Share

Chapter 4

Kedua mata Khanza perlahan terbuka.

            Hal pertama yang dilihatnya adalah langit-langit kamarnya. Meringis menahan rasa pusing yang mendera, Khanza memijat pelipisnya. Memejamkan matanya sejenak, cewek itu berusaha mengingat apa yang sudah terjadi. Dia ingat, dia melihat wali kelas sekaligus penghuni kamar kost di sampingnya—Kenzo, sedang berdiri di depan pintu kamarnya sambil mengetuk daun pintu tak berdosa itu dengan membabi-buta. Lalu, mereka berbincang sebentar, masuk ke dalam kamar dan... dan...

            Khanza kembali membuka kedua mata dan mendesah. Dia tidak ingat apapun setelah itu. Perlahan, Khanza bangkit dari posisi tidurnya dan menarik napas panjang. Keningnya berkerut kala menyadari dia berada di bagian kanan ranjang dan bukannya di bagian kiri di dekat dinding seperti biasa. Dia juga merasa bagian kiri ranjangnya sedikit menekan ke bawah. Penasaran, Khanza menoleh ke samping.

            Dan cewek cantik berwajah putih pucat itu membeku.

            Jantung Khanza dipaksa berhenti berdetak beberapa detik, sebelum akhirnya meliar. Napasnya tertahan di tenggorokan, menolak bekerjasama dengan cewek itu, di mana Khanza mencoba memasukkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida seperti biasa. Peluh mulai muncul di wajah cantiknya. Di sana, di atas tempat tidurnya, tepat di samping tubuhnya, tengah berbaring seorang cowok muda berkacamata dengan tubuh tegap atletisnya yang Khanza kenal sebagai wali kelasnya sendiri.

            Itu... Kenzo!

            “Arrgh—mmpf....”

            Teriakan Khanza berhasil diredam oleh sebuah tangan besar dan hangat. Khanza terbelalak dan menoleh, untuk kemudian menemukan wajah meringis aneh milik saudara sepupunya, Keanu. Cowok blasteran itu menaruh jari telunjuknya dari tangan yang bebas ke mulutnya sendiri, menyuruh Khanza secara tersirat untuk diam agar tidak membangunkan Kenzo. Setelah paham dan memutuskan untuk berkooperatif, Keanu menjauhkan tangannya yang tadi digunakan untuk menutup mulut Khanza.

            “Kak Keanu? Kapan Kakak ke sini?” tanya Khanza dengan nada bingung. Dia menoleh sekilas ke arah Kenzo dan bergidik ngeri. “Dan, sejak kapan dia tidur di samping aku? Apa jangan-jangan, Kak Keanu juga tau kalau Kenzo ada di sini?”

            Keanu menarik napas panjang dan mengusap rambut Khanza. Cowok itu menyuruh Khanza mengikutinya. Tidak jauh dari tempat tidur, tapi menurut Keanu cukup memberikan privasi bagi Kenzo untuk tetap melanjutkan tidurnya. