Share

Mendaftar Turnamen Ketangkasan 5 Tahunan

Saat sedang berada dalam perjalanan pulang dengan kereta kuda menuju ke Georgiatown, ibu kota Wisteria Kingdom, Lady Amelia Stormside membuka jendela depan kereta yang ada di balik punggung kusir. Dia mengobrol dengan Jeffrey Ross, sobat sekaligus kusirnya.

"Kasihan sekali anak-anak di panti asuhan itu, Jeff. Sayang sekali aku tak punya banyak uang untuk disumbangkan," ujar Amelia dengan tatapan sayu memandangi jalanan di depan kereta kuda dari jendela itu.

Jeffrey pun menyahut, "Miss Amy, apa Anda sudah mendengar mengenai turnamen ketangkasan 5 tahunan yang diadakan kerajaan Wisteria dan Drakenville sebentar lagi? Hadiahnya total 1 juta Lira, kurasa juara harapan pun akan mendapat uang yang lumayan besar nilainya!"

Seolah mendapat kabar suka cita dari malaikat, wajah Amelia berbinar-binar. Dia pun berkata, "Apa pesertanya harus mendaftar terlebih dahulu, Jeff? Antarkan aku sekarang untuk mendaftar kalau iya!"

Kusir kereta kuda itu tertawa kencang terbawa oleh angin yang berhembus melawan arah kereta, Jeffrey menjawab, "Tentu saja, Miss Amy. Aku suka semangatmu! Sepertinya pendaftarannya di gedung markas prajurit kerajaan, kuharap belum tutup karena senja mulai turun!" Pemuda 18 tahun itu menghela tali kekang kedua kudanya agar berlari lebih kencang menuju ke arah Georgiatown.

Langit masih berwarna ungu bersemburat jingga keemasan ketika kereta kuda keluarga Stormside berhenti di halaman depan gedung markas prajurit kerajaan Wisteria. Lady Amelia bergegas turun dari kereta kuda dan dengan ditemani oleh Jeffrey Ross, dia masuk ke bangunan batu 3 lantai itu. 

Seorang pria berseragam prajurit warna merah maroon menyapa mereka berdua, "Selamat sore, apa ada yang bisa saya bantu?" 

Jeffrey pun mengambil inisiatif untuk bicara mewakili nona mudanya. Turnamen ketangkasan itu ditujukan untuk peserta pria sebenarnya dan dia lupa memberi tahukan hal itu kepada Amelia tadi. "Tuan, kami ingin mendaftar sebagai peserta turnamen ketangkasan 5 tahunan. Apa masih bisa?" ujarnya.

Pria berusia awal 30 tahunan itu mengamati Lady Amelia lalu menjawab, "Hanya untuk laki-laki, tidak untuk perempuan apalagi yang lemah! Turnamen ini melibatkan adu fisik yang beringas, kami punya aturan ketat agar tidak ada yang merasa dirugikan."

"Saya mendaftar mewakili kakakku yang sibuk di peternakan sapi perah, Tuan. Dia sedang memerah sapi betina sore ini, jadi saya yang ikut dengan Jeff untuk memastikan namanya terdaftar," jawab Lady Amelia dengan cerdik. Dia melirik Jeffrey Ross sembari tersenyum bersekongkol.

"Benar, Tuan. Kakak nona ini sahabat kentalku, dia pasti menang di turnamen ketangkasan kali ini!" timpal Jeffrey berusaha meyakinkan prajurit itu.

Mendengar optimisme remaja laki-laki itu, prajurit itu pun tertawa terbahak-bahak. Dia lalu menyodorkan formulir sebanyak 2 lembar untuk diisi oleh Jeffrey dan Lady Amelia. "Berharap boleh-boleh saja. Nah ... ini, isi formulir masing-masing. Cepatlah, waktu kalian 5 menit saja karena aku akan berganti shift jaga sebentar lagi!" tuturnya.

Ketika Amelia membaca jenis lomba yang harus diikuti di turnamen ketangkasan 5 tahunan itu, dia merasa sanggup melakukannya dengan baik. Memanjat tali dengan cepat, memanah, berkuda, adu lembing, dan gulat lumpur, semuanya bisa dia lakukan. Segera saja gadis itu mengisi data diri peserta, dia menuliskan namanya sebagai Alexander Banning. Entah siapa itu yang terpenting dia terdaftar menjadi pria itu sebagai peserta lomba.

"Sudah, Tuan!" ucap Amelia menyodorkan kertas formulirnya bersama milik Jeffrey Ross. 

