"Bravo, Miss Amy!" teriak Jeffrey Ross dengan tercengang saat dia melihat nona mudanya melambaikan tangan di atas benteng setinggi 50 meter setelah gadis itu memanjatnya dengan bantuan tali tambang.Setelah mencopot tali tambang yang tadi dia lemparkan hingga melingkari batu dinding benteng, Lady Amelia menggulung tali tambang itu dengan rapi lalu mengikatnya sebelum melemparkannya ke bawah dimana kusir kereta kudanya berada. Dia lalu berjalan santai menuruni tangga menuju ke pintu keluar samping benteng yang minim penjagaan itu. Wisteria Kingdom sudah lama memang tidak pernah terlibat perang dengan negara tetangga. Prajurit yang masih tersisa lebih banyak yang berusia di atas 30 tahun dibanding yang masih remaja. Setelah menemui Jeffrey Ross, nona muda keluarga Stormside itu pun berkata, "Tubuhku ringan, itulah sebabnya tak ada kesulitan untuk memanjat dengan tali, Jeff. Lagi pula kakiku menapak di tembok pastinya itu teknik yang bagus untuk menambah kecepatanku naik ke atas.""Wow
Tidak mencukur wajah selama beberapa hari membuat wajah sang pangeran dari Wisteria Kingdom tersamarkan seperti buruh kalangan rakyat jelata. Pangeran William sengaja mengenakan pakaian dari bahan kain longgar yang warnanya sudah memudar. Hari ini adalah hari pertama turnamen ketangkasan 5 tahunan yang diadakan Wisteria Kingdom dan Drakenville Kingdom. Dia sengaja menyamar sebagai pemuda biasa untuk sekadar berkompetisi secara sportif dengan peserta lainnya. Ketika Pangeran William melewati taman istana menuju ke dinding depan benteng istana, dia berpapasan dengan Jenderal Sebastian Dalio. Sedikit menyembunyikan rasa gelinya, sang jenderal menyapa sang pangeran, "Selamat pagi, Your Grace. Hari yang cerah untuk berkompetisi!" "Pagi yang segar, Jenderal! Oya, jangan panggil aku dengan gelarku, cukup Willy saja, oke?" balas Pangeran William sambil berjalan cepat menuju ke lokasi turnamen babak pertama."Apa tidak masalah seperti itu, Pangeran? Ehh—Willy?" ujar Jenderal Sebastian ragu
Pengumuman peserta yang lolos ke babak kedua turnamen ketangkasan 5 tahunan dibacakan oleh Jenderal Sebastian Dalio di panggung yang dibangun di depan tembok luar benteng istana yang digunakan sebagai base camp panitia dari dua kerajaan yang berkompetisi bersama.Jenderal Jason Oliviera dari Drakenville Kingdom duduk di samping kursi yang ditempati oleh Perdana Menteri Alexei Stormside. Beliau berbincang dengan volume pelan mengenai hasil peserta lolos babak kedua yang berimbang dari Wisteria dan Drakenville Kingdom. Selain itu Jenderal Jason juga bertugas mengantarkan Puteri Alea Briggita Kincaid yang akan tinggal sementara di istana Wisteria sebagai tamu kerajaan."Your Lordship Stormside, saya ingin menitipkan Puteri Alea kepada Anda. Beliau akan tinggal di istana Wisteria hingga akhir turnamen," ujar Jenderal Jason Oliviera dengan nada serius, dia sendiri harus pulang petang ini ke Drakenville bersama Pangeran Ares Kincaid dengan naik kuda dikawal sekompi prajurit pengawal berpang
"Your Grace, perkenalkan ini puteri tuan perdana menteri. Nama beliau adalah Lady Amelia Stormside," tutur Marsha Steinfield yang mendapat tugas melayani Tuan Puteri Alea Briggita Kincaid selama tinggal di istana Wisteria Kingdom.Sang puteri sedang duduk di depan cermin rias mendandani dirinya dengan perona bibir merah jambu. Dia akan makan malam bersama Pangeran William Lancester dan juga berencana untuk memaksanya menemani berjalan-jalan di taman seusai makan malam nanti.Puteri Alea melirik wajah Lady Amelia dari pantulan bayangan cermin karena dia sedang memunggungi semua orang di kamar tidur nan luas itu. Dia memicingkan matanya tak senang, dia mengenali wajah gadis yang ternyata adalah puteri Alexei Stormside. Mereka satu sekolah di Drakenville dan Lady Amelia cukup populer di mata siswa laki-laki.Pikiran negatif Puteri Alea membuatnya iri dengan kecantikan Lady Amelia. Dia kuatir bila Pangeran William melihat gadis itu justru calon raja incarannya akan menaksir Lady Amelia da
