Share

Bab 2 Traktiran

Jangankan orang terkaya di Dubai, jika dia bahkan hanyalah orang terkaya di sebuah kota kecil, itupun sudah membuat Leighton Peltz tidak dapat mempercayainya.

Setelah terdengar bunyi bip dua kali dari ujung telepon, panggilan terputus. Ketika Leighton mencoba menelepon kembali, telepon di pihak sana tidak aktif.

Kenapa tidak aktif? Leighton Peltz bergumam beberapa patah kata, lalu meletakkan ponsel ke sakunya.

Dia kemudian menarik 5000 dolar dari mesin ATM, Leighton menatap uang itu, tidak dapat menahan perasaannya kemudian menangis.

Dia teringat tentang semua penderitaannya selama tiga tahun ini. ‘Masa itu dilalui dengan penuh kemiskinan, sekarang aku sudah punya uang, hidup ini memang harus tahan penderitaan.’

Leighton Peltz sudah berdiri di depan mesin ATM cukup lama...

Seketika memiliki begitu banyak uang, Leighton Peltz bertanya pada dirinya sendiri apa yang harus dia lakukan sekarang?

Jika bukan karena kejadian tadi malam, Leighton Peltz pasti akan bergegas untuk menemui Alisson Pierce untuk memberitahunya bahwa dia menyukainya, dan mengatakan identitasnya sebagai generasi ketiga dari keluarga yang kaya, tapi sekarang dirinya hanya dapat melupakannya.

‘Tidak, aku sekarang adalah orang kaya, cara seperti itu sangat menggelikan.’

Setelah berpikir sejenak, dia teringat bahwa sekarang sudah waktunya untuk masuk kelas, Leighton pun bergegas menuju kelas.

“Leighton Peltz, apa yang terjadi padamu barusan? Aku melihatmu berlari dengan cemas, apa semua baik-baik saja?” ​​tanya Harold Burch cemas melihat mata Leighton Peltz memerah.

"Tidak apa-apa, aku membeli tiket lotre tadi malam dan menang." Leighton Peltz berkata sambil tersenyum.

Dalam perjalanan kembali ke sekolah, Leighton Peltz memikirkan kejadian yang sangat mengagetkan ini. Jika tiba-tiba dirinya memiliki banyak uang, orang lain pasti akan bertanya-tanya. Karena saat ini orang tuanya masih belum kembali, Leighton Peltz berfikir lebih baik tidak perlu mengungkapkan identitasnya sebagai generasi ketiga dari orang kaya, maka lebih baik menggunakan siasat baru saja memenangkan lotre.

Suara Leighton Peltz sangat keras sehingga banyak orang di kelas mendengarnya.

"Leighton Peltz, kau benar-benar memenangkan lotre?"

"Cepat katakan berapa banyak uang yang kau menangkan."

Beberapa teman sekelas berkumpul, tetapi Harvey Gantner hanya menghela nafas lalu dengan jijik berkata, "Aduh, paling banyak juga pasti hanya beberapa ratus dolar."

Seorang gadis di kelas itu berkata, "belum tentu, kalau ternyata Leighton sungguh beruntung mungkin dia dapat memenangkan berapa belas ribu dolar."

Harvey Gantner mengejek, "Apa kau pernah mendengar kata mimpi? Ya ampun, bocah malang seperti Leighton Peltz, jangankan beberapa belas ribu dolar, jika dia mendapatkan beberapa ribu dolar saja kurasa dia pun akan langsung menjadi gila."

"Bagaimana jika Leighton Peltz benar-benar memenangkan beberapa ribu atau belasan ribu dolar?" Seseorang bertanya.

“Kalau begitu aku akan membawakannya air untuk mencuci kakinya.” Ekspresi percaya diri Harvey Gantner yakin bahwa Leighton Peltz tidak mungkin mendapatkan jackpot.

Pada saat ini seorang guru masuk ke kelas, semua orang bergegas kembali ke tempat duduk mereka. Beberapa siswa yang suka bergosip masih berbicara tentang berapa banyak uang yang mungkin dimenangkan Leighton Peltz.

Namun Leighton Peltz saat ini sedang memikirkan apa yang harus dilakukan, dia terus berfikir sehingga tidak mendengarkan sepatah kata pun yang dikatakan guru di kelas.

"Sepertinya Leighton Peltz benar-benar tidak mendapatkan jackpot. Jika dia memenangkan jackpot, dia akan berdiri dan menampar wajah Harvey Gantner."

"Ya benar, jika dia benar mendapatkan jackpot, bagaimana mungkin dia bisa begitu tenang saat ini."

