan dia duduk berhadapan dengan Gina. “Ada apa?” dia bertanya tanpa basa basi, seolah-olah bertemu dengan Gina hanya akan membuang waktu berharganya.“Duduklah sebentar!” balas Gina, masih mencoba kuat meski dia sakit karena sikap dingin Joel. Joel mendesah ketika dia duduk, dan dia menatap Gina dengan sorot mata dingin. “Aku tidak akan mau berbicara jika kamu masih menginginkan pernikahan dariku. Aku sudah mencintai wanita lain dan aku tidak mungkin menikah denganmu. Aku menyukaimu tapi bukan berarti aku harus menikah denganmu. Aku menganggapmu sebagai saudara karena kita sudah berteman sejak kecil.”Deg!Hati Georgina patah lagi sebelum dia memberi tahu kehamilannya. Awalnya dia ingin memberi tahu Joel tentang kehamilannya tetapi mendadak dia ragu.“Cepat katakan, Gina! Aku harus pulang dan memberi tahu orangtuaku tentang pembatalan pertunangan kita. Aku
Joel masuk ke rumah dan dia melihat Diane, ibunya. “Apa kau tahu kalau Gina akan pergi ke Italia?” tanyanya. “Tahu, Ma. Beberapa hari yang lalu Gina sudah memberitahuku.” Joel menjawab dengan ekspresi malas. Sikapnya akhir-akhir ini berubah, dia seperti tidak memiliki gairah untuk melakukan apa pun. “Apa kau tidak mau mengantarnya ke bandara?” Pertanyaan sang ibu membuat Joel terdiam. Dia bahkan tidak sempat memikirkan perasaan wanita itu karena dia sibuk dengan pekerjaannya. “Aku sudah menawarkan tumpangan tapi Gina menolak, Ma. Lagipula dia bukan tunanganku lagi,” jawab Joel. Diane mendesah dan dia melihat putranya. “Mama tahu hubungan kalian sudah berakhir, tapi kau jangan lupa kalau dia adalah temanmu sejak kecil. Dia tidak pernah melakukan sesuatu yang buruk selama ini. Apa kau akan mengakhiri hubungan kalian dengan cara yang buruk?” “Aku lelah, Ma. Aku mau tidur sekarang.” Joel menghindari percakapan dengan Diane. Dia sedang dalam mood yang buruk, dan dia tidak i
Mendapatkan dukungan dari orangtuanya membuat Georgina yakin untuk tinggal di rumah besar Darren. Meskipun sebenarnya dia lebih nyaman tinggal seorang diri di unit apartemennya namun setelah berpikir lagi akhirnya dia setuju. Paling tidak sampai anaknya lahir. Gina pasti membutuhkan mereka. Dia masih buta tentang kehidupan wanita hamil, apalagi tidak ada pasangan yang akan mendampinginya.Setelah dua hari tinggal bersama di apartemen, Gina akan mengantar ibunya ke bandara. Brittany akan kembali ke Shadowfall tanpa putrinya.“Nona, Tuan Moore meminta saya untuk mengangkut barang-barang Anda ke rumahnya,” ucap seorang pria. Dia adalah kurir yang ditugaskan Darren untuk memindahkan barang-barang Georgina..“Hanya dua koper dan dua kotak besar saja.” Gina menunjukkan barang-barang yang telah dia letakkan di ruang tamu. Dia hanya membawa barang-barang yang dia perlukan karena setelah anaknya lahir dia pasti akan kembali ke apartemennya.Pria itu memanggil rekannya dan mereka mengam
Dua tahun berlalu, “Mama,” panggil Zion sambil membawa langkah kecilnya untuk menghampiri Georgina yang sedang menyiapkan makanan untuknya. “Iya, sayang. Mama sedang menyiapkan makanan untukmu.” Zion memeluk kaki Gina ketika pengasuhnya datang menghampirinya. Ketika pengasuh itu ingin menggendong Zion, Gina melarangnya. “Biarkan saja, nanny,” ucap Georgina. Ketika makanan Zion sudah siap, dia membungkuk untuk mengambil putranya. “Kamu sangat lapar?” tanyanya sambil mencium pipi gembul Zion. “La-pal,” sahut Zion dan Gina semakin menciumi wajahnya karena tingkahnya begitu menggemaskan. “Baiklah. Sekarang waktunya kita makan.” Gina mendudukkan Zion di kursi bayi, lalu dia mendapatkan makanannya. Zion sudah terbiasa makan sendiri. Menurut Gina, dia akan mempelajari sesuatu ketika melakukannya. Zion tak sengaja menjatuhkan potongan daging di piringnya, dan Gina tersenyum sambil mengusap kepalanya. “Tidak apa-apa, sayang. Kamu tidak sengaja melakukannya jadi mama akan membe
