Aliran darah yang mengisi setiap urat yang menjalar dalam tubuhnya terasa bergejolak ketika Arlando dengan lembut melumat bibirnya sehingga tanpa sadar Qeiza mendesah di antara ciumannya.Senyum tipis tersungging di bibir Arlando begitu mendengar desahan istrinya. Sebagai seorang lelaki, itu adalah pencapaian luar biasa bisa membuat pasangannya terbuai.Qeiza menatap sendu wajah Arlando yang melepaskan ciumannya, ada rasa kekosongan begitu bibir mereka terlepas. Bibir sedikit bengkak dan merah milik Arlando telah menjadi candunya. "Apa kamu menginginkannya?!" tanya Arlando menggoda istrinya.Wajah merona langsung menghias Qeiza. Senyum malu-malu tersungging di bibir bengkaknya diiringi kepala mengangguk. "Good!" bisik Arlando kembali mendaratkan bibirnya di atas bibir Qeiza. "Aku akan membuatmu menjadi wanita paling bahagia di dunia ini."Ciuman yang awalnya hanya berupa lumatan lembut semakin lama semakin berubah menjadi lumatan penuh dengan gairah. Qeiza menggelinjang ketika Arla
Gloria juga melakukan hal yang sama. Tatapannya jatuh pada hamparan laut yang terbentang luas di depan mata."Kapan loe pulang?!" tanya Evan. "Entahlah, gue masih betah tinggal di sini. Itu juga kalau loe tidak keberatan gue tinggal di sini.""Tentu saja tidak. Loe bebas mau tinggal berapa lamapun di sini," ujar Evan. "Gue pulang juga tidak tahu apa yang harus gue kerjakan di sana. Keinginan jadi model hanya angan belaka. Banyak gadis muda yang jauh lebih segar di bandingkan gue. Apalah gue yang sudah tua begini."Evan mengalihkan pandangannya dari laut melihat ke Gloria. "Hello, ada apa dengan loe?!"Gloria menghela napas. "Gue merasa tidak percaya diri."Evan tertawa terbahak. "Ha-ha-ha. Selama gue kenal loe, baru kali ini gue melihat loe tidak percaya diri."Selagi mereka berdua asyik berbincang, terdengar langkah suara sepatu datang mendekat. "Bos!"Evan mendongak melihat salah satu pelayannya. "Ada apa?!" Pelayan tersebut memberikan ponsel. Evan bangun dari duduk, mengambil
Melihat gelagat aneh dari suaminya, Qeiza langsung menghindar. "Aku tidak mau bercinta lagi! Pinggangku hampir copot.""He-he. Kamu yang membuat aku menjadi kecanduan!"Qeiza cepat-cepat masuk ke dalam kamar mandi lagi setelah mengambil pakaian yang akan dipakai jalan-jalan di pantai. Terdengar Arlando tertawa terbahak dari luar kamar. "Ha-ha-ha.""Dasar gila! Masa terus-terusan minta jatah. Pinggangku rasanya mau copot begini," gerutu Qeiza dari balik pintu kamar mandi.Angin pantai dan suara debur ombak yang saling bersahutan menyambut kedatangan Arlando dan Qeiza ketika akan makan siang di tempat khusus terbuka yang mengarah ke arah pantai. Masih ada beberapa tamu undangan yang juga ikut menginap di pulau membuat hati Qeiza dan Arlando menjadi tenang. Bahkan acara makan siang terasa begitu meriah karena semua berkumpul bersama.Setelah beberapa saat menyantap setiap hidangan yang telah disediakan, Arlando tidak melihat tuan rumah ikut bergabung akhirnya memberanikan diri bertanya
Qeiza meringis. "Sakit.""Apanya yang sakit?!" tanya Arlando cemas melihat tubuh istrinya dari atas sampai bawah.Qeiza nampak ragu, tapi kemudian tangannya meraba selangkangan. "Di sini yang sakit. Sewaktu tadi berlari, bagian ini sakit," Qeiza menunduk melihat ke area sensitifnya. "Selangkanganku sakit."Arlando garuk-garuk kepala tak gatal. "Oh, di situ."Qeiza meringis. "Sakit banget Arlando.""Aku harus bagaimana?" "Aku tidak bisa jalan," rengek Qeiza manja. "Gendong.""Bilang saja minta digendong, pake alasan sakit segala!" Arlando langsung mengangkat tubuh istrinya. "Pegang leherku agar kamu tidak jatuh."Qeiza dengan sigap langsung mengalungkan kedua tangannya di leher Arlando. Wajah meringis dan rengekan berubah menjadi senyum manis."Manja," ledek Arlando menggoda istrinya.Qeiza mencubit dada Arlando. "Bukan manja, tapi memang benar-benar sakit! Gara-gara kamu, aku jadi sakit.""Kok gara-gara aku?!" "Iya!" Qeiza tak mau kalah. "Kalau kamu tidak minta jatah terus menerus,
