SETAHUN TAK DISENTUH SUAMI

SETAHUN TAK DISENTUH SUAMI

By:  Andri Lestari  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 ratings
21Chapters
4.2Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

"Mas belum siap. Tolong mengertilah, Dek!" Hanum tidak tahu apa yang salah dengan dirinya sehingga sang suami selalu menolak untuk menyentuhnya. Sejak awal pernikahan hingga setahun lamanya, Bagas selalu mempunyai alasan hingga tak benar-benar mau untuk mereguk indahnya kehalalan bersama sang istri. Apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang sedang Bagas sembunyikan dari Hanum?

View More
SETAHUN TAK DISENTUH SUAMI Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Cilon Kecil
masih dilanjut lagi ga ini ceritanya?
2024-03-14 12:26:03
0
user avatar
BayuAndira
jgn lama2 updatenya thor
2022-12-20 18:20:10
0
21 Chapters
PROLOG
"Mas, kita sudah menikah selama satu tahun, sampai kapan aku harus bersabar?"Hanum akhirnya memberanikan diri untuk bersuara. Ia menepis rasa malu di depan sang suami. Wanita yang sudah dinikahi satu tahun lamanya oleh Bagas, akan tetapi kondisinya masih tersegel. Sang suami belum menyentuhnya sama sekali. "Sabar, Dek. Mas akhir-akhir ini terlalu sibuk di kantor. Kerjaan Mas numpuk. Ngga selesai-selesai. Kamu ngertikan posisi, Mas?"Bagas membingkai wajah istri dengan kedua tangannya. Ia memperlihatkan raut wajah memelas dan berharap pengertian yang besar dari Hanum. "Tapi sampai kapan, Mas? Masa satu tahun kamu sibuk terus? Aku juga pengen ...,"Kalimat Hanum terhenti. Ada sesak yang menyeruak dalam sanubarinya. "Beri Mas waktu, ya. Setelah semuanya selesai, kita akan bulan madu."Lagi-lagi Hanum hanya bisa mengangguk pasrah. Dia tidak berani memberontak, meskipun keinginannya sebagai seorang istri terus mendesak. Hanum mencoba untuk kembali bersabar dengan alasan sang suami.Se
Read more
Bab 1: Ditolak untuk Kesekian Kalinya
"Mas!"Jantungku berdetak lebih cepat saat berjalan mendekati Mas Bagas. Setiap kali keinginan itu muncul, tingkahku menjadi beberapa tingkat lebih agresif dari biasanya. Semoga malam ini dia tidak menolakku lagi seperti yang sudah-sudah. "Iya, Dek." Lelaki itu menjawab pelan. Matanya masih fokus ke layar laptop. "Malam ini, ya." Aku berbisik di telinganya. Kedua tangan kurangkulkan di leher suamiku. Mas Bagas sedikit menggeliat. Barangkali ia merasa geli karena aku menyentuh tengkuknya. "Mas masih sibuk, Dek. Besok ada presentasi." Dia menjawab tanpa mengalihkan pandangan dari layar laptop. "Sebentar aja, Mas. Aku sudah siap-siap." Aku masih berusaha merayunya. "Jangan sekarang, ya. Plis. Bos bisa marah kalau ini nggak selesai."Oke! Aku sadar diri. Dia menolakku lagi. Perlahan kulonggarkan rangkulan dari lehernya. Lalu aku berbalik badan menjauh dari Mas Bagas. "Mas minta maaf, ya. Kamu ngga kenapa-kenapa, kan?" Pertanyaan lelaki itu menghentikan langkahku. "Ngga pada, Mas.
Read more
Bab 2: Apakah Ada Rahasia?
