Share

Be careful, Laila!

Hey, girls!” sapa Laila kepada Wendi dan Elsa yang tengah terpaku pada layar monitor.

Hey!” Elsa menjawab sambil terus mengetik.

Dare to go to the beach?

Yea!” Elsa lagi yang menjawab.

Wendi masih saja serius dengan pekerjaannya.

Let’s go!” Laila berdiri di antara kedua perempuan berbeda warga negara tersebut agar bersiap.

I am coming!” Elsa berdiri sambil meraih tas kecilnya menyambut ajakan manajer yang ceria tersebut. “Let’s go, Wendi!

Ketiganya memang kerap bertiga jalan-jalan. Sore itu, enam puluh menit menjelang waktu pulang, mereka bermaksud hendak jalan-jalan ke pantai yang menjadi satu bagian dengan resort mereka bekerja.

Sinar matahari yang semburat keemasan menyirami pantai yang berpasir putih, saat itu tak banyak tamu sehingga ketiga sahabat leluasa menikmati waktu santai mereka. Wendi mengenakan kacamata hitamnya merebahkan diri di sunbed yang berjajar di sepanjang bibir pantai. Bagi Elsa, bukan ke pantai namanya jika tidak masuk ke laut. Perempuan ceria tersebut menenteng sandalnya sambil mendekati laut membiarkan kakinya dimainkan oleh ombak yang datang dan pergi. Sementara Laila bertelanjang kaki di pasir yang putih sambil menatap cakrawala serta mengawasi kedua rekannya, sesekali ia melangkahkan kaki pendek-pendek melemaskan persendian. Pasir yang lembut menghangatkan telapak kaki, lalu secara perlahan menghidupkan syaraf perasa melalui pori-pori terus melaju ke seluruh tubuh membagikan kebahagiaan yang turut mendingin. Ketiganya pasti merasa kaku di sekujur tubuh setelah seharian penuh bekerja di dalam ruangan ber-AC.

Ketika Laila tengah asyik memandangi ujung barat yang mulai berwarna-warni, sepasang tangan kekar memeluknya dari belakang. Laila berbalik. Terlihatlah wajah seorang suami yang merindu, begitu dekat dengan wajahnya yang telah kembali menghangat. Perempuan yang membiarkan rambut ombaknya terurai tersebut dengan serta merta membalas pelukan orang tercintanya.

Laila memejamkan mata seakan ingin menghidupkan sensori seluruh indranya lebih aktif lagi, ia menghirup udara dalam-dalam lalu dihembuskan kembali dengan lega, demikian pula Hendro. Tak lama kemudian mereka telah bergandengan tangan menyusuri pantai.

Melalui jendela bar yang besar dan jernih, Hendro melihat kepergian Laila dan kedua rekannya. Ia pun mengikuti ketiga perempuan tersebut lalu turut serta bergabung di pantai.

Hendro dan Laila adalah pasangan serasi, siapa pun akan terpesona melihat kehangatan keduanya. Walaupun menggandeng Laila, ia tidak hanya asyik sendiri tetapi disempatkan pula untuk menyapa siapa pun yang ditemui di pantai.

Wendi dan Elsa kembali ke kantor tanpa menanti kembalinya Laila ke tengah mereka. Alia masih saja di tempatnya duduk. Tak lama setelah Wendi dan Elsa duduk di meja masing-masing, Hendro dan Laila masuk ke dalam ruangan. Raut wajah Hendro terlihat segar, sementara Laila tampak bersemu. Jauh di lubuk hati kedua sahabat mengetahui yang tersirat, akan tetapi tak ada komentar apa pun dari Elsa dan Wendi. Berbeda dengan Alia, raut wajah perempuan berambut pendek tersebut berubah, sesaat setelah memperhatikan kedua pasangan romatis tersebut.

You know, it’s only a few minutes going home.” Tiba-tiba Alia bersuara.

I know.” Hendro menjawab komentar Alia.

Ketika Alia hendak membuka mulutnya lagi, Wendi mendahului, “It’s none of your business. At all. Do you have any problem with that?

No.

Good. Keep it that way.

***

Gelap tak selalu kelam, buktinya kopi hitam yang manis dapat memberikan kejutan kepada raga yang mengantuk. Alia menyesap kopi hitamnya yang tersisa sambil duduk santai di bar. Matahari terlihat malu-malu mengintip di ufuk timur, melemparkan semburat keemasan yang membiru.

Ali tiba terlebih dahulu melebihi rekan-rekannya lalu melanjutkan sarapan paginya di bar. Bar open air membuatnya leluasa memperhatikan tamu yang tengah jogging melewati bar sambil terus mengawasi timnya bekerja. Seorang bule perempuan berpakaian jogging berhenti sebentar ketika berpapasan dengan seorang waitress mengenakan polo putih, celana panjang hitam dan apron hitam sambil membawa sebotol air mineral. Mata Alia yang jeli menangkap Made tengah menuangkan air mineral kepada tamu perempuan tersebut. Alia segera menghampiri keduanya.

So, is there any problem?” tanya Alia kepada tamu.

“Well, this lady is good that bring me some quencher for my thirst. I’m fine.” Sahut sang bule dengan menyungging senyuman. Pelipisnya berkeringat, juga beberapa area leher dan ketiak terliat keringat membasahi.

Made seketika berdiri dengan posisi siap. Jar digenggampnay dengan tangan kiri.

Alia beralih kepada Made,” You know, when you pure some water, you have to realize that you cannot touch several area such us the upper part of the glass. This area is where the people put their lips to drink. We should consider taking care this area very well, for what?

So that it’s clean.” Made menjawab.

Correct. This area should be clean therefore you cannot touch it with your hand nor your bottle. When you pure the water, the correct way is like this …

Alia meraih botol air mineral dari tangan Made lalu menuangkan sedikit air ke dalam gelas tamu dengan ketinggian sepuluh senti meter.

Do not put the bottle directly to the glass. Even thou this bottle is clean, you must respect whoever drinks from this glass. The guests do not know if the bottle is celan or not. Keep the bottle this height from the glass.” Kata Alia sambil mempraktekkan cara menuang air mineral ke dalam gelas.

Made mengangguk-angguk setelah mendengar penjelasan dari Alia.

Do you get it?

Yes.

Now you do that.”

Made mempraktekkan apa yang baru saja diuraikan oleh Laila di hadapan tamu. Ia terlihat canggung, akan tetapi sang tamu memberinya senyuman ramah sehingga menguatkan gadis polos tersebut agar percaya diri.

See? You can do it.” Kata sang tamu dengan wajah sumringah.

Made pun tersenyum lebar.

Alia melanjutkan, “That’s how we do it in correct way.”

Thank you.” kata Made kepada Aila lalu mundur selangkah untuk kemudian kembali ke bar.

Pekerjaan Alia sebagai Chef tidak hanya terbatas pada area dapur dan kantor saja tetapi harus mengawasi kegiatan di lapangan. Jika ditemuinya sebuah kekeliruan walau pun kecil sekali pun dan sedang berada di dekat tamu, ia akan segera menghampiri tempat kejadian untuk mengoreksi. Tugas ini bukanlah mudah juga tidak mudah bagi karyawan yang sedang melayani tamu. Sungguh memerlukan kebesaran dan kekuatan hati, sehingga mampu terus bersikap professional.

Kali ini mata Alia menangkap sosok Hendro dan Alia yang tengah mengobrol berdekatan sambil berdiri di dekat kolam renang. Alia memperhatikan tingkah pasangan dimabuk asmara tersebut dengan teliti, bola matanya melebar lalu mendesis, “Be careful, Laila.”

--Bersambung--

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status