Setelah membolos sekolah sehari untuk mengikuti turnamen ketangkasan 5 tahunan, Lady Amelia kembali masuk sekolah dan dia segera mengejar ketertinggalan pelajarannya di hari kemarin. Saat teman-temannya ramai bercanda di kelas sembari menunggu guru mereka masuk memberikan pelajaran pagi, Lady Amelia menyalin catatan teman dekatnya Queenta Larson yang selalu rajin memerhatikan pengajaran guru di kelas. "Amy, tumben sekali kau meliburkan diri dari sekolah. Apa ada acara penting kemarin?" tanya Queenta santai sambil mengamati kawannya itu menulis di buku dengan cepat.Lady Amelia menjawab dengan volume suara pelan sambil terus menulis, "Aku mengikuti turnamen ketangkasan 5 tahunan, Queenta. Dan kabar baiknya aku lolos babak selanjutnya yaitu memanah jitu. Doakan agar aku berhasil lolos babak ketiga. Aku butuh hadiahnya untuk didonasikan ke panti asuhan.""Wow, itu keren! Selamat dan semoga berhasil kalau begitu, Sobat. Aku hanya tak mampu membayangkan betapa sulitnya bersaing dengan pa
"Heeyaa!" Jeffrey Ross memacu kedua kuda jantan hitam penarik kereta milik keluarga Stormside.Sang nona muda berada di dalam kereta kuda yang melaju menuju ke Kedai Bronson. Tempat makan siang seusai sekolah bagi Lady Amelia dan teman-temannya selalu sama sedari dulu. Itu dikarenakan lokasi kedai itu memang di jalan raya perbatasan Drakenville dan Wisteria yang pasti dilalui mereka saat berangkat serta sepulang sekolah."Jeff, kau tak lupa kalau kita akan berlatih memanah 'kan?" tanya Lady Amelia dari jendela depan kereta yang dia buka."Tentu saya ingat, Miss Amy! Busur dan anak panah sudah saya siapkan di bagian belakang kereta. Sepertinya kita bisa berlatih di halaman belakang Kedai Bronson siang ini untuk menghemat waktu," ujar Jeffrey Ross seraya memelankan laju kedua kudanya. Kereta itu membelok ke halaman parkir pengunjung Kedai Bronson."Dimana pun tak masalah, Jeff. Aku hanya perlu berlatih hingga bisa memanah dengan jitu besok lusa!" jawab Lady Amelia dengan antusias. Namun
Sejenak gadis itu mempertimbangkan syarat dari Willy bila dia ingin diajari memanah. Turnamennya tersisa 2 hari lagi dan waktunya belajar memanah jitu tidak banyak. Maka akhirnya ...."Baiklah! Aku setuju, tetapi aku harus membawa Jeff untuk menemani kita berkencan," jawab Lady Amelia memberikan syarat kencan yang diinginkannya. Seorang lady yang masih lajang tidak boleh pergi berdua saja dengan seorang laki-laki, itu hal yang tabu di Wisteria Kingdom.Dalam benaknya sang pangeran pun mengerti etiket bangsawan itu, dia menganggukkan kepalanya seraya berkata, "Tentu saja, My Lady. Kita harus mematuhi norma yang berlaku di kalangan terhormat. Aku akan pikirkan mengenai kencan pertama kita nanti. Mungkin ada baiknya sekarang kita mulai saja latihan memanahnya, apa kau siap?""Kapan pun—" Lady Amelia melengkungkan bibirnya dan membiarkan Willy mengajarinya cara memanah yang benar."Berdirilah di sini!" pinta sang pangeran yang dituruti oleh gadis itu. Mereka berdiri berdekatan dengan posi
Langit telah berubah warna menjadi gelap ketika Pangeran William Lancester tiba di istana. Seorang prajurit membantu mengembalikan kuda tunggangannya ke istal, sedangkan sang pangeran bergegas masuk ke dalam istana untuk menuju ke kamar pribadinya. Tubuhnya lelah dan kotor setelah melakukan aktivitas fisik di luar ruangan dengan penyamaran sebagai seorang pelayan kedai.Kini dia mulai mengerti seperti apa rasanya menjadi rakyat jelata. Bahkan, dengan pekerjaannya sebagai pelayan kedai pun dipandang sebelah mata oleh para gadis bangsawan yang bisa jadi mungkin menarik minatnya bila dihadapkan dalam kondisi normal.Tak akan ada seorang gadis bangsawan yang menolak seorang pangeran, tetapi pemuda biasa seperti sosok Willy yang menjadi topeng penyamarannya tak masuk hitungan. Kedudukan pelayan dipandang sebagai sosok rendahan oleh para gadis bangsawan kawan-kawan Lady Amelia.Air mandi hangat disiapkan oleh asisten pribadinya, Jeremy Aubrach. Pria berusia awal 20 tahunan bertubuh jangkung