Jembatan Yunxiu, Kota Shuimiao.
Langit gelap. Matahari tertutup kabut dan kumpulan awan hitam. Air hujan menampar wajah Li Wei. Pedih terasa ketika memasuki sela-sela mata.Yang Shao dan Wang Yan, tahu-tahu telah berada di depan mata. Jaraknya hanya sekitar satu tombak. Wajah kedua remaja itu bukan lagi garang. Jahat!Di antara gemericik air hujan, Li Wei mendengar Wang Yang berbicara dengan suara dingin. Lebih dingin dari hujan."Keponakan pramuria! Aku mendengar kabar. Kamu sekarang murid di Sekolah Jalur Merpati. Dan mereka bilang, Kamu menantang aku dengan duel. Sombong!" Wajah Wang Yan terlihat buruk. Ia masih menyimpan dendam - kejadian lama.Chen Xin, gadis itu memutus hubungan sama sekali dengannya. Seseorang memberi berita. Wang Yan dengan Yang Shao, mereka menyiksa Li Wei, setelah malam pertunjukan pada waktu lalu.Konon, Li Wei hampir mati.Wang Yan marah."Kamu keturunan hina dina. Berani-beraninya mencampuri urusan asmara diriku dengan Nona Chen Xin." Ia kesetanan."Jangan sebut aku Wang Yan, kalau tidak mencabut nyawamu hari ini!" Wang Yang berubah menjadi iblis.Buk! Tendangannya tepat mengenai ulu hati Li Wei.Li Wei terduduk. Mengeluh pun tak ada guna.Hujan makin deras, jalanan terasa sepi. Tak seorang pun melintas. Ini kesempatan Wang Yan dan Yang Shao, bertindak semena-mena.Tak ada saksi mata.Yang Shao mengangkat tubuh Li Wei. Di antara derasnya hujan, ia menyilang dua tangan Li Wei, mengunci kebelakang. Lalu Wang Yan bebas, berpesta menyiksa anak itu.Ini tak adil. Dua anak, melawan satu anak.Tinju, tendangan, dan pukulan bertubi-tubi di hujam Wang Yan. Li Wei kepayahan. Yang Shao hanya terkekeh. Suara kekehan nya bergaung, mengalahkan ributnya gemericik hujan."A-apa yang kalian lakukan? A-aku tidak bersalah sama sekali." Li Wei memohon belas kasihan.Wang Yan membengis."Apa kau bilang? Tidak bersalah? Tahukah kamu. Akibat kelancanganmu, ikatan yang diharapkan keluarga bangsawan kami, dengan keluarga bangsawan nona Chen Xin, berakhir sudah.Pintu hubungan telah tertutup. Semua karena ulahmu!" Suara Wang Yang menggelegar. Ia makin kesurupan."Sekarang tolong dijawab.Apakah tindakan balas dendam, ini tak layak aku lakukan?Kamu beruntung. Bukan ayahku dan kaki tangannya yang turun tangan.Jika mereka mengambil langkah, aki yakin. Bahkan bibimu pramuria rendah itu, sudah lama menjadi mayat!"Wang Yan mencabut belati. Wajahnya beringas. Belati itu diarahkan ke perut Li Wei. Tak peduli korbannya terlihat semakin payah.Yang Shao ikut terkekeh. Bukannya merasa iba, ia berulang kali memanas-manasi."Bunuh!"Wang Yan belum bertindak apa-apa. Tapi Yang Shao semakin menghasut. Bisikannya seperti iblis."Apakah Tuan muda Wang Yan ini, sekarang menjadi penakut? Nyawa keponakan pramuria, ini tak ada harganya. Bahkan jika mati sekalipun, takkan ada yang keberatan!" Wajah licik menghias raut Yang Shao.Tapi Wang Yan, belum bergeming.Li Wei semakin kepayahan. Tinju, tendangan bertubi-tubi itu membuatnya sulit berkonsentrasi. Dunia terlihat penuh bintang di matanya."Mungkin sudah takdirku, hari ini harus mati. Maafkan Aku ayah dan ibu. Belum menjadi sosok yang berarti, tapi sudah harus meninggalkan dunia fana ini." Ia menatap langit. Air mata menyatu dengan tetesan hujan.Tapi semua rasa sedih itu pudar. Yang Shao mengucap kata yang tak dapat ia Maafkan."Sekarang