Mobil pun melaju di tengah jalanan ibukota yang mulai padat merayap. Setelah menempuh perjalanan selama 30menit, akhirnya mereka sampai di salah satu pertokoan. Nugea's Group, plang besar terpampang nyata di tengah atas salah satu ruko. Dibawahnya ada 3 plang yang sedikit lebih kecil di masing-masing ruko, setidaknya ada 3 ruko disana, Nugea's Advertising, Nugea's Boutique dan Nugea's Studio. Mobil pun berhenti tepat di depan Nugea`s Studio.
"Ayo turun," ajak Gerry kepada istri dan mertuanya. Fatah pun lalu membantu membuka pintu mobilnya dan membantu mendudukkan Gerry di kursi rodanya."Mas ...," ucap Vani terjeda sambil menatap ruko yang ada didepannya."Kamu tau ini, Dek?" tanya Gerry dan dia pun mengangguk mengiyakan."Ayo, masuk," ajak Fatah kepada mereka. Fatah berjalan duluan memimpin mereka berempat lalu membuka pintu masuk dan mengucapkan salam."Wa'alaikumsalam, Gerald ..., " panggil seorang wanita dari meja resepsonis lalu menghampiri mereka. Setelah berada tepat didepan Gerry, dia lalu memeluk Gerry."Gimana keadaan Lu sekarang? Maaf belom sempet nengokin Lu," ucapnya sambil melerai pelukannya."Alhamdulillah, baik Kak. Gua udah nikah, Kak. Ini istri Gua,Vani dan itu orang tuanya," kata Gerry memperkenalkan Vani dan orangtuanya kepada wanita itu."Nana," ucap sang wanita tadi lalu menyalami ketiga orang itu."Jadi, lu beneran udah nikah, Ger? Dimana?" tanya Nana kembali."Udah barusan, di KUA," jawab Gerry."Apa? KUA?!" tanya Nana kembali dengan setengah berteriak. Gerry yang mendengar teriakan Nana langsung menutup kupingnya."Pake baju ini? Bentar, lu dikasih mahar apaan sama si Gerald?" tanya Nana kepada Vani. Vani pun mengangguk mengiyakan. Pasalnya, mereka menikah hanya memakai kebaya alakadarnya. Kebaya yang dia pakai waktu pernikahan Adel kemarin, sedangkan Gery hanya memakai kemeja putih saja."Emm ... apa Gerald itu, Mas Gerry?" tanya Vani tak paham. Pasalnya saat melakukan akad nikah tadi pun Vani tak terlalu memerhatikan nama Gerry."Dih. Nama lakinya sendiri kaga tau, haha. Iya, Gerald Agnelo Dendarta itu nama aslinya Gerry. Jangan tanya kenapa dia dipanggil Gerry, Gua pun gak paham, haha. Jadi, berapa mahar yang dia kasih ke Lu?" tanya Nana kembali."Cincin emas satu gram dan uang 200 ribu, Kak," jawab Vani dengan polosnya. Gerry pun lalu menutup kupingnya, pasalnya dia akan tau pasti Nana akan berteriak kembali."Apa?! 200ribu?! Keterlaluan lu Gerald! Anak orang cuma lu kasih mahar 200ribu. Gak ada otak emang lu!" cecar Nana dengan setengah berteriak kembali. Lagi, teriakannya juga mampu membuat Vani menutup kupingnya."Ya makanya, Gua langsung kesini," jawab Gerry kemudian."Oke gua paham. Sera, siapin studio 3, tata seestetik mungkin biar mirip dekor wedding. Raya, Lu ke butik ambil baju wedding yang dilemari kaca. Pakai yang kebaya putih yang simpel itu. Romi, bawa Gerald, Fatah dan Bapak Mertuanya Gerald, dandanin mereka, jasnya yang buat akad, Vani dan ibu ikut saya," titah Nana kepada teamnya."Lah, gua ikut juga?" tanya Fatah."Iya dong, cyin. Dirimu jadi