Share

Sang Pewaris Terkuat
Sang Pewaris Terkuat
Author: Saudara Kuat 9527

Bab 1 Kakek adalah orang terkaya

Malam semakin larut, di asrama putra Westville Highschool.

"Leighton, kemari dan bawakan aku air untuk cuci kaki."

Mendengar teriakan itu, Leighton Peltz bergegas, segera datang membawa air untuk membasuh kaki laki-laki gemuk itu.

"Tunggu, kaus kaki ini juga tolong kau cuci. Aku belum mencucinya selama beberapa hari. Baunya sangat busuk." Leighton Peltz baru saja meletakkan baskomnya tetapi laki-laki gemuk itu sudah berkata lagi.

Dia kemudian mengambil kaus kaki busuk laki-laki gemuk itu kemudian berjalan ke kamar mandi asrama untuk mencucinya.

Dia tidak hanya mencuci kaus kaki si gemuk, tetapi juga mencuci seragam sekolah, sepatu dan pakaian dalam teman sekamarnya itu.

“Harvey Gantner, semakin lama kau semakin keterlaluan. Kau anggap Leighton itu apa? Dia adalah teman sekamarmu, bukan pembantumu.” Salah satu teman sekamarnya Harold Burch tidak tahan melihat ini dan berkata kepada si gemuk itu.

“Hei Harold, aku sedang membantunya, bukankah dia sedang membutuhkan uang? Aku akan memberinya imbalan nanti.” Si gemuk itu tersenyum tidak menerima pendapat dari temannya.

“Benar kan, Leighton?” Si gemuk itu berteriak kepada Leighton Peltz yang sedang berada di kamar mandi.

“Ya, terima kasih sudah mau membantuku Harvey.” Leighton Peltz menoleh dan tersenyum setelah menjawabnya.

Harold Burch yang melihat kejadian ini hanya bisa menggelengkan kepalanya dan menghela nafas.

Sejak ditinggal pergi oleh orang tuanya, Leighton membayar uang sekolah dan memenuhi kebutuhan hidupnya dengan mencuci pakaian, mengerjakan tugas sekolah temannya serta menjadi kurir untuk membeli kebutuhan orang lain.

Setelah beberapa saat, Harold Burch masuk ke kamar mandi, "Leighton, jika kau membutuhkan uang, aku dapat meminjamkannya kepadamu."

"Tidak, terima kasih." Leighton tidak ingin hidup dari belas kasihan orang lain. Lagipula, uang pinjaman pun harus dibayar juga kan nantinya?

Harold Burch mengerti jalan pikiran Leighton, "Tidak apa-apa, jangan khawatir tentang bagaimana membayarnya kembali, sampai kau lulus nanti pun juga tidak masalah."

Leighton tersenyum pahit, "Terima kasih, tapi masih butuh waktu lama untuk lulus."

Harold Burch menggelengkan kepalanya lagi dan kembali ke tempat tidurnya.

“Aku beritahu padamu, kau tidak perlu terlalu khawatir kepadanya. Permasalahan yang dialami Leighton kau tahu kan. Apa kau bisa membantunya?” Elliot Cotton, orang tertua yang berada di asrama ini tersenyum padanya.

"Ya, jika bukan karena kita, bagaimana dia bisa bertahan hidup." Harvey Gantner berkata dengan bangga.

Ketika Leighton sudah selesai dengan segala kegiatannya dan hendak pergi tidur, Elliot Cotton berkata, "Leighton, aku ingin merokok. Tolong kau belikan aku sebungkus rokok, merek yang sama."

Wajah Leighton sedikit menunjukkan ketidak inginan untuk pergi, "Sekarang jam sebelas, gerbang sekolah sudah ditutup."

"Hentikan omong kosongmu, aku akan menambahkan sepuluh dolar untukmu, apa kau bisa pergi membelinya?" Elliot Cotton melemparkan uang itu ke tanah dan berkata dengan sangat marah.

"Kalau begitu aku akan memanjat tembok untuk membelinya."

Leighton mengambil uang di tanah dan berjalan keluar dari asrama.

"Dasar Leighton, asal kau memberinya uang, aku rasa kau suruh makan kotoran pun dia akan bersedia." Begitu dia keluar dari asrama, Leighton mendengar ejekan dari Harvey.

“Betul sekali, jika aku jadi dia lebih baik aku mati saja, kenapa aku harus menahan semua malu sepanjang hidup?” Elliot Cotton juga setuju.