hujamkan belati itu. Anak ini tak lebih dari kotoran sampah. Asal keluarganya tidak jelas.Ibunya pelacur jalanan, ayahnya seorang penjahat perang. Ia tak lebih berharga dibanding seonggok sampah!" Li Wei tersentak.Tapi Yang Shao belum puas!"Habisi nyawanya rendahnya. Rebut kembali simpati nona Chen Xin!" Yang Shao memfitnah. Ia sengaja menyemangati Wang Yan, untuk mengakhiri hidup Li Wei.Wang Yan menjadi buta dengan bisikan iblis Yang Shao. Belati itu diangkat tinggi. Siap merobek dada Li Wei.Sebaliknya. Telinga Li Wei berdenging. Kata-kata hinaan Yang Shao, membuatnya marah. Fitnah tentang pelacur dan penjahat perang, itu tak dapat ia maafkan.Mendadak benak Li Wei terasa jernih. Ada energi berputar yang tidak pernah ia rasakan. Matanya menyala, ada kilatan berwarna api. Wang Yan sempat melihat percikan itu. Tapi kilatan aneh itu pudar dengan cepat.Belati dihujam, siap membelah dada Li Wei. Dalam dinginnya hujan, pembunuhan tidak terencana, siap dia lakukan.Tapi...Seketika sorot mata Wang Yan berubah horor. Dadanya tiba-tiba nyeri. Panas seperti terbakar api.Telapak tangan Li Wei menyentuh dadanya. Tidak keras. Tidak juga dalam gerakan pukulan. Tapi tangan itu merah membara. Ada percikan api, sesekali terlihat pada tangan kecil itu.Buk!Wang Yan jatuh mencium tanah. Ia tidak bersuara sama sekali. Denting pisau, terdengar melengking membentur lantai jembatan. Percikan air menghambur kemana-mana.Yang Shao telah terduduk di atas jembatan. Sejak tadi, tangannya yang aktif mengunci dua tangan Li Wei, tiba-tiba melepuh. Tangan Li Wei berubah menjadi api.Yang Shao menangis. Ia ketakutan melihat Wang Yan mati sekali sentuhan.Sekarang dengan tatapan horor, dia menatap jeri, Li Wei memutar badan, terlihat dramatis. Tangan Li Wei menyala penuh api. Ia terlihat seperti Dewa api di musim hujan.Pengendali Api! Itu sihir yang hanya diwariskan kaum Sage saja. Manusia setengah abadi."M-maafkan aku. Tolong jangan bunuh aku." Hanya itu yang dapat diucapkan Yang Shao.BERSAMBUNG"A-aku bisa menjelaskan semuanya..Tolong jangan bunuh aku. Ini adalah akal muslihat Wang Yan." Yang Shao pucat, tangannya menuding sosok yang kaku itu.Yang Shao menambah kesan sedih. Ia menangis tersedu-sedu. Padahal, kelakuannya sebelum ini seperti orang dewasa. Keji dan jahat. Tapi kini ia terlihat seorang anak remaja usia 14 tahun. Kesombongan dan kekejaman sirna.Petir menggelegar, kilat menyambar. Air hujan semakin deras, suara gemericiknya tak menghalangi niat membunuh di hati Li Wei. Entah mengapa, ada sesuatu energi gelap di melingkup dibenaknya, itu membuat dia berubah kejam.Li Wei maju, melangkah dua tindak. Makin dekat ke arah Yang Shao. Anak itu semakin melolong. Takut kejadian serupa Wang Yan, menimpa dirinya. Tapi suaranya terendam gemericik air hujan, memantul-mantul di atas jembatan Yunxiu Qiao.Li Wei berbisik lirih. Nyaris tak terdengar sama sekali."Semoga di kehidupanmu yang akan datang, bereinkarnasi menjadi sosok yang lebih baik."Yang Shao melotot. Sandiwar
