Share

Dua Sosok Berjubah Putih

Li Wei berteriak minta tolong ketika melihat sosok di bubungan yang terlihat megah itu, seolah akan melumatnya. “T-tolong aku!” tapi yang terdengar hanya desisan tidak jelas. Keringat dingin bercucuran di pelipisnya.

“Aku akan mati!” tangis Li wei di dalam hati, Ketika sosok bertudung itu terlihat melayang, dengan dua jari yang arahkan ke dirinya, tepatnya ke jidat diantara dua keningnya.

Suara desiran jubahnya menambah rasa takut Li Wei yang seperti terhipnotis. Sementara Xin Yue dan Li Hua sejak awal tadi telah lari meninggalkan Li Wei.

“Tahan Gerakan!” Dua sosok lainnya seketika muncul dari balik malam. Mereka menyambar cepat ke arah sosok bertudung itu. Suara lolongan pedang di tangan pasangan pendatang baru ini terdengar, menyusul hembusan angin pedang, dingin terasa sampai di jarak dimana Li Wei mematung.

Trang! Telapak tangan sosok tampak bertudung membentur dua aura pedang pendatang baru itu, meledak dalam suara yang keras. Sosok bertudung terlempar ke belakang, dan langsung melakukan gerakan salto. Kakinya mendarat ringan di atas bubungan rumah lainnya.

Sementara dua sosok itu, terlempar dan membentur atap rumah. Riu dan menimbulkan kegaduhan. Dua sosok itu cepat-cepat berdiri. Penampilan mereka tak kalah mentereng di banding sosok bertudung itu.

Dua pendatang baru itu, laki-laki dan perempuan berdiri dengan angkuh. Pedang putih Panjang mereka berkilauan di bawah sinar rembulan. Wajah mereka seputih salju,dengan rambut berwarna emas dan bola mata sebiru langit jernih. Jubah putih mereka berkibar melebar seakan-akan keduanya adalah malaikat dengan sayap putih dan besar itu.

Ketika Li Wei sementara kagum akan dua pendatang baru dengan kecantikan dan ketampanan asing itu, tatkala tiba-tiba mereka mengayunkan pedang. Gerakannya sangat indah, terlihat seperti tarian perang. Elok tapi berbahaya! Semua tidak menimbulkan suara sama sekali, mengancam figur bertudung itu.

Li Wei hampir melolong, ketika ia melihat dua pendatang berjubah putih itu menebas dengan cepat ke figure bertudung hitam itu. Tatapan horornya, ekspresinya ketakutan. Ia seolah-olah berpihak pada figure bertudung itu. “Awas!” itu seakan kata yang ingin di ucapkan Li Wei.

Tapi dia hanya membisu, dan mata berbicara. Figur bertudung paham akan sorot mata Li Wei. Bibirnya membentuk kata, “terima kasih” dan ia menghentakan kakinya. Seketika tubuhnya melayang indah, melompat tinggi terhindar tusukan pedang dua pendatang berjubah putih.

Suara pedang berdecit, Ketika dua kekuatan pedang menghantam tempat kosong.

Duar! Bau hangus ledakan pukulan pedang menyebar kemana-mana. Suasana seketika kacau balau.

Xin Yue dan Li Hua, dua pramuria itu melolong dari ujung Lorong.

“Tolong! Tolong!

Ada penjahat menyerang kami! Seseorang tolonglah kami!”

Malam pun menjadi ricuh.

Rupa-rupanya dua pramuria itu tidak pulang. Melainkan keduanya menyaksikan kejadian itu diam-diam dari jauh sana. Suara teriakan mereka berdua, sontak menimbulkan kehebohan. Jendela toko dan rumah di sepanjang lorong sepi itu, mendadak berderit, dan kepala-kepala tersembul penuh rasa ingin tahu.

“Ada apa?

Apa yang terjadi?

Demi Kura-kura Hitam. Siapa yang bertempur itu?”

Sebagian ketakutan, hanya mengintip dari balik tirai. Sebagian yang berani, mereka keluar dan turun ke jalan untuk menonton pertunjukan itu.

Melihat serangannya gagal, perempuan pendatang baru berjubah putih menjadi marah."Jangan lari !" suaranya membentak marah. Sedangkan jubah putih

yang satunya tampak menghentakkan kaki. Ia pun melayang, berusaha mengejar figure bertudung di angkasa.

Mati kau!

Pedang di tangan jubah putih, terayun dan menyodok ke arah punggung figure bertudung. Ia melepaskan pedang itu, yang melenggang terbang, seolah satu benda bernyawa. Pedangnya tidak memberi kesempatan figure bertudung melarikan diri.

Suara pedang itu berdecit, dan angin berdesir mengandung kekuatan Energi Mingzhu – energi umum yang berlaku di kalangan praktisi Benua Longwu. Figur bertudung menjadi serius seketika.

Tanpa sadar, Li Wei berteriak memberi tanda bahaya. "Jaga punggung!" teriaknya keras.

Pria bertudung hitam mendengus dingin. Sekali lagi ia menoleh ke arah Li Wei dengan sorot mata berterima kasih. Sesudahnya ia menelengkan kepalanya. Tangannya melambai. Dan suara cicitan senjata rahasia – jarum emas beracun melesat ke arah jubah putih. Semuanya mengunci sepuluh nadi kematian di tubuh si jubah putih.

"Xiao Yao! Hati-hati senjata rahasia!" teriak sosok jubah putih yang satunya. Ia memberi peringatan tentang adanya Xuao Yao – sepuluh jarum emas beracun.

Pria jubah putih itu terpaku. Ia tak sempat lagi menghindar. Tangannya keburu melakukan serangan kosong.

“Mati aku!” ia melolong.