babyu eyke," kata Romi dengan nada kemayu sambil memegang dada Fatah."Romiiii ... geli gua," protes Fatah dengan nada sedikit keras. Gerry dan Pak Latif pun nampak terkekeh melihat tingkah laku keduanya. Romi membawa mereka kesalah satu ruangan khusus. Di sana ada berbagai macam jas untuk mempelai pria lengkap dengan kotak makeupnya. Gerry pun lalu berganti baju dengan dibantu oleh Fatah dan Pak Latif lalu didandani sedikit oleh Romi agar terlihat lebih segar dan fresh, begitupun dengan Pak Latif.***Sementara di tempat Vani, Vani pun sedang di make up oleh Nana langsung."Ya Allah, cantik banget. Insecure Gua jadinya. Gak salah pilih emang si Gerald," puji Nana kepada Vani."Kak Nana bisa aja. Kaka juga cantik kok," puji Vani kembali."Mana ada? Dah tua tau Gua tuh. Ini mah makeup tipis-tipis juga udah bisa bikin keliatan pangling. Ngomong-ngomong, Lu kenal Gerald dari mana?" tanya Nana penasaran."Em, sebenarnya, aku di paksa buat nikahin Mas Gerry biar Pak Leon mau bayar hutang yang ditinggalin Mas Wisnu, Kak," jawab Vani dengan sedikit sendu."Oh, iya Gua tau cerita itu kok. Gak usah sedih, pecundang kek Wisnu mending dibuang aja. Mungkin, secara fisik Lu bakalan malu kalo nikah sama Gerald, tapi percaya deh sama Gua, kelak Lu bakal bahagia sama dia di banding Wisnu. Tugas lu saat ini, cukup semangatin dia agar dia bisa sembuh dan mau berobat lagi," jelas Nana kepada Vani."Emang, Mas Gery masih bisa sembuh, Kak?" tanya Vani penasaran."Bisa. Kelumpuhan dia gak permanen kok. Dulu dia sempet berobat dan terapi, tapi ntah kenapa dia tiba-tiba berhenti berobat. Gua tanya Fatah, dia juga gak tau alesannya. Gua jarang ketemu Gerald, terakhir ketemu sekitar 10bulan lalu pas nengokin dia itu. Dulu mah tangannya gak gerak dua-duanya. Tapi sekarang udah bisa gerak satu itu," jelas Nana lagi.Nana telah selesai memakeup Vani, lalu berlanjut kepada Bu Rina."Alhamdulillah kalo masih ada harapan sembuh mah, Kak," ucap Vani dengan sedikit tersenyum dan diangguki oleh Nana.Setelah 45 menit berselang, akhirnya Vani dan Bu Rina telah siap. Mereka pun lalu berjalan menuju studio 3. Ternyata disana sudah ada Gerry dan juga Fatah serta Pak Latif yang menunggu.Gerry tampak tersenyum melihat Vani yang memakai kebaya itu, tampak cantik dan pas ditubuhnya, sungguh serasi dengan jas yang dikenakannya. Vani pun melangkah mendekati Gerry yang sejak tadi terus tersenyum memperhatikannya. Vani pun tampak malu-malu menatap Gerry seperti itu."Oke, udah siap semua ya. Sekarang waktunya foto," ucap Nana kepada team foto.Vani dan Gerry pun akhirnya melakukan poto pasca weddingnya. Mereka hanya menggunakan satu set kebaya akad saja, karena melihat kondisi Gerry yang tak memungkinkan jika harus menggunakan beberapa set gaun.1 jam pun berlalu, dan akhirnya poto wedding pun telah selesai. Merekapun akhirnya berganti baju kembali. Setelah selesai berganti baju, mereka pun lalu pamit pulang."Makasih ya, Kak. Gua pamit pulang," pamit Gerry kepada Nana."Iya. Kirimin alamat Lu nanti biar langsung Gua kirim kesana kalo