Leighton mengepalkan tinjunya karena malu.

Tapi setelah beberapa saat, Leighton kembali tenang. Tidak ada yang salah dari ucapan mereka semua. Dari awal dirinya memanglah orang miskin yang tak bermartabat.

Dia segera melompati tembok dan pergi ke supermarket yang masih belum tutup, Leighton yang baru saja membeli rokok bergegas kembali, tetapi tiba tiba sepasang pria dan wanita berjalan masuk ke supermarket.

Wanita itu melirik Leighton, matanya tampak tak tenang, bibirnya sedikit bergetar, dia ingin mengatakan sesuatu, tetapi dia menoleh ke samping, berpura-pura tidak melihat Leighton.

Wanita ini bernama Alisson Pierce, tetangga masa kecil Leighton, dan salah satu teman sekolahnya di Westville.

Keluarga Leighton dulu adalah keluarga yang berkecukupan dan Ia sangat pintar secara akademis. Pada saat itu, Alisson Pierce selalu bersama-sama, keduanya memiliki hubungan yang baik dan pernah mengucapkan janji untuk menikah.

Pria di sebelah Alisson Pierce adalah teman sekelasnya dengan Leighton, dia bernama Dickson McClain, yang merupakan laki-laki keturunan orang kaya. BMW yang di parkir di depan supermarket pasti adalah miliknya.

"Hey, berikan aku kotak itu." teriak Dickson McClain ke arah Leighton.

Wajah Alisson memerah, dia sedikit malu di hadapan Leighton, "Dickson, perutku sedikit tidak enak, lebih baik kita ubah hari saja."

"Apanya yang harus diubah, apa karena anak ini?" Dickson McClain menoleh dan menunjuk ke Leighton dan bertanya.

"Jangan pikir aku tidak tahu hubunganmu dengannya, walaupun semua hanyalah masa lalu." Wajah Dickson McClain tenggelam, dia bertanya kepada Alisson Pierce, "Kenapa, kamu belum bisa melupakannya?"

Alisson Pierce menggelengkan kepalanya dan dengan cepat menyangkal, "Bagaimana mungkin aku belum melupakan bocah miskin ini?perutku"

"Aku benar-benar merasakan sakit di ."

“Aneh, aku merasa baik-baik saja tadi, apa mungkin karena aku melihat orang ini perutku jadi sakit.” Untuk menyenangkan Dickson McClain, Alisson Pierce sengaja berkata dengan kejam.

"Haha, mungkin aku merasa mual saat melihatnya."

Dickson McClain tertawa, menjulurkan tangannya dan menampar Leighton, "Pergi sana, apa kau tidak mendengar pacarku merasa mual karena melihatmu?"

Leighton menggertakkan giginya dan menatap Dickson McClain dengan dingin.

Dickson McClain tampak tertegun, lalu menendang perut Leighton, "Beraninya kau menatapku? Apa kau ingin mati?"

“Dickson, jangan berkelahi.” Alisson Pierce menghentikannya.

"Kenapa, apa kau merasa kasihan padanya?"

“Bagaimana mungkin? Aku hanya berpikir kita tidak perlu meladeni orang miskin seperti dia.” Alisson Pierce buru-buru menggelengkan kepalanya.

Dickson McClain menghembuskan nafasnya, mengambil barang yang dipesannya dari pemilik supermarket dan berkata, "Alisson, aku tidak peduli kamu sedang datang bulan atau sakit perut, apa kamu ingin melarikan diri dariku?"

"Leighton, kuperingatkan padamu, jauhi Alisson, kalau tidak aku akan memukulmu setiap kali kita bertemu." Sebelum pergi, Dickson McClain mengancam Leighton dengan kata-kata ancaman.

Setelah menyeka bekas jejak kaki di pakaiannya, Leighton memanjat tembok dan kembali ke asrama.

Leighton yang kembali sedikit terlambat dimarahi oleh Elliot Cotton.

Dia segera naik ke ranjang, mencoba untuk menahan rasa marahnya, menggigit selimut dan menangis sepanjang malam.

Ketika dia bangun keesokan paginya, bantalnya basah karena air mata, dia kemudian melihat ada lebih dari 30 panggilan tidak terjawab di ponselnya.

"Kenapa semua panggilan berasal dari nomor luar negeri?"

Leighton memeriksanya dan curiga itu semua hanya nomor penipu.