Pada saat yang sama, perempuan berjubah putih melakukan serangan darurat, membantu kawannya. Ia menghentakkan kaki. Tubuhnya melesat secepat peluru. Pedangnya di putar, berniat membantu pria itu terhindar dari jarum emas beracun.

Ia dengan cepat telah berada di belakang kawannya yang nahas itu. Sambil mengayunkan pedang ia memaki.

"Dasar Siluman!"

Pedang perempuan jubah putih menghantam rangkuman jarum emas racun, yang lantas luluh, rontok ke tanah. Akan tetapi,

Arrgh!

Ada dua jarum beracun itu yang lolos dari hantaman pedang gadis itu. Dengan leluasa, masing-masing jarum menyasar, masuk ke jalan darah dua sosok berjubah putih itu. Racun di jarum emas amatlah cepat bekerja. Bau amisnya tercium tipis kemana mana. Kemungkinan dua pasangan berjubah putih itu, sudah tewas, setidaknya sekarat.

“Tidak semudah itu, jika ingin mengalahkanku!” figure bertudung hitam, tersenyum sinis melihat dua pasangan jubah putih jatuh, menghantam atap rumah penduduk. Suara ribut semakin membuat banyak orang keluar dan menonton.

Ketika figure bertudung tengah tersenyum kemenangan, tanpa ia sangka-sangka, pedang itu melesat dari arah jatuhnya dua sosok berjubah putih tadi. Cepat, tak bersuara, hanya kerlipan sinar pedang tatkala tertimpa Cahaya rembulan

Crack!

“K-kalian sungguh licik!”

Suara cekikikan licik terdengar dari arah jatuhnya dua pasangan tadi. “Setidaknya, di akhir kematian ini, aku dapat mengajakmu sama-sama menghadap raja neraka.”

Diam sesudahnya. Itu adalah kata-kata terakhir, juga tenaga terakhir yang dilontarkan perempuan itu. Ia tewas sesudahnya.

Bagaimana dengan sosok bertudung itu? Ia pun terjatuh. Tak bersuara sesudahnya. Pedang itu menghantam tepat ke bagian dadanya.

Keadaan hening. Penduduk kota mulai berani merapat. Mereka mencari-cari, tapi tak menemukan jenazah tiga sosok yang bertempur tadi. Komentar Pun dilontarkan.

"Mereka menghilang dengan cepat. Jago-jago pedang dan ahli sihir dari kaum petarung, tidak menyisakan jejak mereka sedikitpun!"

Yang lain menimpali. "Dan kita beruntung. Bisa menyaksikan pertunjukan menakjubkan, dengan Cuma-Cuma."

Malam menjelang pagi, tapi penduduk yang terkesan dengan pertarungan tadi, masih saja berdiskusi. L Wei memutuskan untuk pulang. Cukup sudah ia terkejut-kejut. Saatnya istirahat.

Ia membatin, dengan keinginan yang besar setelah menyaksikan kejadian tadi. “Besok aku akan mengunjungi Sekolah Jalur Merpati. Uang tabunganku telah cukup. Aku akan melamar, dan menjadi praktisi, mirip keahlian jago-jago tadi!”

++++++

Li Wei tak dapat memejamkan mata sedikitpun. Ia berusaha mengingat gerakan serta teknik meringankan tubuh yang didemonstrasikan tiga orang tadi. Tapi selalu gagal. Itu karena dia tak memiliki energi di perutnya, Energi Mingzhu pengolah kekuatan pertempuran.

Li wei tengah berlatih, mencoba meniru-niru Gerakan pedang dan ginkang tiga sosok tadi, pada saat itu ia mendengar suara-suara aneh.

Krak - krak !

“Di belakang rumah! Apakah itu pencuri?” batinnya sambil mengambil golok dan lampion alat penerang, memberanikan diri ke belakang. Halaman belakang rumahnya tidaklah besar. Hanya ada satu bangunan kayu kecil yaitu kendang yang cukup untuk memelihara lima hewan seperti unggas atau domba.

Krak !

Dan Li Wei semakin waspada. “Betul tebakanku. Suara itu asalnya dari dalam kandang!" batinnya semakin berani.

“Ada golok di tanganku, buat apa mesti ketakutan?” batinnya memberanikan diri. Ia pun membuka pintu kandang itu.

Sreek!

Suara engsel besi di pintu kandang berderit keras. Itu semakin menambah ketegangan Ketika ia merasakan kehadiran makhluk hidup, spontan ia berteriak.

"Siapa disana?" teriak Li Wei sambil mengayunkan golok dengan Gerakan acak. Gerakan seseorang yang tak tahu teknik beladiri.

Dan bayangan itu muncul di depan mata. Li Wei tertegun. Ia terdiam beberapa detik. Itu adalah sosok yang akrab ia lihat ketika pertempuran di atas bubungan jalan sepi tadi. Figur bertudung yang mengintainya sejak dari Lotus Blossom, hingga pertempuran di jalanan sepi.

“K-kamu belum mati?” tanya Li Wei gugup. Bulu tengkuknya meremang. Kepala nya membesar, wajahnya terasa kesemutan, kebas. “Ia akan membunuhku!” Li Wei melompat.

“Tolong aku!”

Li Wei malang itu menjatuhkan lampion di dalam kendang. Ia berteriak ketakutan, meminta pertolongan Wei Fang bibinya. Tapi sang bibi tidak ada di rumah. Ia sendirian saja.

Ingin rasanya Li Wei menghilang kedalam tanah, menghindari makhluk berwajah seram, tapi berkepandaian tinggi itu. Dalam hatinya bertanya-tanya. Kepada siapa ia harus meminta tolong, di rumah yang sepi sendirian itu?

BERSAMBUNG

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status