Share

Rindu Yang Terpendam Episode Sembilan

PoV Evan Part 1

Evan Saputra Herlambang. Anak tunggal dari pasangan Airlangga Herlambang dan Lisa Suliswati. Terlahir dari keluarga yang berada membuat hidupnya hampir di katakan sempurna. Menjadi salah satu pemain basket terbaik dengan postur tubuh tinggi dan kulit putih membuat banyak gadis yang antri ingin mendapatkan hatinya. Tapi sayang ia berbeda dari pria lain. Baginya cinta adalah ibadah, kenapa ia mengatakan demikian karena ia sangat menghormati bundanya, menyakiti perempuan sama halnya ia menyakiti hati bundanya, itu sebabnya jika ia memiliki kekasih ia tak pernah melirik gadis lain apalagi sampai mendekatinya. Berawal dari kedatangan siswa pindahan di sekolahnya yang sama-sama kelas sepuluh tapi mereka berbeda kelas, Evan sepuluh satu sedangkan siswi pindahan itu sepuluh 2 di situlah kisah cintanya di mulai.

"Hay, boleh kenalan?." Ucapnya tersenyum manis sambil mengulurkan tangannya. 

Gadis di depannya itu pun segera meraih tangan Evan sambil tersenyum hingga memperlihatkan kedua lesung pipinya.

"Evan Saputra Herlambang."

"Aku Kirana Amelia, panggil saja Kirana."

Dari perkenalan itulah timbul benih-benih cinta di antara mereka. Hari-hari mereka lewati dengan bahagia, hingga saat penaikan kelas sebelas Evan dikejutkan dengan pernyataan teman sekelasnya.

"Van, kamu masih jalan nggak dengan Kirana?". Tanya salah satu teman sekelasnya.

"Iya, memangnya kenapa?." Evan pun terlihat bingung.

"Kemarin saat aku dan Siska jalan ke mall, kami melihat Kirana jalan dengan cowok lain mereka terlihat sangat mesra"

"Hahahaha mungkin kalian salah lihat kali?."ucapnya sambil tertawa. 

"Ya sudah kalau tidak percaya."ucap kedua temannya sambil memanyunkan bibirnya.

Evan memang tak mudah percaya pada perkataan orang lain kecuali ia menyaksikannya sendiri. Ia tak mau hubungannya hancur hanya karena kesalah pahaman.

"Sayang, besok ke rumah yuk bunda pengen kenalan katanya." Ucap Evan ketika sedang bersama Kirana di taman.

"Hhhmmm besok ya?."

"Iya kenapa, ngga bisa ya?."wajah Evan kini murung.

"Bisa dong, masa nggak."

Mereka pun akhirnya tertawa bersama. Keesokan harinya, Evan menghubungi Kirana untuk memastikan bahwa ia akan datang ke rumahnya hari ini.

"Semoga saja bunda dan Kirana cocok agar kami bisa selalu bersama. Ia sangat mencintai gadis itu bahkan ia sudah berencana akan melamarnya jika kelak ia telah sukses.

"Halo sayang, hari ini kamu jadikan datang ke rumah ? Bunda udah masak loh untuk menyambut kedatangan kamu."

Pemilik suara di seberang sana pun hanya terdiam lalu beberapa detik kemudian ia kembali berbicara.

"Maaf ya hari ini aku tidak bisa datang, aku lagi sakit."

Evan yang mendengarnya seketika panik, orang yang ia sayangi ternyata sedang sakit "Tidak apa kok sayang, kan masih bisa lain waktu, nanti aku sampaikan ke bunda kalau hari ini kamu tidak jadi datang, aku kesitu ya jengukin kamu, mau di bawain apa?."

"Makasih sayang tapi nggak usah, kamu jangan kesini ya, rumahku sedang kosong tidak enak dengan tetangga jika kita hanya berdua dalam rumah."

Ada rasa kecewa yang muncul di hati Evan, batinnya mengatakan jika Kirana sudah mulai berubah. "Ya sudah sayang kalau begitu, kamu istirahat saja ya, semoga lekas sembuh." Ia pun memutuskan sambungan teleponnya.

"Van bagaimana, Kirana jadi datang kan? Semuanya sudah bunda persiapkan sesuai dengan keinginan kamu." Ucap bundanya bersemangat.

"Maafkan Evan sudah merepotkan bunda, Kirana hari ini tidak jadi datang ia sedang sakit."

