Seo Feng Jie dan Jian Hua, dua anak muda angkuh itu menatap Li Wei penuh selidik. Dari gerak mata saja, Li Wei sudah menduga. Dua anak muda itu sedang mencari celah, mencari kekurangan yang ia miliki, lalu dengan berapi-api pasti akan menyerangnya secara verbal.
"Kamu siapa dan mau apa ke tempat ini?" Jian Hua bersuara keras. Dia menggertak Li Wei, ingin menunjukkan kuasanya sebagai senior.Li Wei menatap Jian Hua ramah. Ia tak takut gertakan itu. Jika itu adalah sosok Li Wei dua tahun yang lalu, mungkin dia sudah ciut. Tapi, hari ini berbeda. Li Wei kini merasa percaya diri. Setelah kejadian semalam, proses transplantasi Mutiara Energi dari sosok Longxu - mutiara energi yang diburu banyak ahli, Li Wei tidak takut lagi.Li Wei tersenyum tipis. Katanya. “Meskipun aku belum tahu bagaimana mengendalikan, apalagi menggunakan energi dari Mutiara Longxu, tapi aku tak takut dengan tindasanmu. Sewaktu-waktu bahkan tidak mungkin aku dapat mengalahkanmu!” batin Li Wei menenangkan diri.“Sekarang Langkah terbaik adalah bersikap rendah hati,” lanjutnya.Dia tersenyum tipis, berusaha terlihat ramah dan merendah."Ah… rupanya Kakak Jian Hua adanya.” Li Wei tahu Namanya sejak setahun lalu Ketika ia di bully dua pasangan ini.“Perkenalkan. Namaku Li Wei. Aku calon murid Sekolah Beladiri ini. Setelah gagal pada ujian tahun lalu, sekarang Li Wei ini mencoba peruntungan baru," katanya tenang, sambil mengeluarkan sekantong koin perak, uang hasil tabungannya selama ini.Pasangan itu terperangah. “K-kamu pernah mendaftar sebelumnya? Mengapa aku tak ingat dengan mu?” Jian Hua tak puas. Ia terus berpikir mengingat sosok Li wei.“Ah sudahlah. Kakak Jian Hua pasti tak ingat dengan calon siswa tak menonjol seperti diriku. LEbih baik aku memberi hormat pada anda, senior berdua.”Kemudian Li wei pun membungkuk rendah dengan dua tangan erat di depan dada. Ini adalah sikap menghormati, menurut adat di Kekaisaran Terra.Sepasang muda-mudi itu tampak tersanjung melihat sikap sopan Li Wei. Li wei terus melanjutkan basa-basinya. "Mohon petunjuk kakak berdua kedepannya nanti, agar Li Wei menjadi siswa yang berbakat di bawah bimbingan anda berdua." Suara Li wei terdengar merendah.Sepasang anak muda itu terdiam. Tak ada celah untuk mencela anak muda ini. Bahkan Song Feng Jie, gadis itu kelihatan senang. Ia meras terpuji. Jian Hong tak puas sesudahnya. Ia cemburu. Lalu melanjutkan intimidasinya,"Well, aku tak berjanji. Mari kita lihat selanjutnya nanti." Ia tertawa dingin, nyata sekali itu dibuat-buat.Kemudian, Kembali dengan sindiran tajam. "Aku ingin melihat nanti. Ketika uji kemampuan tes kesediaan energi Mingzhu di tubuhmu, dengan hasil nihil, aku akan tertawa Ketika melihatmu di depak dari sekolah ini!" Jian Hong tertawa penuh hinaan. Sedangkan Feng Jie gadis yang awalnya sudah tersanjung, sekarang ikut-ikutan tertawa. Wajahnya terlihat bodoh.DI sisi lain, Li Wei pun ikut tersenyum. Terlalu lebar seakan tidak tersinggung. Tapi di dalam hati dia mencibir. "Mutiara Energi mahluk Longxu ini, itu adalah tiket perjalananku menjadi seorang ahli, menuju puncak di Benua Longwu nanti. Sekolah Jalur Merpati hanya sebuah batu loncatan – Langkah awal saja.”Sebaiknya tak perlu menyimpan di hati, kata-kata kasar anak-anak manja ini"Hening setelahnya.Li Wei yang sudah terlanjur ingin berlatih beladiri – ingin melihat manfaat Mutiara Longxu, bertanya dengan sopan. "Kakak senior berdua. Kebetulan saja Li Wei kecil ini melihat iklan pengumuman di pusat kota. Bukankah Sekolah Jalur Merpati hari ini akan mengadakan audisi penerimaan murid baru bukan?” gak ada jawaban. Tapi Li Wei terus bertanya.