Share

New generasi

Raja Leo mengeluarkan semua amarahnya ke dalam kekuatan pedang yang dia pegang "Mati kau! kutukan macam apa itu? aku tidak percaya" teriaknya lantang dengan sedikit tersenyum

"Tidak! Raja! apa yang kau lakukan?" teriak Ratu Arrabelle yang berlari ke arahnya dengan air mata yang mulai berjatuhan

Raja menatap ke arah Ratu Arrabelle "Prajurit bawa Ratu ke dalam!" teriak dia dan ke dua prajurit itu pun langsung membawa paksa Ratu Arrabelle ke dalam

"Raja, kenapa kau melakukan ini? apa yang kau lakukan salah, dia hanya meminta sedikit makanan kan? kenapa kau tidak memberinya saja? apa susahnya?" teriak Ratu dengan air mata yang bercucuran

Raja Leo menatapi prajuritnya yang lain "Kalian urus nenek tua ini" ujarnya yang lalu menatapi mayat nenek tua yang tergeletak di rumput itu

Raja pun masuk ke dalam kastil dan membersihkan dirinya, sementara itu jauh di sana tepat di belakang pohon. Anak-anak yang datang bersama nenek tua tadi, mereka menangis histeris setelah melihat nenek tua itu justru mati begitu saja. Di sana juga ada seorang pria berusia sekitar 40 tahun dia tidak bisa berbicara dan dia adalah anak dari nenek itu. Dia menangis dengan mengepal tangannya kuat.

Beberapa bulan berlalu..

Sang Ratu melahirkan seorang bayi perempuan cantik yang di beri nama Lily Arckly oleh sang Raja. Sebenarnya setelah kematian nenek tua itu hubungan antara Ratu dan Raja tidak lagi hangat. Ratu Arrabelle merasa begitu kecewa dengan apa yang Raja Leo lakukan pada nenek tua itu. Namun saat kelahiran Lily ke duanya menjadi di satukan kembali dalam satu kehangatan lagi.

Hingga Lily di besarkan oleh cinta ke dua orang tuanya, dari Raja dan Ratu yang amat menyayanginya. Namun saat usia Lily menginjak 4 tahun ada sebuah hal aneh yang tak seharusnya terjadi pada anak seusianya. Lily memegang pisau dan membunuh seekor kucing yang selalu dia sayangi sebelumnya hal ini membuat Raja dan Ratu mengingat kutukan itu.

"Lily apa yang kau lakukan sayang? kucing itu kucing kesayanganmu kan? dia yang selalu menjagamu tidur tapi sekarang? kenapa kau melakukan hal itu?" lirih Ratu Arrabelle menatapi Lili yang berlumuran darah itu

Lily menatapi ibunya polos namun ia mendekat ke arah ayahnya dan menunjuk ayahnya dengan pisau berdarah itu "Ayah, aku melakukan sepelti ayah.. sama sekali" gerutunya

"Apa?" ke duanya terkejut dan menatap satu sama lain

Ratu Arrabelle membuang nafasnya berat "Apa ini merupakan kutukan itu?" lirihnya menatapi Raja Leo penuh tekanan

Raja Leo membuang wajah sembari memegangi kepalanya sakit, dia membelakangi putrinya. "Aku tidak tahu, aku yakin ini tidak ada kaitannya!" tegasnya lantang

"Tapi Raja, usia Lily baru 4 tahun dan kenala dia melakukan hal sekejam ini pada hewan kesayangannya? ini sangat di luar nalar" lirih Ratu Arrabelle semakin penuh dengan ketakutan

Raja menatapi Ratu kesal "Apa mungkin kerajaanku juga akan hancur? itu maksudmu? aku harus mempercayai kutukan yang nenek tua itu katakan? apa maksudmu kerajaanku juga akan hancur?" teriak sang Raja menatapi Ratu murka

