Malam indah bertabur sinar bulan di langit tak seindah suasana hati Arlando yang digelayuti keresahan. Niat hati mau ke ruang kerja ingin melihat semua pekerjaan kantor yang dibebankan pada asisten pribadi dan sekretarisnya selama dirinya tidak masuk kerja, tapi langkahnya terhenti begitu melihat di luar terang bulan. Arlando membuka pintu kaca yang langsung menuju ke taman samping. Angin malam sejuk langsung menyapa wajahnya begitu Arlando berjalan menuju gazebo. "Sejuk sekali," gumam Arlando melihat sekeliling taman yang sepi hanya diterangi cahaya lampu taman yang temaram.Suasana sepi dan angin semilir membuat Arlando jadi terbawa lamunan. Satu per satu bayang masa lalu berkelebat dalam pikirannya. Apalagi tentang pernikahan kontrak yang terjadi antara dirinya dan Qeiza Noura. "Bagaimana aku menjelaskan semuanya pada mami dan papi?!" keluh Arlando, teringat alasan kenapa sampai melakukan pernikahan kontrak dengan Qeiza. "Aku bisa dipecat jadi anak kalau semuanya aku ceritakan.
Qeiza tak peduli dengan ledekkan Kris. Senyumnya semakin merekah bahkan semburat rona merah jambu terbias di wajahnya. "Hello!" Kris melempar Qeiza dengan pensil yang tadi dilempar kepadanya. "He-he," Qeiza menjulurkan lidahnya meledek Kris. Kris mendelik dengan gaya kemayunya. "Dasar gila! Lama tak masuk kerja, pulang-pulang malah jadi gila.""Siapa yang gila?!" tanya Mita baru saja masuk."Noh!" Qeiza dan Kris bersamaan saling menunjuk.Mita duduk di samping Qeiza. "Bagaimana liburannya Qei? Apa di sana seru?!" "Seru banget!" jawab Qeiza dengan mata berbinar. "Pulaunya indah, tapi ada yang jauh lebih indah dari pulau itu.""Apa tuh?!" tanya Mita dan Kris bersamaan."Kepo! Pengen tahu saja!" ledek Qeiza mencibir pada kedua temannya."Loe malah bikin gue jadi tambah penasaran," ucap Kris kemudian melaporkan pada Mita kalau dari tadi si Qeiza cengar-cengir sendiri kayak orang gila.Mita tersenyum lebar begitu Kris selesai bercerita. Lengannya menyenggol lengan Qeiza yang duduk di s
Mama memicingkan mata melihat putrinya seakan ragu dengan semua penjelasan yang putrinya berikan. "Percaya padaku ma. Aku tidak punya niat sedikitpun untuk membohongi mama dan papa.""Lalu bagaimana dengan orangtua Arlando? Apa kamu tidak memikirkan apa akibatnya jika mereka sampai tahu?!" tanya mama geram. "Kamu sangat keterlaluan Qeiza Noura! Apa yang kamu lakukan itu sangat melukai hati orangtua."Qeiza menunduk. "Sekarang, apa yang akan kamu jelaskan pada orangtua Arlando jika mereka tahu kalian berdua telah membohongi mereka?!"Qeiza semakin menunduk lebih dalam, terlihat sangat jelas wajahnya kebingungan. "Kamu bukan anak kemarin sore yang selalu bertindak gegabah. Kamu ini sudah besar! Sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang salah!" Mama kehilangan kontrol, nada suaranya semakin meninggi sehingga mengundang perhatian pengunjung lain melihat ke arah mereka berdua."Ma,,," tegur Qeiza risih karena dimarahi mamanya dilihatin semua orang.Mama menghela napas, menenang
Tawa dan canda menyertai dalam setiap percakapan Ririn dan ketiga temannya. Sementara Damar hanya diam memasang wajah kecut tanpa tertarik sedikitpun untuk ikut bergabung dalam tawa dan canda mereka berempat.Lisa menyenggol lengan Ririn. "Kenapa cowo loe diam saja?!" bisiknya depan telinga Ririn."Memang orangnya jarang bicara," jawab Ririn berbisik pula memberi alasan padahal bukan itu yang sesungguhnya."Oh."Bukan hanya Lisa saja yang merasa aneh dengan Damar, kedua teman pria Ririn juga ikut merasa aneh dengan Damar yang tidak merespon apapun.Waktu terus berlalu. Damar akhirnya lega ketika teman Ririn pamit pergi. Senyum misteri tersungging di bibir Damar begitu Ririn mengantar temannya sampai pintu apartemen. Sekarang yang tersisa hanya dirinya dan Ririn yang berada di dalam apartemen."Aduh, bagaimana ini?!" bisik hati kecil Ririn cemas ketika melihat dari sudut mata, Damar sedang menatapnya dengan tajam. Satu langkah, dua langkah, Damar datang mendekat pada Ririn yang sedan