"Beli baju baru sana kalau memang kau memenangkan jackpot.”

"Lihat celananya, warnanya sudah sangat pudar." Elliot Cotton pun mencibir.

"Mungkin dia hanya memenangkan beberapa puluh dolar."

"Beberapa puluh dolar juga sudah cukup baginya untuk bahagia, itu sepantaran dengan uang imbalan mencuci seragam sekolah kita selama beberapa hari."

Perlahan, teman-teman sekelas berhenti berbicara tentang Leighton Peltz yang memenangkan lotre.

Satu hari ini sikap Leighton Peltz terlalu tenang seperti tidak ada tanda-tanda telah memenangkan lotre.

Sampai kelas selesai, Leighton Peltz berkata, "Harold, aku ingin mentraktirmu makan."

Sejak awal masuk sekolah, Harold Burch telah banyak membantu Leighton Peltz, jadi saat dia sudah punya uang, orang pertama yang ingin dia balas budinya adalah Harold Burch.

Sebelum Harold Burch menjawab, Harvey Gantner berdiri lebih dulu, "Hei Leighton Peltz, sepertinya kau benar-benar memenangkan lotre ya."

"Kau tidak boleh seperti kacang lupa kulitnya. Kita tinggal di asrama yang sama. Karena kau mentraktir Harold, maka kau harus mentraktirku dan Elliot juga." Harvey Gantner tersenyum menyeringai.

“Betul, aku dan Harvey Gantner juga sudah banyak membantumu.” Elliot Cotton dengan cepat setuju.

Leighton Peltz mencibir dalam hati, Elliot Cotton dan Harvey Gantner selama ini hanya peduli pada diri mereka sendiri, mereka sama sekali tidak pernah membantunya, melainkan hanya terus menghina dirinya.

Tetapi jika dirinya menolak, pasti malah akan membuat suasana semakin parah.

Setelah ragu-ragu, Leighton Peltz berkata dengan sangat terpaksa, "Kalau begitu mari kita pergi bersama."

Harvey Gantner berkata, "Kau tidak mentraktir kami di kantin sekolah kan."

"Tentu saja tidak, kau yang pilih tempatnya, aku tidak tahu restoran mana yang enak di Westville, aku hanya pernah mendengar restoran Imperial Lotus, tampaknya cukup terkenal, haruskah kita pergi ke sana?" Leighton Peltz bertanya ragu-ragu.

“Apa? Imperial Lotus, restoran itu berada di hotel bintang lima.” Harvey Gantner terkejut.

"Leighton Peltz, jika kau tidak ingin mentraktir kami lebih baik katakan saja langsung, jangan mempermainkan kami." Elliot mengutuk.

"Leighton Peltz, berapa banyak uang yang kau menangkan?" Haydee Lampson menghampiri. Dia adalah gadis paling cantik di kelas, tetapi dia juga seorang gadis yang sangat menyukai uang.

Haydee Lampson dulu suka berada di sekitar Dickson McClain setiap hari, tapi sekarang Dickson McClain sudah berpacaran dengan Alisson Pierce, jadi saat ini Haydee Lampson berencana mencari teman laki-laki baru.

Dengan sikap pura-pura acuh tak acuh, tampak Haydee Lampson sedikit tertarik pada Leighton Peltz.

“Tidak banyak, hanya berapa ribu.” Leighton Peltz mengeluarkan uang yang ditariknya tadi pagi.

Setelah melihat setumpuk uang kertas itu, semua orang di kelas tidak bisa duduk diam.

"Leighton Peltz, kau benar-benar memenangkan jackpot!"

“Harvey Gantner, apa kau ingat apa yang kau katakan?” Leighton Peltz menatap Harvey Gantner.

Raut wajah Harvey Gantner berubah, dia menggertakkan giginya, "Apa yang aku katakan?"

"Kau mengatakan bahwa jika aku benar-benar memenangkan hadiah berapa ribu dolar, kau akan membawakan air untuk mencuci kakiku." Kata Leighton Peltz.

"Semua orang mendengarnya pada saat itu, kau tidak akan curang, kan?"

“Kau!” Harvey Gantner memandang Leighton Peltz dengan dingin, dia tidak dapat berbicara sepatah kata pun.

Harvey Gantner tidak percaya, Leighton Peltz, orang yang selalu di suruh-suruh olehnya berani menantang dirinya?

Elliot Cotton yang memiliki hubungan baik dengan Harvey Gantner mencoba mengubah topik pembicaraan ini, "Mari kita kembali tentukan tempat makan kita."

"Leighton Peltz, kau telah memenangkan begitu banyak uang, mengapa kau tidak mentraktir semua teman sekelas saja." Elliot Cotton menyeringai.