"Ti-tidak bukan itu maksudku Raja" lirihnya menjauh karena takut saat itu pun Lily kecil berdiri untuk melindungi ibunya dan menodongkan pisau di depan sang Raja yang merupakan ayahnya

Raja semakin tak habis pikir dia memilih untuk pergi dari hadapan mereka "Apa yang ku lihat ini?" teriaknya lantang sembari keluar dari kamar Lily

"Ya ampun Lily sayang, simpan pisaunya jangan melakukan itu pada ayah. ingat jangan berbuat jahat" gerutu Ratu Arrabelle sembari mendekat padanya

Lily tersenyum sangat manis setelah melihat ibunya, ia pun melepaskan pisau itu dari tangannya. "Ibu peluk Lily, Lily kangen ibu" gerutu Lily seakan baru menemuinya, Ratu Arrabelle pun memeluk Lily begitu erat

"Aaahh! dia kenapa ibu? Catty dia kenapa beldalah? kasihan dia buu" teriak Lily tiba-tiba setelah melihat kucing putihnya berlumuran darah

Ratu Arrabelle semakin tak habis pikir "Sebenarnya apa yang terjadi pada Lily? apa kutukan itu benar-benar menimpa anakku?" gerutu Ratu Arrabelle dalam hatinya

"Kenapa puteri Lily membunuh kucingnya? dan kenapa dia berkata seakan baru bangun tidur dan tidak terjadi sesuatu padany?" lirih Garra V dalam hatinya dia mengintip dari luar

Tiga tahun berlalu, keanehan-keanehan yang menimpa Lily semakin banyak dan sering terjadi hingga tak terhitung jumlahnya. Lily seakan memiliki dua sifat sekaligus dua jiwa dalam dirinya. Raja Leo hampir gila melihat semua hal itu, sementara Ratu Arrabelle terus berusaha untuk membimbingnya dan mengobati Lily ke orang-orang pintar namun Lily sama sekali tak ada perubahan. Mereka bilang Lily ini di kutuk dan satu-satunya yang bisa melepaskan kutukannya adalah orang yang mengutuknya. Hal itu tentu membuat Ratu Arrabelle kebingungan karena mana mungkin dia bisa menghidupkan orang yang mati.

Saat-saat kerajaan bingung bagaimana menghapus kutukan Lily saat itu pun tiba-tiba kerajaan mereka di serang. Karena tanpa pertahanan sebelumnya tentu saja hal itu membuat kerajaan Loard runtuh seketika. Semuanya mati tak ada yang tersisa Raja dan Ratu pun mati, kecuali dengan Lily yang di simpan di kastil terkecil oleh Ratu Arrabel.

Sejak saat itu Lily justru tertidur di kastil dan bangun dengan suasana dunia yang sudah berbeda, berapa lama dia tertidur? 1000 tahun dan saat bangun dia masih Lily yang sama Lily kecil dengan usia 7 tahun. Lily bangun dengan seorang pria tua bisu di sampingnya.

Masa inilah, dimana masa-masa Lily mencari jati dirinya. Tanpa orang tua yang sebelumnya selalu menemaninya. Lily saat itu masih berusia 7 tahun dimana dia belum sepenuhnya bisa mengingat hal-hal yang telah terjadi padanya. Namun yang dia tahu, dunianya kini terasa sangat berbeda dari hari kemarin.

*****

Hari-hari terus ia jalani meski dengan penuh rasa penasaran dalam dirinya dia tidak bisa mendapat penjelasan apapun dari siapapun, di tambah lagi Lily hanya mengenal satu orang yang selalu di sampingnya namun tidak bisa berbicara dan menjelaskan dari mana sebenarnya Lily berasal. Kini Lily sudah berusia 19 tahun. Hari ini adalah hari pertama Lily akan masuk Sekolah Menengah Atas, sebenarnya dia merasa kurang percaya diri karena memang keadaannya yang selalu tidak bisa mengendalikan emosinya.