udah jadi. Van, Kakak nitip Gerald ya. Kalo dia berani macem-macem, bilang sama Kakak. Nanti Kakak yang bakal bertindak langsung," kata Nana kepada Gerry, lalu beralih kepada Vani memberi peringatan."Hee iya, Kak," jawab Vani. Setelah itu mereka pun bergegas menuju mobilnya."Langsung pulang Ger?" tanya Fatah kepada Gerry setelah mereka semua masuk kedalam mobil."Iya," jawab Gerry singkat."Mas ... apa tadi kita foto gak bayar?" tanya Vani penasaran. Pasalnya, tadi saat masuk atau keluar pun Gerry tampak tak mengeluarkan uang sedikitpun."Ngutang," jawab Gerry dengan entengnya."Hah? Ngutang? Mas ..., " ucap Vani terjeda. Dia sedikit syok dengan jawaban Gerry. Dia takut jika poto tadi beneran harus membuat Gerry berhutang. Pasalnya, perihal hutang Mas Wisnu kemaren saja dibebankan kepada dia, dan sekarang ditambah lagi Gerry harus berhutang untuk membuat poto pernikahan mereka.Vani pun memijat pelipisnya yang terasa sedikit pusing, begitu pun dengan Pak Latif dan Bu Rina di bangku belakang. Hanya Fatah saja yang tertawa cekikan di balik kemudinya."Becanda, Dek," ujar Gerry kepada istrinya itu saat melihat Vani nampak pucat karena dia bilang berhutang."Beneran? Terus dari mana uangnya?" tanya Vani kembali. Namun yang ditanya malah tak menjawabnya, malah menatap lurus kearah depan sehingga mampu membuat Vani sedikit gemas akan kelakuannya.Akhirnya, mereka pun sampai di rumah pukul 18.00, dan sudah masuk waktu magrib. Setelah menurunkan semua penumpangnya, Fatah pun langsung pamit pulang."Gua langsung pulang, Ger," pamit Fatah kepada Gerry."Gak mampir dulu, Mas Fatah? Kita makan malam dulu, kan cape dari tadi nyupir terus, meskipun di kasih cemilan mulu," tanya Pak Latif kepada Fatah."Ngga Pak, terimakasih tawarannya. Tapi, saya ada janji temu dengan seseorang, jadi mau langsung pulang," pamit Fatah kembali."Bilang aja Lu mau ngedate, Fat," ketus Gerry dan Fatah pun lalu tersenyum."Ya udah, saya pamit ya semuanya, Assalamu'alaikum," pamit Fatah akhirnya."Wa'alaikumsalam," jawab mereka serempak."Yuk masuk, takut keburu abis waktu magribnya,"ajak Pak Latif kepada semuanya. Pak Latif pun lalu membuka kunci pintu rumahnya dan berjalan kedalam duluan, lalu disusul oleh Bu Rina, Gerry dan Vani."Astagfirullah, Vani belum masak, Pak," ucap Vani sambil menepuk jidatnya setelah mereka sampai diruang tamu."Pesen online aj
"Mas kamu kenapa?" tanya Vani sedikit panik melihat Gerry."Tanganku mati rasa, Dek. Gak papa kok, nanti juga baikan lagi. Anterin Mas ke kamar aja yuk, mau istirahat aja kayanya" pinta Gerry kepada istrinya itu."Makan dulu, Ger. Kamu kan belum makan juga dari tadi. Van, suapin gih suami kamu! Kasian dia," titah Pak Latif kepada anaknya. Vani pun menghembuskan napas kasar menahan sedikit kesal.'Sabar Vani, sabar. Orang sabar badannya lebar' batin Vani didalam hati."Iya Pak. Sini biar Vani yang suapin Mas aja, nanti abis makan baru istirahat ya," ujar Vani kepada sang suami dan diangguki oleh Gerry."Makasih, Dek" jawab Gerry. Nampak sedikit senyum di sudut bibirnya mendengar ucapan Vani tersebut. Akhirnya, Gerry pun makan berdua bersama Vani dan disuapi olehnya.Setelah selesai makan malam dan membereskan sisa makanannya, Vani pun lalu mendorong suaminya menuju ruang keluarga lalu memindahkannya ke karpet bulu yang berada disana agar dia bisa meluruskan kakinya untuk bersantai seje