Ada rasa kecewa di hati bunda terpancar jelas dari raut wajahnya. Ia yang awalnya ceria seketika berubah murung saat mendengar pernyataan anaknya. Bagaimana tidak, ia ingin sekali bertemu dengan gadis yang membuat anaknya selalu bahagia setiap hari. Tapi apa mau di kata gadis itu sedang sakit.

"Ya sudah tidak apa sayang." Kembali wanita paruh baya itu menampakkan senyumannya berharap agar anaknya tak merasa bersalah lagi karena telah mengecewakannya."

Ting...

Satu pesan singkat yang masuk di ponsel Evan, pesan itu dari sahabatnya, Vano. "Bro, hari ini ada kerjaan nggak? Kalau nggak ada, temenin aku ke cafe, ada cewek nih yang mau ngajak ketemuan kan kamu tau sendiri aku tak punya modal."

Ya begitulah Vano selalu ingin terlihat keren tapi ia tak mempunyai modal. Evan pun tak mempermasalahkannya baginya sahabat sama pentingnya dengan keluarga karena sedari kecil Vano selalu menemaninya bahkan saat keluarganya hampir bangkrut.

"Oke jam berapa?" Evan pun memutar haluan. Yang tadinya menunggu kedatangan Kinara tapi tidak jadi datang karena sedang sakit, Evan pun memutuskan untuk menemani Vano ke cafe. "Hitung-hitung cari hiburan."batinnya.

15.30 sesuai perjanjian ia menemui Vano di cafe dan benar saja pria itu sudah datang lebih awal. Berhubung cewek yang mereka tunggu belum datang, Vano pun menjalankan aksinya.

"Bro, bagi duit dong?" ucapnya sambil cengengesan.

Seketika itu juga Evan mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna merah dari dompetnya. Ia memang sudah mempersiapkannya dari rumah karena ia hafal betul watak sahabatnya itu.

Ketika gadis yang mereka tunggu telah datang, betapa bahagianya Vano ternyata gadis itu sesuai dengan tipenya.

"Cantik juga, tapi lebih cantik Kirana." Batinnya.

Ia segera membuang jauh-jauh fikiran salahnya itu. Saat sedang makan bersama tiba-tiba saja ada suara yang tidak asing baginya.

"Yeeee selamat ulang tahun ya sayang."

Suara itu berasal dari sudut ruangan. Segera ia mengarahkan pandangannya kesana dan ternyata benar suara itu milik Kirana. Darahnya seketika terasa mendidih, gadis yang baru saja mengaku sakit saat menghubunginya ternyata berada di cafe yang sama. Ia sedang merayakan ulang tahun seorang lelaki. Tak terima dengan pengkhianatannya, Evan pun bergegas menuju ke meja gadis tersebut yang tak lain adalah Kirana.

"Hmmmm jadi begini orang yang katanya sakit? Pantas saja tak mau di jengukin."Ucap Evan Emosi.

Kehadiran Evan sontak membuat Kirana kaget ia tak menyangka jika Evan berada di cafe yang sama. 

"E-van?"ucap Kirana gugup.

Kirana pun bergegas berdiri sambil menjelaskannya, namun sayang Evan sudah terlanjur kecewa. Ia tak mau mendengarkan penjelasan Kirana. Kirana yang mulai emosi pun akhirnya mengeluarkan semua unek-unek yang ada di fikirannya.

"Ya memang benar aku telah berselingkuh."

Seketika wajah Evan pun memerah, kedua tangannya ia kepalkan hendak memukul tapi sayang niatnya itu ia urungkan karena ia tak sanggup menyakiti orang yang sangat ia kasihi. Perlahan ia mencoba meredam emosinya.

"Kenapa Kirana? Kenapa kamu tega melakukan ini?" Tanya Evan.

"Maafkan aku Van, tapi inilah kenyataannya, rasaku sudah tak ada lagi untukmu, aku bosan setiap saat hanya bersamamu, aku ingin bebas berteman dengan siapa saja."

"Tapi aku tidak pernah melarangmu berteman dengan siapa saja Kirana."ucapnya kembali geram.

"Memang tak pernah Van, tapi kehadiranmu setiap saat selalu datang menemuiku membuat tak ada celah untuk seseorang mendekatiku."

"Aku lakukan itu karena aku menyayangimu, aku ingin menjagamu Kirana." Tiba-tiba saja ada tetes bening yang jatuh dari sudut mata evan, hatinya kini benar-benar terluka.

"Tapi aku tidak suka itu Van, aku ingin bebas, Aku mau kita putus, aku harap kamu bisa menerimanya." Tanpa mendengar jawaban Evan, Kirana pun berlalu pergi meninggalkannya seorang diri.

Bersambung...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status