“Tahukah anda kaka berdua? Li Wei kecil telah lama berlatih. Siap kapan saja untuk mengikuti audisi di sekolah ini" Li Wei Kembali merendah. Ia membungkuk, dalam sikap hormat sekali lagi.Tak ada alasan buat Seo Feng Jie dan Jian Hua untuk membantah, membully Li Wei. Anak ini sangat sopan dan rendah hati.Sedikit berbicara tentang Sekolah Beladiri Jalur Merpati.Master Seo Park, pemimpin Sekolah Beladiri ini memasang ada iklan, guna menerima calon murid baru sekolah beladiri itu. Ia kesal. Entah mengapa belakangan ini sangat sedikit calon siswa yang melamar di sekolah mereka.Kabar burung terdengar, alasan selain biaya sekolah yang cukup tinggi - umumnya kebanyakan calon pelamar sudah menyerah duluan melihat rata-rata siswa di Sekolah Jalur Merpati yang rata-rata adalah dari kalangan anak orang kaya, kalau tidak dari keluarga bangsawan Kota Shuimiao.Itu adalah penyebabnya. Anak-anak bangsawan ini, membayar biaya bersekolah disana dengan cukup cukup tinggi. Master Seo yang mata duitan, seketika ikut menaikkan tarif biaya sekolah. Ini mahal dimata pemuda kota, yang tak sanggup mereka penuhi!Alasan lain adalah, saat ini telah berdiri satu Sekolah Beladiri saingan, Sekolah yang bernama, Akademi Beladiri Tinju dan Pedang Harimau, dan mematok biaya bulanan yang murah. Anak-anak muda dari keluarga kebanyakan, mereka lebih suka bersekolah disana. Walaupun, tetap ada dari kalangan bangsawan yang bersekolah di akademi itu.Karena dua musim telah berlalu, sementara peminat di Sekolah Jalur Merpati menurun drastis, maka Master Seo Park pun memasang iklan, yang isinya menerima siswa baru dengan potongan harga.Sayangnya, harga promosi setengah harga dari biaya tetap untuk bersekolah di sana, itu tak juga membuat minat anak muda – para penggemar martial art di kota Shuimiao, melamar untuk mengikuti audisi. Orang-orang terlanjur tawar hati dengan sekolah yang dipimpin Master Seo itu.Kembali ke pendopo di Sekolah Beladiri Jalur Merpati.Seo Feng Jie dan Jiang Hua saat ini tak dapat berbicara banyak. Keduanya tahu tentang krisis keuangan yang menimpa sekolah beladiri itu. Tak berani membully dan mengusir Li Wei. Jika itu terjadi dan diketahui Master Seo, bisa-bisa mereka berdua akan kena sanksi sang master.“Sudahlah kakak Jian Hua. Lagipula bocah ini terlihat cukup bersih. Meski pakaiannya dari kain sederhana, tapi ia terlihat menarik. Tidak nanti mempermalukan sekolah kami.” Bisik Seo Feng Jie pada Jian Hua.Jian Huan mengangkat keningnya tinggi. Ia melirik busana Li Wei.“Hm baju dari kain katun biasa. Meskipun murah tapi dia bersih,” batinnya. Sesudahnya berbisik lagi pada Seo Feng Jie.“Bailah. Aku setuju dia bergabung di sekolah ini!” kata Jiang Hua berlagak seolah dia pengambil keputusan.Seo Feng Jie dan Jiang Hua adalah kelompok orang yang menilai orang lain berdasarkan penampilan dan harta. Jiang Hua mengangkat wajahnya tinggi. Ia berkata dengan angkuh.“Baiklah. Kamu bisa ikut mendaftar di sekolah ini. Tapi ingat sekali lagi, jika kamu tak lolos dengan tidak menunjukkan bakat, jangan marah. Aku sendiri yang akan mengusir dan menendangmu keluar dari sekolah ini!” kata Jian Huan sombongMendadak…“Hahaha! Siapa yang akan menendang siapa?” suara tawa keras terdengar dari dalam bangunan utama. Gaungnya terdengar penuh, menjalar di aula sekolah itu. Li Wei hampir jatuh, karena tertindas aura suara itu."Seorang jago yang berkemampuan tinggi! Jangan-jangan itu adalah Master Seo?" batin Li Wei, setelah berhasil menenangkan goncangan tindasa, yang hampir membuatnya tersungkur. “Apakah aku akan lolos pada audisi kali ini? Rasanya malu jika gagal lagi yang kedua kali.”BERSAMBUNGSuara tertawa keras mengandung Energi Mingzhu bergaung di seantero halaman depan sekolah beladiri itu. JIang Hong dan Feng Jie terhuyung, tapi Li wei tidak bergeming, meski kakinya bergetar.Master Seo Park muncul dari dalam aula dengan dramatis.Rambutnya disisir licin ke atas membentuk gelungan rapi. Di pangkal gelungan itu, rambutnya di kunci dengan jepitan perak berukir abstrak, indah yang berguna memperkuat tatanan rambut dan memperkuat karakter wajah. Wajahnya terlihat keras. Juga berwibawa. Kumis dan jenggot tipis adalah hiasan di wajah garang itu. Siapapun yang memandang wajah Master Seo, mereka pasti akan merasa hormat dengan penampilannya.