Vani pun nampak gusar karena Gerry yang tiba-tiba menci*m bibirnya. Karena kesal, akhirnya dia langsung saja pindah menuju pojok tempat tidur dan segera memejamkan matanya.Gerry masih nampak terkekeh melihat kelakuan istrinya itu."Kamu cantik, Dek, kalo lagi ngambek kaya gini. Andai aja aku normal, mungkin kamu gak akan malu nikah sama aku. Sayang aja, kamu dapet aku pas lagi kena sialnya. Duhh ... pingin meluk tapi susah. Takut ngambek pula lagi dia," ucap Gerry sambil memandang wajah istrinya yang sudah terpejam itu lalu membelai rambut panjangnya dan dia pun ikut memejamkan matanya.Perlahan, Vani membuka kembali matanya dan menatap wajah sang suami. Ternyata, dari tadi dia hanya pura-pura tidur dan mendengar semua ocehan suaminya."Kalo di liat-liat, kamu emang lebih cakep dibanding Mas Wisnu si. Semoga aja kamu bener-bener bisa bahagiain aku nantinya Mas," ucap Vani lirih. Dia pun mendekatkan tubuhnya ke suaminya dan langsung memeluk suamin
"Apa?" tanya Vani kepada Adel sang adik. Ternyata dia yang tadi berteriak memanggil namanya."Liat nih baju gua! Kenapa bisa ada disini? Terus inu kenapa robek disini? Ya Ampun Kak! Ini tu baju baru ya!" ucap Adel dengan histeris sambil mengarahkan bajunya kepada sang kakak. Sedangkan Vani, nampak menggedikkan bahu tanda tak paham."Lu gak tau kalo baju ini mahal? Gua beli ini tuh hampir empat ratus ribu ya kak! Dan sekarang malah kek lap gini? Gua gak mau tau, pokoknya lu harus ganti! Kalo gak, gua bilang Mas Wisnu loh," cecar Adel kembali."Hoax banget empat ratus ribu. Paling juga cuma empat puluh ribu, terus belinya di pasar malem," ledek Gerry. Vani yang mendengar itu berusaha menahan tawanya didepan mereka berdua. 'Bisa juga ternyata Mas Gerry ngeledek Adel,' batin Vani dalam hati."Ketawa mah ketawa aja, Dek. Gak usah kek nahan p*p gitu," ledek Gerry kepada sang istri yang berada disebelahnya."Mas ... resek banget dia mah ah," uja
"Wisnu, apa-apaan kamu!" bentak Pak Latif kepada menantunya itu. Dia tak suka dengan sikap Wisnu yang main asal lempar gelas kepada Gerry sehingga membuat luka di kepala Gerry. Darah pun keluar perlahan dari atas keningnya dan bergerak secara perlahan kebawah wajahnya."Maksud Mas apa bilang kaya gitu?! Aku tau Mas nyindir aku kan? Aku siap kok buat nikah, makanya aku berani nikah!" geram Wisnu kepada Gerry sambil mengepalkan tangannya.Suasana ruang makan pun nampak tegang karena perseteruan antara Gerry dan Wisnu. Gerry pun nampak terkekeh sambil mengusap sebelah keningnya tanda bahwa dia saat ini sedang marah. Tak di pedulikannya rasa sakit akibat luka di keningnya itu. Vani nampak panik melihat luka di kepala suaminya tetapi dia bingung apa yang harus dilakukannya."Termasuk siap dengan biaya?" tanya Gerry pelan namun mampu membuat Wisnu terdiam membeku. Ya biaya, pasalnya Wisnu kemaren tidak siap dengan biaya yang akan dikeluarkan olehnya."Bi -- biaya? Si -- siap kok. Kalo gak s