Kediaman keluarga Meshach nampak sepi ketika Arlando dan Qeiza pulang. "Jam berapa?!" tanya Qeiza pada suaminya. "Sudah lewat dari tengah malam," bisik Arlando."Semua orang sudah tidur.""Baguslah," gumam Qeiza berjalan sangat hati-hati karena lampu ruang yang temaram.Klik!Lampu ruangan berubah terang, Qeiza hampir saja meloncat kaget. "Tuan muda, nyonya muda? Bibi pikir siapa," suara bibi memecah kesunyian. "Aduh bibi! Bikin kaget saja! Hampir copot jantungku!" "He-he, maaf nyonya. Bibi tidak bisa melihat dengan jelas, takutnya ada maling," bela bibi."Lampunya matiin lagi bi!" pinta Arlando kemudian menarik tangan Qeiza agar melanjutkan lagi langkahnya menuju kamar.Di dalam kamar, Qeiza langsung melepas sepatu high heelsnya. "Lelah banget, ingin cepat mandi dan tidur.""Aku duluan yang mandi!" Arlando buru-buru masuk ke kamar mandi. Qeiza menghempaskan tubuh di sofa. "Badan cape pikiran juga cape. Kenapa jadi seperti ini?!" gumamnya teringat kembali dengan pernikahan kontr
Arlando menggosok kedua mata. "Siapa sih yang buka jendela? Silau!" ucapnya bersuara serak ciri khas orang bangun tidur.Qeiza yang terlebih dahulu menyadari akan kehadiran mami segera menyenggol tubuh Arlando. "Mami ,,,"Mendengar kata mami, kesadaran Arlando langsung terkumpul sempurna. "Mami?!" Qeiza bangun. "Selamat pagi mami,' sapanya basa basi."Sudah siang masih tidur! Kalian tidak pergi bekerja?!" tanya mami."I-iya mam," jawab Qeiza gugup langsung turun dari atas tempat tidur dan bergegas ke kamar mandi. Sementara Arlando kembali menarik selimut. "Aku masih mengantuk."Mami menarik selimut yang menutupi tubuh Arlando. "Bangun, ini sudah siang! Mami juga ingin bicara tentang pernikahan kontrakmu itu!"Deg!Jantung Arlando kaget. "Gawat! Pernikahan kontrak lagi yang mami bahas! Aku harus cari akal untuk menghindari mami," hati kecilnya bicara."Mami ingin bicara denganmu! Cepat bangun Arlando!" "Apa sih mami ini?! Pagi-pagi sudah marah-marah. Nanti kulitnya cepat keriput," u
"Iya, saya sangat setuju jeng!" seru Mama Qei. "Saya juga akan mencari tahu, kenapa putriku bisa-bisanya bertindak sampai sejauh itu. Sampai sekarang saya tak habis pikir, apa maksudnya Qeiza melakukan semua kebohongan ini." "Sama jeng, saya juga tak habis pikir dengan putraku itu. Kok bisa bohongi kita semua. Tapi terlepas dari itu semua, sebaiknya kita mencari tahu alasan yang sebenarnya kenapa sampai bisa terjadi pernikahan kontrak.""Jeng," Mama Qeiza menurunkan volume suara. "Qeiza dan putramu melakukan pernikahan kontrak, tapi mereka tidur dalam satu kamar. Bagaimana itu jeng?!"Mami Arlando tertegun. Apa yang dikatakan besannya benar, bahkan tadi pagi saat membangunkan putra dan menantunya mereka sedang tidur berpelukan. Lalu ,,, lalu, kepala mami jadi tambah pusing."Jeng," panggil Mama Qei melihat besannya hanya diam tertegun. "I-iya ,,,.""Mereka tidur dalam satu tempat tidur. Bagaimana jeng?" Mama Qeiza jadi khawatir. "Apa mereka telah ,,,,""Aduh, saya jadi tambah bingun
"Aku harus bagaimana?!" keluh Arlando Meshach tanpa sadar.Meski sudah umur 27 tahun, pria tampan itu tidak pernah tahu rasanya berpacaran. Sayangnya, kedua orangtuanya sudah mengultimatum agar secepatnya menikah kalau tidak ingin semua fasilitas kemewahan yang selama ini dinikmatinya dicabut sang Papi yang tak lain adalah pemilik perusahaan yang selama ini dipimpinnya, Gold Star corp."Pokoknya, Papi dan Mami tidak mau tahu! Dalam waktu tiga bulan ke depan, kamu harus membawa calon istrimu ke rumah! Titik!" ucap sang Papi tegas menatap tajam wajah Arlando yang terduduk lemas."Tapi Papi, bagaimana mungkin, aku bisa membawa calon istri kalau pacar saja aku tidak punya!" jawab Arlando kesal. "Papi pikir, mencari istri itu gampang seperti memungut sampah di jalan?!"Mami hanya bisa geleng-geleng kepala. "Kalian ini seperti air dan minyak, tidak bisa bersatu. Heran deh, apa tidak bisa dibicarakan dengan baik-baik dan kepala dingin?!""Anakmu ini dari tadi terus saja membantah ucapan Pa