Georgina tampil luar biasa dengan gaun pesta warna biru gemerlap yang menempel di tubuhnya. Bahu dan punggungnya terlihat, dan payudaranya mengintip untuk memberikan kesan seksi dan mempesona.Georgina mencium Zion sebelum dia pergi. “Mama tidak akan lama. Kamu bersama nanny di rumah, oke?”Zion melingkarkan tangan mungilnya di leher Gina dan mengangguk. “Boleh es krim?” anak berusia dua tahun itu meminta izin sebelum ibunya pergi.“Boleh, tapi tidak banyak.”“Oke, Mama.” Zion mencium pipi Georgina. Zion adalah kekuatan bagi Georgina untuk bertahan sampai sekarang. Gina rela bekerja keras dan mengumpulkan banyak uang demi masa depan Zion. Dia tidak mau bergantung kepada siapa pun, itu sebabnya dia ingin mengembangkan butiknya agar dikenal lebih banyak orang.Georgina turun menggunakan lift ketika Gabriel sudah menunggunya di depan. Georgina tersenyum ketika Gabriel membuka pintu mobil untuknya. “Kamu tampak luar biasa, Gina. Kamu sangat cantik,” puji Gabriel sebelum Geor
“Gina!”panggilan itu melambai di telinga Georgina ketika mereka hendak masuk ke dalam mobil. Georgina berbalik dan dia melihat Joel melangkah begitu cepat ke arah mereka.Tulang kaki Georgina goyah ketika Joel semakin dekat. Dia meremas tas di tangannya untuk memastikan pikirannya masih bisa diajak untuk bekerja sama.“Kamu mengenal dia?” Gabriel bertanya ketika dia melihat Joel dan dia mengembalikan tatapannya kepada Gina.“Di-dia hanya salah satu temanku sewaktu masih sekolah. Aku tidak menyangka akan bertemu dengan teman lama di sini,” jawab Gina. Dia sedang berusaha menyembunyikan semua emosi yang menembus dadanya sekarang.“Oh, dia teman lamamu. Apa kalian dekat?” Gabriel bertanya lagi. Dia melihat Joel dan tatapannya memindai penampilan pria itu.“Kami adalah---” Joel ingin menjawab tetapi Gina memotong kata-katanya.“Kami tidak dekat. Kami hanya satu sekolah dan tidak terlalu dekat. Ayo kita pergi dari sini!”Joel hanya bergeming ketika Georgina mengabaikannya. Bahkan
Joel menarik kursi, dia mengambil tempat duduk di samping Zion ketika Gina masih memikirkan pertanyaannya. Meskipun Gina melarangnya, Joel tidak akan pergi dari sana.“Aku akan tinggal selama seminggu di sini. Aku tidak memiliki teman selain Tristan dan dia sangat sibuk dengan pekerjaannya. Aku membutuhkanmu untuk menemaniku selama tinggal di sini,” ucap Joel. Dia melihat Georgina sebentar dan mengembalikan pandangannya kepada Zion. Ada getaran yang terjadi di dadanya namun Joel tidak mengerti kenapa dia merasakan hal aneh seperti itu.“Aku tidak punya waktu untuk menemanimu. Mungkin kamu bisa membayar seorang pemandu jalan,” jawab Gina setelah dia berhasil mengisi pikirannya yang kosong. Georgina harus tetap waspada agar Joel tidak bertanya tentang siapa ayah putranya. Dia benar-benar belum siap untuk mengatakan kebenaran pada pria itu. Kejadian tiga tahun lalu masih membekas di hatinya dan itu menyakitkan.“Bukankah kita teman lama? Kamu mengatakan seperti itu kepada kekasi
Georgina tidak bisa fokus bekerja ketika putranya berada di tempat yang tidak aman menurutnya. Meninggalkan buku gambar yang ada di depannya, Gina keluar dari ruang kerjanya. Dengan buru-buru dan ditemani hati gelisah dia pergi ke ruang bermain. Tempat itu kosong, membuatnya semakin panik.Georgina hendak menghubungi Brenda, namun dia tersadarkan ketika ponselnya tertinggal di meja kerjanya. Dia kembali masuk ke ruangannya dan segera meraih alat komunikasi jarak jauh yang ada di mejanya.“Di mana kamu? kenapa ruang bermain Zion kosong?” Georgina memberikan pertanyaan tanpa menyapa Brenda. Dia panik, hanya itu yang dia rasakan sekarang.“Kami di taman bermain, Nona. Maafkan saya karena tidak memberi tahu Anda, tetapi Zion baik-baik saja di sini.”Marah, itu yang Gina rasakan sekarang. Dia menutup percakapan mereka secara sepihak dan dia bergegas ke taman bermain.Sesampainya di sana, Georgina mendesah ketika melihat putranya sedang berada di pangkuan Joel. Joel sedang duduk di