Lily berjalan sendirian menuju ke gedung SMA, di mana letaknya tidak begitu jauh daei rumah kastil. Semakin dekat dengan jarak SMA gadis dan pria seusia tengah berjalan masuk ke arah SMA melewati Lily yang memang jalannya agak lambat. Lily kemudian berhenti di depan gerbang sekolah di mana di sana tertulis nama SMA Pencakar Langit. Tak lama dia tersenyum entah apa yang di pikirkan olehnya saat ini.

"Pencakar langit ya? Hahh" gerutunya masih menatapi deretan tulisan itu sembari membuang nafas berat

Lily kemudian menatapi ke sekeliling di mana teman-teman sekolahnya melewatinya begitu saja. "Mari kita lihat apa SMA ini benar-benar lebih hebat dari ku? Pencakar langit? Haha yang benar saja" ujarnya lagi lalu kembali melangkahkan kakinya dan masuk ke sekolah sana

Seperti anak lain biasanya, Lily juga mencari kelas dimana dia akan di didik. Dia mencari deretan namanya di setiap lembaran kelas baru. A dan B telah dia lalui, hingga kini dia berada di kelas terakhir yaitu kelas C dari jurusan sains. Lily memilih jurusan sains karena merasa ingin mendalami tentang sains, sangat jauh bayangannya jika dia masuk ke jurusan IPS dimana dia saja tidak tahu caranya hidup di masyarakag apa lagi untuk mempelajarinya dia sangat malas.

"Sialan! Sekolah ini menempatkan ku di bagian paling akhir jurusan?" Ujarnya pelan cukup tegas padahal di sampingnya juga ada anak-anak lain yang sedang memerhatikan pengumuman nama itu

Mereka hanya menatapi Lily dengan tatapan sinis dan aneh, siapa yang tidak aneh? "Hey jangan berbicara sembarangan, setidaknya kan ini hari pertama kita semua bersekolah. Besikap lah sebaik mungkin untuk hari ini saja hmm setidaknya sampai 7 hari ke depan" jelas lelaki itu menatapi Lily rendahan

"Kau menasehati ku atau ingin menantang ku?" Tanya Lily dengan tatapan mata datar pada nya

Ke dua teman pria itu yang ada di sampingnya memperingati "Hey sebaiknya kita jangan cari masalah dulu Jes" bisiknya pada pria bernama Jes itu

"Benar Jes, lagian buat apa berurusan dengan wanita toh semua wanita sama-sama berisik dan menyebalkan kan?" Gerutu pria yang satu nya lagi pada Jes

Jes mengangguk dan menatapi Lily sinis "Aku sama sekali tidak berniat untuk menantangmu, kita semua sekarang teman sekelas dan aku berharap kita semua berteman baik" ujar Jes lalu tersenyum pada Lily dan meleos pergi masuk ke dalam kelas

"Pencitraan!" Ujar Lily sinis setelah dia pergi dari hadapannya

Lily menatap ke sekelilingnya dimana kini orang-orang menatapinya aneh "Hah apa lagi ini? Sialan" ujar Lily menatapi mereka semua kesal lalu melipat tangan di dadanya dan pergi dari hadapan mereka semua

"Siapa sih itu? Perasaan kok songong banget dari tadi" bisik si gadis berambut pendek

Gadis lain yang ada di sebelahnya mengangguk setuju "Tau tuh dia tadi aja berani sama cowok, mana ada deh kita sekelas sama dia juga serem ish! Aura nya kok berasa beda aja gitu" tambah nya

"Tau anjir! Kok bulu kuduk gue merinding sih" gerutu si gadis lain yang berambut panjang terurai

"Udah udah ayo kita masuk kelas aja, nanti wali kelas keburu masuk" ujar yang lain yang tak lain adalah gadis berkacamata dengan name tag Aura

Di samping Aura ada teman perempuannya yang berambut di kepang dengan name tag Avril, dia hanya diam dan menatapi mereka malu.