"Dek, Mas berangkat, ya."Rasanya malas sekali membuka mata. Mengingat kejadian semalam, aku merasa dihina berkali-kali lipat oleh suamiku sendiri. Bukan sekali dua kali aku berhias untuk menyenangkan hatinya, akan tetapi lagi dan lagi penolakan yang kuterima. Mas Bagas memang tidak menolakku secara terang-terangan, tapi dengan berbagai macam alasan menghindar yang ia lemparkan saat aku sedang haus belaian, itu jauh lebih menyakitkan. "Dek, kamu marah karena kejadian semalam?"Kali ini kurasakan rasa hangat belaian tangannya menyentuh pipiku. "Mas minta maaf, ya."Selalu begitu. Sejak dulu hingga detik ini hanya itu yang menjadi kalimat pamungkasnya. Meminta maaf dan memperlihatkan wajah menyesal sehingga aku luluh dan tak lagi mempermasalahkan. "Dek, Mas minta maaf." Ulang lelaki yang posisinya tak jauh dariku. Walau masih memejamkan mata, akan tetapi aku bisa merasakan kehadirannya di sampingku. Hanya sebuah anggukan kecil kuberikan. Setidaknya itu sudah lebih dari cukup untuk s
Read more
Bab 3: Memancing Suami
Apakah Mas Bagas selingkuh? Rasanya tidak mungkin. Toh, selama ini dia masih sangat perhatian. Lalu, apakah ada hal lain yang selama ini aku tidak tahu sama sekali? Atau ada yang salah denganku? Dengan tubuhku atau sifat dan tingkahku? Apakah selama ini ada yang tidak dia sukai dariku, tapi dia enggan untuk mengatakannya? Apakah aku kurang menarik? Atau jangan-jangan selama ini aku bau? Ah! Kenapa aku baru menyadarinya sekarang? Seharusnya aku lebih peka. Kasihan sekali suamiku harus menahan perasaan tak enak hanya karena takut aku akan tersinggung. Padahal jika saja ia berterus terang, tentu tidak akan terjadi seperti ini. Mas Bagas memang tipe suami yang tidak enak hati. Aku yakin dia tidak mau menyakiti perasaanku. Sekarang akulah yang harus pintar dan mengambil inisiatif sendiri, anggap saja sebagai sebuah kejutan bagi Mas Bagas. Dia pasti merasa senang. Baiklah, Mas. Aku akan kembali gencar merawat diri hanya untukmu. Lega rasanya ketika menemukan jawaban atas kekacauan yang se
Read more
Bab 4: Deg-degan
"Hanum, maaf. Mas capek. Lapar. Kita masih punya banyak waktu untuk melakukan hal ini. Jangan sekarang, ya. Mas mohon.""Tapi ... aku sudah siap-siap gini, Mas." Aku mengajukan protes.Perasaan malu karena ditolak menari-nari dalam pikiran. Aku menundukkan wajah, sama sekali tidak melihat ke atas Mas Bagas. "Kami, sih, Mas pulang kerja bukannya suguhin makan dulu, malah minta yang aneh-aneh." Mas Bagas terkekeh. Sempat-sempatnya dia tertawa? Mas Bagas mengejekku? Lalu apa tadi itu katanya? Aneh-aneh? Memangnya aku meminta sesuatu yang aneh? Apakah menggauli istri sendiri termasuk hal aneh bagi Mas Bagas? Selama satu tahun belakangan sudah banyak hal yang terasa tak masuk akal. Diam-diam aku sering memperhatikannya. Lelaki mana, sih, yang enggan menyentuh hidangan yang telah dipersiapkan di depan mata? Sudah lama juga aku ingin mencari tahu apa penyebabnya, akan tetapi lelaki itu selalu saja bisa kembali meyakinkan jika dia memang sedang tidak bisa diganggu dengan pekerjaan-pekerjaa
Read more
Bab 5: Menginginkan Nafkah Bathin
"Mas pergi, ya. Assalamu'alaikum."Pagi ini aku melepaskan kepergian Mas Bagas ke tempat kerja seperti biasa. Setelah semalaman aku merasa teramat jengkel dengan sikapnya, akan tetapi aku tak mau berlarut-larut. Selepas shalat Magrib kemarin, aku memilih membaca buku di tempat tidur. Tak lupa kutanggalkan terlebih dahulu baju tidur pemberian Mas Bagas yang memuakkan. Melihatku memperlihatkan sikap dingin dan tak menggubris sama sekali, lelaki itu pun memiliki duduk di meja kerjanya. Menghadapi komputer serta berkas-berkas kantor yang lebih sering dielus dari pada aku istrinya. "Dek, jadi?" tanyanya pelan. "Apaan?" Aku balik bertanya tanpa menoleh sedikit pun. "Yang tadi," ucapnya lagi. "Yang mana?" Aku berpura-pura belum mengerti. "Hmmm ... ya sudah. Mas lanjut kerja, ya"Kulirik Mas Bagas dengan ujung mata. Di saat yang sama, ternyata dia juga tengah melihat ke arahku. Namun, cepat-cepat dia berputar arah, kembali menghadap ke komputer. Aku terus memperhatikan lelaki itu. Gelag
Read more
Bab 6: Memata-matai Suami Sendiri
Tiga hari berlalu setelah pertemuanku dengan Sarah. Tak ada yang berubah dari Mas Bagas. Hanya janji dan janji saja yang terus ia berikan. Aku pun sudah tak lagi merayu bahkan memancingnya. Kami sibuk dengan aktivitas masing-masing. Mas Bagas dengan pekerjaannya, sementara aku mengurus butik yang beberapa minggu terakhir jarang kukunjungi. "Mas, aku mau ke butik. Aku ikut bareng kamu, ya," ucapku sembari membenarkan letak jilbab di depan sebuah cermin berukuran lebar di dalam kamar. "Lho, Mas pakai motor, Dik.""Nggak pa-pa. Lagian jalannya juga searah. Aku sedang malas nyetir." Aku membuat alasan. "Nanti kamu pulangnya gimana? Mas mana bisa antar pulang." Mas Bagas masih menolak. "Aku tunggu Mas pulang sore nanti.""Wah, hari ini Mas agak telat pulangnya. Ada ketemu klien."Aku melirik Mas Bagas. Dia sedang memasukkan laptop ke dalam tas kerja. Mas Bagas memang jarang mengendarai mobilnya ke kantor. Dia lebih senang memakai motor dengan alasan kalau terjebak macet, enak menyelip
Read more
Bab 7: Mas Ngapain?
Aku tak kalah kaget melihat kondisi lelaki yang sedang berdiri tepat di depanku itu. Selain hanya mengenakan selembar handak dan bertelanjang dada, Mas Bagas juga memegang selembar handuk kecil berwarna putih sembari mengeringkan rambutnya yang tampak basah. "Lho, kamu kenapa di sini?" Raut wajah Mas Bagas terlihat tidak biasa. "Mas yang ngapain di sini?" tanyaku dengan suara memburu. "Mas ... Mas mau ketemu klien." Mas Bagas tampak gugup. "Siapa kliennya? Terus itu Mas baru siap mandi? Keramas?""Eh! Ini, hmmm ... Mas gerah."Aku menangkap kilatan lain dari matanya. Ada yng tak beres. Mas Bagas sedang berbohong. Aku melongokkan kepala ke dalam. Mas Bagas belum menyuruhku masuk sejak tadi. "Siapa di dalam?" tanyaku sambil menerobos masuk. "Tunggu, Dek. Nggak ada siapa-siapa. Mas sendirian. Tunggu!"Sama sekali tak kudengar perintah Mas Bagas. Aku masuk ke kamar secara paksa. Dadaku bergemuruh. Emosiku meledak-ledak di dalam dada. Apa yang Mas Bagas lakukan di penginapan ini? A
Read more
Bab 8: (POV BAGAS) Hampir Saja!
Hampir saja!Kenapa Hanum bisa tahu aku sedang di penginapan? Padahal jarak antara penginapan Melati dengan butik miliknya lumayan jauh. Apakah dia jujur jika sedang mengintaiku? Ck! Aku memang salah. Sama sekali belum bisa membahagiakan istriku, akan tetapi aku memang tidak bisa. Hanum sama sekali tidak menarik di mataku. Lalu, apakah aku mencintainya? Jawabannya adalah iya. Aku mencintainya, karena dia adalah seorang istri yang baik. Aku tidak akan membiarkan Hanum pergi dari hidupku. Egois memang. Namun, kurasa wajar saja. Toh, Hanum juga mencintaiku. Perkara dia masih tersegel hingga satu tahun usia pernikahan kami, itu bukanlah masalah. Selama dia masih mau mendengar setiap alasan yang kubuat. Alasan yang kubuat-buat tepatnya. Namun, sekarang tampaknya dia sudah pintar. Istriku itu sudah beberapa kali memberontak. Dia menagih nafkah batin dariku. Berbagai macam cara ia lakukan untuk menggodaku, akan tetapi aku sama sekali tidak menggubrisnya. Kenapa aku bisa tahan? Ya, karena
Read more
Bab 9: Malam Terkutuk
"Kamu kenapa, Sayang? Belakangan ini Mas perhatikan sering uring-uringan. Selalu cari-cari kesalahan Mas. Hal kecil pun menjadi besar dan dipermasalahkan."Mas Bagas berdiri tepat di depanku. Aku menggubrisnya. Jemariku sibuk kuketukkan di atas meja makan. "Hanum, Mas lagi ngomong. Kamu jangan begini terus, dong!" Lelaki beralis lebat itu kembali mengajukan protes. Aku hanya melirik sekilas, lalu meraih ponsel dan menyibukkan diri dengan benda pipih tersebut. "Astaghfirullah, Sayang. Tolong, dong jangan uji kesabaran Mas. Kamu yang Mas kenal nggak begini. Kamu kesambet?" Mas Bagas masih saja cerewet. "Aku mau sendiri dulu, Mas. Jangan ganggu," ujarku agak katus. "Lho, Mas dari tadi cuma berdiri di sini, kok. Ngga mengganggu sama sekali.""Ya, tapi Mas jangan berdiri di situ. Entah ke mana gitu!"Kutangkap raut keheranan di wajah Mas Bagas. Barangkali dia heran melihat tingkahku. Selama ini aku selalu menurut padanya. Mendengarkan segala ucapnya. Dan sebenarnya aku bukanlah tipe wa
Read more
DMCA.com Protection Status