"Tidak masalah." Leighton Peltz setuju tanpa memikirkannya.

Seisi kelas langsung bersorak, meneriaki Leighton Peltz luar biasa, Leighton Peltz memang paling baik dan berbagai macam pujian.

Harold Burch dengan penuh semangat mencoba menasihatinya, "Leighton Peltz, apa kau gila, begitu banyak orang di kelas kita, jika kau mengundang mereka semua, berapa biaya yang akan kau habiskan?"

"Harold Burch, kalau cuma makan memang berapa banyak uang yang bisa dihabiskan? Selain itu, ini juga bukan uangmu. Kenapa kau yang khawatir." Seseorang langsung tidak senang.

Haydee Lampson yang berada di samping Leighton juga merasa sedikit tidak senang, dia baru saja menganggap Leighton Peltz sebagai mangsanya, tetapi dia tidak menyangka Leighton Peltz begitu bodoh.Jika semua siswa di kelas pergi, dia khawatir tidak akan banyak yang tersisa lagi.Kalau seperti itu, apa lagi yang diharapkan dari Leighton.

“Haha, karena Leighton Peltz sudah setuju, mari kita pergi.” Elliot Cotton sangat bersemangat dan mulai menarik beberapa orang untuk segera berangkat. Beberapa dari mereka yang tidak berencana untuk ikut pun juga dibujuk olehnya untuk pergi.

Dickson McClain yang melihat adegan ini menggelengkan kepalanya dengan jijik, "Dasar orang miskin sok kaya."

Dickson McClain tidak terlalu tertarik dengan traktiran ini, ketika dia hendak meninggalkan kelas, Elliot Cotton mengejarnya, " Dickson, kenapa kau pergi, Leighton Peltz mau mentraktir kita semua."

“Aku tidak ikut, aku punya janji dengan Alisson.” Begitu Dickson selesai berbicara, Alisson Pierce berjalan mendekat.

“Janji apa sih, sekalian saja ajak pacarmu untuk pergi bersama.” Setelah Elliot selesai berbicara, dia mengundang Alisson Pierce yang sedang menghampirinya, “Kelas kita akan pergi ke Imperial Lotus malam ini, apa kau mau ikut?"

“Mau, kenapa tidak mau.” Alisson Pierce dengan senang hati setuju.

"Bayar masing-masing atau?" Tanya Alisson Pierce.

Elliot Cotton menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tugasmu cukup makan saja di sana."

Alisson mengira bahwa Elliot yang akan mentraktirnya, mengingat dialah yang mengajaknya barusan.

Alisson setuju, sementara Dickson tidak mengatakan apa-apa.

“Lihat saja, aku akan membalasnya malam ini, akan kuhabiskan semua uangnya nanti.” Harvey Gantner teringat adegan di mana Leighton Peltz membuatnya merasa malu barusan, dia seketika menyimpan dendam di dalam hatinya.

"Tujuan kita pokoknya adalah memesan sebanyak banyaknya, saat tagihannya datang, pastikan dia tidak mampu untuk membayarnya. Pada saat itu, mari kita lihat si bodoh miskin ini memohon bantuan." Elliot Cotton berkata dengan dingin.

Walaupun Leighton Peltz tidak menyinggung Elliot, alasan mengapa Elliot juga membenci Leighton tidak lain adalah karena rasa iri.

Ibarat seseorang yang biasa dipandang sebelah mata tiba-tiba mendapat rejeki, pasti ada rasa iri tumbuh dalam hatinya.

"Ya, ketika kita tiba di restoran nanti, mari kita makan sampai mati," kata Harvey Gantner.

Dickson memberi Harvey Gantner tatapan datar, "Kita bukan sedang mengikuti lomba makan, bahkan jika kau makan terus, memangnya berapa banyak yang bisa kau habiskan?"

“Jadi apa yang harus kulakukan?” Harvey Gantner mengerutkan kening, ekspresinya sedikit khawatir.

"Kalau sudah tidak sanggup makan, kita tinggal pesan minuman. Imperial Lotus adalah hotel bintang lima, ada banyak anggur enak di sana, asal pesan saja sebotol minuman yang mahal, bukannya itu sudah berapa ratus dolar lebih? "Mata Dickson berkilat kejam, "Malam ini, kita buat Leighton Peltz seperti berada di neraka."
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Neneng N Hartini
bener ...... menurutku emang sama, cuma sedikit dirubah
goodnovel comment avatar
Ayu Tyasti
menarik Alurnya gebrak jg
goodnovel comment avatar
MR_x
cerita nya serupa dengan Gerald crawford
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status