Tubuh Vani mendarat sempurna diatas tubuh Gerry. Gerry pun lalu menc*um bibir Vani dan memeluk tubuh istrinya itu sambil meghirup aroma khas tubuhnya. Vani yang tak siap dengan serangan mendadak itu, hanya bisa pasrah, dia takut jika melawan maka Gerry akan kembali marah."Bentar, Mas, tutup pintu dulu," ucap Vani saat Gerry telah melepaskan ci*mannya. Gerry pun lalu melepaskan pelukannya dan membiarkan Vani untuk menutup pintunya.Setelah pintu kamar terkunci, Vani lalu kembali ke dekat Gerry dan naik ke tempat tidur untuk ikut rebahan bersama Gerry. Gerry pun mengubah posisi tidurnya menjadi miring dengan bantuan Vani. Kini posisi mereka saling berhadap-hadapan, Vani membelai wajah sang suami dengan sangat lembut, begitupun dengan Gerry yang membelai rambut Vani dan perlahan menuju ke pinggangnya. Tangan kekarnya tetap berada di pinggang Vani, lalu dia pun menci*m kening wanitanya itu."Maaf udah ngebentak kamu, aku refleks tadi," ujar Gerry dengan penuh penyesalan. Vani pun menggel
Udah yuk, Yang, kita pergi aja dari sini. Parah banget emang Kak Vani sekarang," ajak Adel kepada Wisnu. Adel pun berjalan lebih dahulu menuju kamarnya."Van, kenapa Lu berubah?" tanya Wisnu lirih sambil terus menatap pintu kamar Vani. Setelah beberapa saat, barulah dia pergi menyusul Adel menuju kamarnya.***Keesokan harinya, Vani pun telah bersiap untuk pergi bekerja."Cantik banget, Dek," puji Gerry kepada istrinya itu, saat Vani mengoleskan lipstik di bibirnya."Makasih, Mas," kata Vani sambil terus merapihkan make upnya."Jangan cantik-cantik, Dek. Nanti ada yang naksir kamu lagi," kata Gerry kembali. Vani pun kemudian menghentikan aktivitasnya saat mendengar ucapan Gerry tersebut."Gak, Mas," ucap Vani lalu menghampiri Gerry. Dia pun lalu duduk dipangkuan Gerry kemudian menc*um bibirnya.Sebenarnya, Gerry ingin melakukan hal lebih dari sekedar kissing, tapi dia tak berani mel
"Mas," panggil gadis itu lalu berlari menghampiri Gerry di teras dengan seyum yang sangat menawan. Lesung pipit di pipi sebelah kirinya, mampu membuat siapa saja terpana, begitu pun dengan Gerry yang ikut tersenyum melihat tingkahnya.Tak berselang lama, terparkir lagi sebuah mobil dan Fatah pun turun dari mobil itu. Dua mobil series terbaru berjejer rapi di depan pagar pintu rumah Vani."Mas, kemana aja? Kok gak pulang-pulang? Katanya cuma seminggu doang?" tanya gadis itu bertubi-tubi setelah menyalami dan memeluk Gerry sebentar. Gerry pun menyuruhnya duduk terlebih dahulu di kursi yang berada didekatnya. Setelah itu menyalami Fatah yang berada dibelakangnya lalu menyuruhnya duduk di bangku sebrangnya."Ada disini. Kamu tau dari mana rumah ini?" tanya Gerry kepada gadis itu. Pasalnya, dia tak pernah memberi tahu rumah Vani sebelumnya."Dari Mas Fatah hehe. Jawab dulu pertanyaan Mira, Mas," pinta gadis itu yang ternyata bernama Amira."Ma