Jauh dari pulau, di dalam sebuah apartemen terlihat Damar sedang bersitegang dengan Ririn. "Gugurkan kandunganmu!" "Gugurkan?!" tanya Ririn tak percaya. "Kau gila! Ini anakmu!" Ririn menatap nyalang Damar."Cuih!" Damar membuang saliva. "Kau yakin itu anak gue?!""Iya, ini anakmu!" "Kau, wanita murahan!" tunjuk Damar pada Ririn. "Darimana loe tahu itu anak gue, hah?! Setiap hari loe tidur dengan banyak pria!" tuduh Damar sarkas."Apa kau bilang?""Leo, wanita murahan!" Damar mengulang kalimatnya tak kalah sewot."Brengsek kau!" Ririn mengambil vas bunga yang tak jauh dari tempatnya berdiri.Prang!Vas bunga pecah berserakan di lantai setelah terlebih dahulu menghantam daun pintu."Wanita sialan!" Damar semakin tersulut emosi.Ririn tak hanya berhenti di situ saja. Lemparan vas bunga tidak mengenai Damar, sekarang di ambilnya asbak dari atas meja kemudian langsung dilempar ke arah Damar.Prang!Pecahan asbak berserakan di lantai setelah mengenai daun pintu karena Damar dengan cepat
"Serius sekali, memangnya mau bicara apa?" tanya Papi naik ke atas tangga. Melihat wajah suaminya yang nampak lelah, mami mengurungkan niatnya. "Hanya masalah tentang putra kita. Besok saja kita bicaranya.""Kenapa lagi dengan putra kita itu?! Bikin masalah apa lagi dia?!"Mami terdiam, berjalan di belakang suaminya menaiki tangga dengan pikiran yang bingung, darimana dan bagaimana harus memulai bicara. Sementara itu, pasangan suami istri yang baru saja selesai mandi sedang duduk di atas tempat tidur bersandar di kepala tempat tidur."Qei," panggil Arlando."Mmm,,," gumam Qeiza tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar ponsel serta tangan sibuk membalas beberapa pesan. "Tentang kita ,,,,""Tentang kita, maksudnya?!" tanya Qeiza menoleh pada suaminya. "Perjanjian itu."Sesaat Qeiza terdiam, mencerna kalimat Arlando. "Maksudmu, perjanjian pernikahan kita itu?!""Iya," jawab Arlando. "Mau kamu bagaimana?!" "Kok mau aku bagaimana sih?!" tanya Arlando tak suka. "He-he. Iya dong, mau
Malam indah bertabur sinar bulan di langit tak seindah suasana hati Arlando yang digelayuti keresahan. Niat hati mau ke ruang kerja ingin melihat semua pekerjaan kantor yang dibebankan pada asisten pribadi dan sekretarisnya selama dirinya tidak masuk kerja, tapi langkahnya terhenti begitu melihat di luar terang bulan. Arlando membuka pintu kaca yang langsung menuju ke taman samping. Angin malam sejuk langsung menyapa wajahnya begitu Arlando berjalan menuju gazebo. "Sejuk sekali," gumam Arlando melihat sekeliling taman yang sepi hanya diterangi cahaya lampu taman yang temaram.Suasana sepi dan angin semilir membuat Arlando jadi terbawa lamunan. Satu per satu bayang masa lalu berkelebat dalam pikirannya. Apalagi tentang pernikahan kontrak yang terjadi antara dirinya dan Qeiza Noura. "Bagaimana aku menjelaskan semuanya pada mami dan papi?!" keluh Arlando, teringat alasan kenapa sampai melakukan pernikahan kontrak dengan Qeiza. "Aku bisa dipecat jadi anak kalau semuanya aku ceritakan.
Qeiza tak peduli dengan ledekkan Kris. Senyumnya semakin merekah bahkan semburat rona merah jambu terbias di wajahnya. "Hello!" Kris melempar Qeiza dengan pensil yang tadi dilempar kepadanya. "He-he," Qeiza menjulurkan lidahnya meledek Kris. Kris mendelik dengan gaya kemayunya. "Dasar gila! Lama tak masuk kerja, pulang-pulang malah jadi gila.""Siapa yang gila?!" tanya Mita baru saja masuk."Noh!" Qeiza dan Kris bersamaan saling menunjuk.Mita duduk di samping Qeiza. "Bagaimana liburannya Qei? Apa di sana seru?!" "Seru banget!" jawab Qeiza dengan mata berbinar. "Pulaunya indah, tapi ada yang jauh lebih indah dari pulau itu.""Apa tuh?!" tanya Mita dan Kris bersamaan."Kepo! Pengen tahu saja!" ledek Qeiza mencibir pada kedua temannya."Loe malah bikin gue jadi tambah penasaran," ucap Kris kemudian melaporkan pada Mita kalau dari tadi si Qeiza cengar-cengir sendiri kayak orang gila.Mita tersenyum lebar begitu Kris selesai bercerita. Lengannya menyenggol lengan Qeiza yang duduk di s