“Master Seo?” Li Wei mendesis. Ia membungkuk rendah, memberi hormat.Dua pasangan muda mudi itu pun ikut membungkuk, memberi hormat.Master Seo mengenakan baju panjang yang dilapisi dengan mantel dari sutra. Sabuk dari kain satin berwarna mencolok dibanding warna jubah dan tuniknya. Sulaman dan bordir berkarakter merpati, terlihat Indah men
Huo Zhi maju memenuhi panggilan sebagai peserta audisi itu. Dengan langkah yang mantap, dia berlagak seperti seorang pria flamboyan. Rambut ke perak-perakan, berkilau terpantul cahaya matahari. Pendopo itu tak berdinding, sehingga sinar matahari bebas menerobos masuk, beberapa mampir ke rambut peraknya.Sejak awal kedatangan Huo Zhi, putri master sekolah beladiri - Seo Feng Jie, telah terpikat akan penampilannya. Dengan wajahnya yang tampan, ditambah dengan gaya dingin dan sedikit angkuh - belum lagi busana berbahan mahal itu. Gadis putri tunggal Master Seo Park seketika telah jatuh hati pada pandangan pertama.Feng Jie mengompori Huo Zhin. "Ayo yang semangat!" ini adalah tanda semangat 'Jia you' - semacam slogan atau kata kata pemberi semangat menurut kebiasaan di benua itu.Huo Zhi mengerling nakal, bibirnya membentuk lengkungan ke atas. Dia meladeni gadis itu dengan tatapan genit. Suo Feng Jie hampir pingsan karena bahagia. Rupanya gayung bersambut.Sementara itu, Jian Hua, ka
Di Jembatan YunxiuKota Shuimiao menjelang senja terlihat muram. Langit mulai mendung, kilat sebentar-sebentar bercahaya menakutkan. Suara guntur terdengar mengaum, lebih keras dari auman Singa. Tak ada yang berniat keluar rumah, ketika temaram mirip tengah malam melukis kota.Di bangunan kokoh yang terbuat dari bahan-bahan istimewa itu, Sekolah Beladiri Jalur merpati berdiri. Papan nama sekolah itu tertulis besar-besar dalam huruf emas, latar belakangnya hitam, tampak kontras menarik perhatian.Lima sosok manusia di Sekolah Jalur Merpati ketika itu dalam keadaan terkejut. Mereka semua terpaku akan pertunjukan audisi di aula, ketika seorang anak muda berpenampilan sederhana itu, tampak menggenggam sebuah pena yang terbuat dari kristal.Warna pena kristal itu merah menyala - cemerlang seperti warna kain kesumba. Lima sosok yang mengerumuni si anak muda, tampak terkesima. Seumur hidupnya, ketika Master Seo Park selalu mengadakan audisi calon murid baru, belum pernah seorang pun yang me
Jembatan Yunxiu, Kota Shuimiao.Langit gelap. Matahari tertutup kabut dan kumpulan awan hitam. Air hujan menampar wajah Li Wei. Pedih terasa ketika memasuki sela-sela mata.Yang Shao dan Wang Yan, tahu-tahu telah berada di depan mata. Jaraknya hanya sekitar satu tombak. Wajah kedua remaja itu bukan lagi garang. Jahat!Di antara gemericik air hujan, Li Wei mendengar Wang Yang berbicara dengan suara dingin. Lebih dingin dari hujan."Keponakan pramuria! Aku mendengar kabar. Kamu sekarang murid di Sekolah Jalur Merpati. Dan mereka bilang, Kamu menantang aku dengan duel. Sombong!" Wajah Wang Yan terlihat buruk. Ia masih menyimpan dendam - kejadian lama. Chen Xin, gadis itu memutus hubungan sama sekali dengannya. Seseorang memberi berita. Wang Yan dengan Yang Shao, mereka menyiksa Li Wei, setelah malam pertunjukan pada waktu lalu. Konon, Li Wei hampir mati.Wang Yan marah."Kamu keturunan hina dina. Berani-beraninya mencampuri urusan asmara diriku dengan Nona Chen Xin." Ia kesetanan."Jang