"Ada juga pesan teks, nomor akun anda ****911 telah berhasil menerima 200.000 dolar, jumlah saldo anda saat ini adalah 200.325 dolar." Leighton dengan teliti membacanya lagi, dan semakin yakin bahwa ini adalah penipuan.

Leighton kemudian mencoba mentransfer uang dari rekening lain, karena ia penasaran .

Ponselnya berbunyi, Leighton tertegun.

"Bank of America. Pukul 07:14 tanggal 12 November X, nomor akun anda ****911 telah berhasil menerima 300 dolar, jumlah saldo anda saat ini adalah 200.625.00 dolar."

Nomor pesan informasi yang diterima untuk akun 200.000 dolar tadi sama dengan nomor pesan informasi untuk tiga ratus dolar barusan yang masuk.

‘Jika ini adalah penipuan, dia tidak mungkin tahu berapa sisa jumlah saldo di rekeningku.’ Dengan kata lain, pesan ini benar.

Memikirkan hal ini, Leighton berdiri seperti orang gila dan berlari keluar dari area sekolah.

Dia kemudian pergi ke ATM, memasukkan kartunya dan kata sandi dengan jari gemetar.

"Aku pasti sedang bermimpi." Melihat saldo lebih dari dua ratus ribu dolar, Leighton menggelengkan kepalanya. Dia tidak bisa mempercayai semua ini.

Panggilan asing itu datang lagi, kali ini Leighton tidak ragu-ragu dan segera menekan tombol untuk menjawab panggilan.

"Leighton..." Sebuah suara familiar datang dari ujung telepon.

“Ayah? Ini ayah.. kan?” Tangan Leighton semakin gemetar.

"Ya, ini aku. Bagaimana kabarmu setelah beberapa tahun kepergian aku dan ibumu? Kau pasti sangat menderita.. Aku baru saja mentransfer dua ratus ribu dolar ke rekeningmu, kau dapat menggunakannya dulu, jika nanti tidak cukup, aku akan memberikan lagi kepadamu. Bertahun-tahun kita tidak bertemu, kau pasti sangat merindukan kami bukan?" Ayah Leighton mengajukan serangkaian pertanyaan.

Setelah Leighton memastikan bahwa suara itu tidak lain adalah ayahnya, dia segera berjongkok di tanah dan menangis tersedu-sedu, dia bersandar di mesin ATM, memegang ponsel di satu tangan, dan menyeka air mata dengan tangan lainnya.

"Aku...sangat sangat rindu kalian."

"Baiklah, baiklah nak, beberapa tahun ini pasti benar-benar menyiksamu, tapi kami harap kamu jangan membenci kami, jika kamu ingin melampiaskan kebencianmu, lampiaskanlah pada kakekmu, itu semua idenya ..."

Leighton menyela ayahnya, "Tunggu, bukankah kakek sudah meninggal?"

"Meninggal apanya, aku harap dia mati lebih cepat, aku hanya berbohong kepadamu selama tiga tahun ini, tetapi si tua bangka itu berbohong kepadaku selama lebih dari sepuluh tahun ... Tiga tahun yang lalu, si tua bangka itu tiba tiba mengutus orang untuk menjemputku pulang, dia tidak hanya memberitahuku bahwa dia masih hidup, tetapi juga mengatakan bahwa dia adalah orang terkaya di Dubai. Kamu pun pasti tidak akan percaya kan dengan apa yang dikatakan si tua bangka itu."

"Orang terkaya di Dubai?"

"Dasar anak kurang ajar, siapa yang kau bilang tua bangka itu, apa perlu ku robek mulutmu itu." Tiba-tiba terdengar suara teriakan orang lain datang dari ujung telepon itu.

Walaupun terdengar samar-samar, Leighton mendengar ayahnya berteriak, “Walten Peltz, jika kau berani memukulku, aku akan memutuskan hubungan ayah-anak denganmu.”

Walten Peltz? Bukankah dia orang terkaya di Asia? Bagaimana dia bisa menjadi orang terkaya di Dubai?

dan tunggu! Kakek adalah orang terkaya??
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Kiflan Jeferson Gantalemba
apa apaan nih.. niru2 cerita Gerald crawford
goodnovel comment avatar
Jaka
iya ya kyk pria tak terlihat kaya moga ada karakter ini lebih berani gc letoy
goodnovel comment avatar
Muhammad Zubair
iyaa nih cerita sama seperti gerald crowford, payahh gak punya ide dalam menulis cerita di novel hahahaha
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status