Li Wei berjalan masuk ke halaman Sekolah Beladiri Jalur Merpati, diam-diam. Ia menyusup, melewati murid-murid lainnya yang tengah berlatih beladiri tangan kosong.“Aku tak melihat Huo Zhi dan Ling Feng diantara murid yang berlatih tangan kosong itu.” Dia mengedarkan pandangan dari balik tembok aula sekolah. Tujuan utamanya adalah perpustakaan, bukkan untuk berlatih bela diri pada hari ini.“Misteri, mengapa aku sampai memiliki kekuatan membakar hangus dua anak yang selalu membully ku, harus terpecahkan harini.Aku ingin tahu. Apakah aku adalah seseorang dengan bakat Pengendali Api, kemampuan langka miliki para Sage masa lampau?” Li Wei sangat penasaran.Tak lama kemudian. Li Wei tengah menatap papan nama di atas bangunan yang tertulis ‘Perpustakaan’"Beruntung sekali. Pintu perpustakaan terbuka lebar." Li Wei membuka pintu perpustakaan dengan hati-hati. Meski tak banyak pengunjung, ada tak kurang sepuluh anak muda tekun membaca di sana."Serahkan token siswa anda, biarkan aku mencata
Li Wei bergegas masuk kedalam kamarnya. Dia mulai membuka lembar demi lembar Buku tebal– Sejarah Kaum Sage. Pada waktu membaca halaman pertama, wajahnya masih terlihat biasa saja. Tapi semakin ke halaman tengah buku itu, Li Wei semakin tertegun.Ciri-ciri dan semua jejak pertempuran yang ditulis disana, itu semua mirip dengan jejak luka bakar yang diderita Yang Shao dan Wang Yan - di Jembatan Yunxiu waktu lalu. “Jadi aku sekarang memiliki bakat pengendali api?” Li Wei girang luar biasa.Ia menutup Salinan itu.“Sayangnya, untuk menjadi ahli pengendali api, aku tak akan mendapatkannya pada sekolah Jalur Merpati di Kota Shuimiao. Ini hanya sekolah kelas kampung belaka. Untuk mengumpulkan energi Nebula, energi khusus pengendali Elementalist, Hanya di Akademi Sihir di Ibukota Negri Terra saja, ada guru pelatih bakat pengendali api dan berlatih mengolah Energi Nebula itu. Mereka adalah calon Sage masa depan.”Li Wei menjadi gelisah. Keinginan untuk pindah kota, dan belajar d akademi resmi
Li Wei duduk di depan Tuan Erkin. Pria itu tampak memegang kartu tarot, kartu yang umumnya dipakai peramal. Tuan Erkin mengocok, suara desiran angin tipis terdengar.Ia meminta Li wei untuk memilih dua kartu."Siapa namamu, umur dan tempat lahirmu. Dan kita akan melihat bagaimana kartu ini berbicara." Ia menatap dengan serius."Namaku Li Wei, umur 14 tahun. Tempat lahir Kota Shuimiao." Jawab Li Wei tegas.Tersenyum."Sudah kuduga. Kamu masih remaja." Kata Tuan Erkin."Sekarang ambil satu kartu, dan masa depanmu akan terkuak." Li Wei memilih kartu secara acak."Lanjutkan mengambil kartu kedua!" Titah Tuan Erkin. Li Wei mengikuti instruksi itu.Hening sejenak.Tuan erkin membuka kartu, 'mengernyit!' Waktu berlalu satu kedip mata."Well, mari kita lihat kartu yang kedua." Ia membuka kartu kedua.Blam!Mata Tuan Erkin terbelalak. Dia melongo."I-ini mustahil." Pria itu mengerjap mata berulang kali. Sementara Li Wei seketika gelisah. Anak itu menjadi rendah diri. Ia takut kalau-kalau has
Li Wei mengurung diri berhari-hari di dalam kamar. Dia berlatih diri, mengolah energi Nebula, energi yang memanfaatkan energi alam menjadi kekuatan sihir.Tiap kali Bibi Wei Fang mengetuk pintu kamarnya, Li Wei selalu berkata."Aku belum lapar. Letakkan saja makanan itu di depan pintu, semua akan tandas ketika perutku keroncongan nanti."Wei Fang menggerutu. Setelah meletakkan makanan Li Wei, ia pergi ke Lotus Blossom Tea Room. "Kerjaan menanti, dan uang akan mengalir. Kerja yang keras wahai Wei Fang!"Di lain pihak, jangan dikira Wei Fang tidak memperhatikan semuanya. Tiap-tiap kali ia selesai dengan pekerjaan pramuria di Tea Room, perempuan itu mengecek kamar Li wei. Ia lega, ketika menemukan piring kosong di depan pintu kamar."Beruntung bocah tolol itu menghabiskan makanan yang kusiapkan. Coba saja jika ia berani tak mau menyentuh masakanku." Wei Fang berlalu, masuk ke kamar dan istirahat. Kejadian itu berulang kali terjadi sampai dua minggu lamanya. Selama kurun waktu itu, Li