"A-aku bisa menjelaskan semuanya..Tolong jangan bunuh aku. Ini adalah akal muslihat Wang Yan." Yang Shao pucat, tangannya menuding sosok yang kaku itu.Yang Shao menambah kesan sedih. Ia menangis tersedu-sedu. Padahal, kelakuannya sebelum ini seperti orang dewasa. Keji dan jahat. Tapi kini ia terlihat seorang anak remaja usia 14 tahun. Kesombongan dan kekejaman sirna.Petir menggelegar, kilat menyambar. Air hujan semakin deras, suara gemericiknya tak menghalangi niat membunuh di hati Li Wei. Entah mengapa, ada sesuatu energi gelap di melingkup dibenaknya, itu membuat dia berubah kejam.Li Wei maju, melangkah dua tindak. Makin dekat ke arah Yang Shao. Anak itu semakin melolong. Takut kejadian serupa Wang Yan, menimpa dirinya. Tapi suaranya terendam gemericik air hujan, memantul-mantul di atas jembatan Yunxiu Qiao.Li Wei berbisik lirih. Nyaris tak terdengar sama sekali."Semoga di kehidupanmu yang akan datang, bereinkarnasi menjadi sosok yang lebih baik."Yang Shao melotot. Sandiwar
Li Wei berjalan masuk ke halaman Sekolah Beladiri Jalur Merpati, diam-diam. Ia menyusup, melewati murid-murid lainnya yang tengah berlatih beladiri tangan kosong.“Aku tak melihat Huo Zhi dan Ling Feng diantara murid yang berlatih tangan kosong itu.” Dia mengedarkan pandangan dari balik tembok aula sekolah. Tujuan utamanya adalah perpustakaan, bukkan untuk berlatih bela diri pada hari ini.“Misteri, mengapa aku sampai memiliki kekuatan membakar hangus dua anak yang selalu membully ku, harus terpecahkan harini.Aku ingin tahu. Apakah aku adalah seseorang dengan bakat Pengendali Api, kemampuan langka miliki para Sage masa lampau?” Li Wei sangat penasaran.Tak lama kemudian. Li Wei tengah menatap papan nama di atas bangunan yang tertulis ‘Perpustakaan’"Beruntung sekali. Pintu perpustakaan terbuka lebar." Li Wei membuka pintu perpustakaan dengan hati-hati. Meski tak banyak pengunjung, ada tak kurang sepuluh anak muda tekun membaca di sana."Serahkan token siswa anda, biarkan aku mencata
Li Wei bergegas masuk kedalam kamarnya. Dia mulai membuka lembar demi lembar Buku tebal– Sejarah Kaum Sage. Pada waktu membaca halaman pertama, wajahnya masih terlihat biasa saja. Tapi semakin ke halaman tengah buku itu, Li Wei semakin tertegun.Ciri-ciri dan semua jejak pertempuran yang ditulis disana, itu semua mirip dengan jejak luka bakar yang diderita Yang Shao dan Wang Yan - di Jembatan Yunxiu waktu lalu. “Jadi aku sekarang memiliki bakat pengendali api?” Li Wei girang luar biasa.Ia menutup Salinan itu.“Sayangnya, untuk menjadi ahli pengendali api, aku tak akan mendapatkannya pada sekolah Jalur Merpati di Kota Shuimiao. Ini hanya sekolah kelas kampung belaka. Untuk mengumpulkan energi Nebula, energi khusus pengendali Elementalist, Hanya di Akademi Sihir di Ibukota Negri Terra saja, ada guru pelatih bakat pengendali api dan berlatih mengolah Energi Nebula itu. Mereka adalah calon Sage masa depan.”Li Wei menjadi gelisah. Keinginan untuk pindah kota, dan belajar d akademi resmi
Li Wei duduk di depan Tuan Erkin. Pria itu tampak memegang kartu tarot, kartu yang umumnya dipakai peramal. Tuan Erkin mengocok, suara desiran angin tipis terdengar.Ia meminta Li wei untuk memilih dua kartu."Siapa namamu, umur dan tempat lahirmu. Dan kita akan melihat bagaimana kartu ini berbicara." Ia menatap dengan serius."Namaku Li Wei, umur 14 tahun. Tempat lahir Kota Shuimiao." Jawab Li Wei tegas.Tersenyum."Sudah kuduga. Kamu masih remaja." Kata Tuan Erkin."Sekarang ambil satu kartu, dan masa depanmu akan terkuak." Li Wei memilih kartu secara acak."Lanjutkan mengambil kartu kedua!" Titah Tuan Erkin. Li Wei mengikuti instruksi itu.Hening sejenak.Tuan erkin membuka kartu, 'mengernyit!' Waktu berlalu satu kedip mata."Well, mari kita lihat kartu yang kedua." Ia membuka kartu kedua.Blam!Mata Tuan Erkin terbelalak. Dia melongo."I-ini mustahil." Pria itu mengerjap mata berulang kali. Sementara Li Wei seketika gelisah. Anak itu menjadi rendah diri. Ia takut kalau-kalau has