"Ish apaan sih ikut ikutan sama circle kita?" Ujar si gadis berambut pendek tadi dengan name tag Belle

"Tau nih kenal juga kagak ya kan gengs?" Tambah si Dara yang juga teman Belle

"Iuww! Gadis gadis cupu mana mungkin masuk circle kita lho, ya kali aja! Yuk ah masuk kelas gengs" tambah Jessie gadis berambut panjang dan cantik itu

Mereka bertiga segera menjauh dari hadapan Aura dan Avril, semuanya terlihat jijik dengan penampilan Aura mau pun Avril. 

"Hah.. apa kan aku bilang Aura, kita jangan terlalu banyak bicara sama temen-temen sekelas kita. Ya seenggaknya kita harus banyak belajar dari zaman kita SMP dulu" jelas Avril dengan tatapan takut

Gadis berkaca mata itu segera menggeleng dan memegangi tangan Aura erat mencoba untuk membuatnya tetap kuat meski apa pun yang terjadi "Sudah lah Avril, kita jangan ingat dengan masa lalu lagi! Untuk kali ini kita harus lebih kuat dan lawan aja siapa pun yang berusaha untuk membully kita oke?" Semangat Aura menatapi Avril percaya diri

"Hmm kamu susah di bilangin Aura, tapi ya udah deh apa salah nya juga menjadi sedikit berani. Hah" gerutu nya pelan lalu membuang nafas nya berat

Mereka berdua pun juga ikut masuk ke dalam kelas di mana Aura dan Avril melihat ada dua bangku kosong di samping gadis aneh tadi yang tak lain adalah Lily. Satu bangku kosong di samping kiri Lily dan satu bangku kosong di belakang Lily.

"Ya tuhan, kita kebanyakan ngomomg Aura yahh akhirnya cuma kebagian kursi yang deket sama gadis itu. Gimana dong?" Gugup Avril yang memang sedikit takut dan memiliki perasaan tidak baik pada Lily setelah melihat sorot mata nya

"Hahh.. ya mau bagaimana lagi Avril, sesuai dengan motto kita kali ini kan aku bilang? Mulai sekarang kita harus berani apa pun yang terjadi oke" senyum nya lalu menarik tangan Avril dan mereka berdua mulai mengisi bangku kosong itu

Aura duduk di samping Lily dan Avril duduk di belakang Lily. Mereka pun mulai membereskan tas nya dan merapihkan buku kosong di meja beserta dengan bolpoint. Aura kemudian menatap ke belakang dan hendak menatapi Avril, namun tatapannya terganggu saat ia sadar sedari tadi Lily memerhatikannya. "Hmmh hai?" Sapa Aura kaku melambaikan tangannya pada Lily lalu perlahan menatapi Avril karena tak bisa lama-lama menatapi Lily

"Hmm ya ampun Aura" gerutu Avril dalam hatinya dengan tatapan takut

"Hai?" Sapa Lily yang justru terdengar meledek

Aura kemudian memilih untuk duduk tegap dan tanpa melihat ke arah manapun dia merasa sangat canggung berada di sekitar Lily "Ya tuhan, pada awalnya aku bilang sama Avril untuk mulai percaya diri dari sekarang. Tapi setelah melihat gadis itu aku merasa down dan engga percaya diri, apa mungkin dia akan membully kami di kelas ini? Hahh semoga tidak" ujarnya dalam hati dengan nafas yang terdengar berdegup sangat cepat

Karena pada masa lalu Aura dan Avril mereka sangat trauma dengan kasus bullying yang sering kali menerpa keduanya, bahkan butuh bimbingan dari guru bp selama satu bulan untuk membuat Avril dan Aura kembali ke sekolah lagi. Bagi mereka perlakuan murid lain terhadapnya dangat keterlaluan dan sulit dimaafkan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status