Pagi yang cerah matahari hangat terasa, cahayanya melintas di sela dedaunan Persik, di hutan yang letaknya di bagian utara Kota Shuimiao.LI Wei berjalan sepanjang hutan, berharap menemukan sumber daya yang ia butuhkan. Hutan ini tidak menyeramkan seperti yang dibilang banyak orang. Sepanjang jalan, ia hanya bertemu dengan makhluk-makhluk kecil seperti kelinci. Semuanya makhluk itu jinak tidak takut dengannya."Menurut petunjuk tuan Erkin, semua tanaman itu berada di jantung hutan. Meski risiko bertemu dengan jago-jago penjaga hutan dari Benteng Musim Semi, tapi aku tidak punya pilihan lain."Li Wei terus berjalan, dan hingga siang menjelang, hewan-hewan hutan yang ia temui. Tak ada makhluk semacam magical beast, atau mahluk spiritual, terlebih para jago dari benteng musim semi, seperti yang diceritakan banyak orang.Tiba-tiba, suara itu menggoda."Apakah itu adalah gemericik air?" Li Wei yang kehausan, mencari sumber gemericik air itu.Tak lama kemudian,"Ah... Betapa air sungai yan
Di tepi sungai berarus deras, di Hutan Mistis Tumbuhan Persik, manusia itu dan Dryad – roh pohon tampak bercakap-cakap. Dryar itu berbicara ramah."Namaku Verna. Aku Dryad, roh pohon Hutan Persik ini. Ceritakan padaku. Bagaimana sampai kamu diperdaya Nymph jahat itu." Tanya Verna ketika Li Wei telah sadar.Mata Li Wei terbelalak."Kakak, kamu roh pohon? Dryad maksudku," tanya Li Wei terkejut.Verna tersenyum lembut."Roh pohon Persik yang usianya 500 tahun, itu tepatnya." Jawab Verna, dan Li Wei semakin terpesona. “Sangkaku, roh semacam itu hanya ada di dongeng saja.”Tak percaya.Sejurus kemudian, setelah kagetnya, Li Wei menjelaskan rinci maksudnya datang ke Hutan Persik.Verna tekun mendengar. Mata jernih, wajahnya terlihat mirip gadis usia 18 tahun. Jika ia tidak menyebutkan, kalau dirinya adalah roh pohon, Li Wei pasti mengira gadis itu manusia sungguhan."Jadi kamu mencari Daun Kemangi terbelah dua, Bayleaf pemimpi, dan Kacang Polong berdaun merah?" Tanya Verna.Li Wei mengangg
Perjalanan Bersama Verna membuat Li Wei sadar. Makin ke tengah hutan, maka makin tumbuh subur berbagai tanaman. Itu tidak hanya pohon Persik. Barisan Pohon Cemara pun tumbuh berjejeran, tak mau kalah dengan Persik.Ributnya suara binatang yang sebagian adalah binatang liar, bergema di udara. Itu mengalahkan suara gemerisik daun dan pucuk pohon yang tertiup angin."Kita telah sampai." Kata Verna sambil menunjuk ke arah depan.Li Wei diam. Ia terpesona, tak percaya dengan penglihatannya.Di depannya terlihat satu taman herbal yang penuh rerumputan, terawat dengan baik. Pagar taman terbuat dari semak liar, penuh bunga. Bahkan ada ayunan di tengah-tengah taman. Li Wei tertarik melirik isi taman. Bunga di taman itu penuh aneka warna, bahkan warna yang belum pernah dilihat Li Wei sebelumnya.Aroma bunga kental tercium, dan membuat Li wei merasa melayang."Aku menduga didalam taman, penuh tanaman-tanaman ajaib dan langka. Aromanya begitu manis tercium." Batin Li Wei.Sreek - sreek!Pandangan