"Oke, Alexander Banning dan Jeffrey Ross ya? Baiklah, katakan kepada kakakmu, Gadis Kecil, turnamennya akan diadakan besok lusa mulai pukul 09.00 pagi. Jangan terlambat!" pesan prajurit itu seraya menyimpan kedua lembar formulir tadi di laci meja pendaftaran bersama formulir peserta lainnya.

"Baik, Tuan. Terima kasih, kami permisi dulu," sahut Amelia membungkukkan badannya lalu menarik tangan Jeffrey Ross untuk keluar dari gedung itu.

Mereka pun berkendara pulang ke kediaman Stormside yang megah. Langit semakin gelap, Amelia tak ingin dimarahi oleh ibundanya karena pulang terlalu petang. Namun, sepertinya kali ini dia tak akan lolos dari omelan karena Lady Zemira Stormside telah berdiri menunggu puterinya di depan teras rumahnya.

Saat Amelia menginjakkan kakinya ke tanah turun dari kereta, dia lalu bertemu pandang dengan ibundanya. "Hai Mama, sedang apa di teras depan sendirian?" sapa gadis itu ceria tanpa merasa bersalah.

"Menunggu kepulangan puteriku tentunya, kita mendapat undangan pesta dansa di istana, Amy. Kenapa kau pulang terlambat sekali?! Kau belum mandi dan berdandan, sedangkan para puteri bangsawan lainnya mungkin telah naik kereta untuk berangkat ke istana saat ini!" Lady Zemira Stormside bergegas menarik masuk puterinya ke dalam rumah menuju ke kamar tidur Amelia.

Sebenarnya pesta dansa di kalangan bangsawan sudah menjadi makanan sehari-hari gadis lajang sepertinya, hanya saja karena ini yang mengundang adalah baginda raja sendiri, kesannya menjadi istimewa. Konon kabarnya pangeran putera tunggal mendiang permaisuri baru saja dipanggil pulang ke Wisteria Kingdom dan sedang mencari calon istri.

"Amy, kau harus berdandan istimewa malam ini. Siapa tahu pangeran akan mengajakmu berdansa—itu akan menjadi kesempatan untuk mendapat jodoh yang luar biasa bukan?" celoteh Lady Zemira sembari menunggui puteri tunggalnya mandi di bak mandi air hangat wangi yang terletak di balik papan kayu berukir.

Puterinya yang mendengar perkataan Lady Zemira memutar bola matanya. Dia masih ingin bebas bersekolah dan juga bermain bersama teman-temannya. Ibundanya agak terlalu ambisius bila mengharapkan menantu seorang pangeran, pikirnya dalam diam.

"Amy, ayo—kau lama sekali mandinya!" seru Lady Zemira bersedekap sembari berdecak tak sabar.

"Oke, Mama. Aku sudah keluar dari bak dan mengeringkan badanku. Bisakah Osilda membantuku berpakaian di sini?" jawab Amelia yang sedang menghanduki badannya sehabis mandi.

Lady Zemira segera menyuruh pelayan pribadi Amelia untuk membantu puterinya berpakaian. "Osilda, lakukan dengan cepat. Jarum jam terus berputar dan kita kehabisan waktu!" lecut nyonya besar Stormside tak sabar sambil duduk di sofa kamar tidur anaknya.

Ketika Amelia melangkah keluar dari balik papan kayu berukir itu, sepasang mata ungu yang identik dengan miliknya berbinar-binar menatapnya dengan kagum. "Puteriku begitu memesona, kurasa pangeran tak akan melewatkanmu, Sayang!" pujinya sembari menarik tangan Amelia untuk duduk di depan cermin rias. Lady Zemira sendiri yang akan mendandani puterinya agar tampil secantik bunga mawar Perancis yang sedang mekar.

Bedak yang berwarna krem menghaluskan tampilan seraut wajah oval berbentuk hati itu, dan maskara hitam menegaskan kelentikan bulu matanya. Bibir ranum itu dipulas dengan lipstick berwarna merah jambu hingga tampak penuh menggoda setiap mata yang melihatnya untuk menciumnya. Lady Zemira tahu bagaimana caranya menonjolkan kecantikan paras puterinya.

"Luar biasa, Amy. Kuharap malam ini akan menjadi malam yang indah untukmu dan juga pangeran tentunya. Mama yakin dia akan jatuh cinta ketika menatap wajahmu, Kesayanganku," ujar Lady Zemira seraya menatap puterinya yang telah selesai ia dandani.

Gadis dari keluarga Stormside itu menatap pantulan bayangan dirinya di dalam cermin dan tersenyum. Sekalipun Amelia belum pernah bertemu dengan Pangeran William, tetapi dia berharap pemuda itu pun tak kalah memesona baginya. 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kiki Sulandari
Apakah Amelia akan memenangkan lomba ketangkasan itu demi membantu panti asuhan?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status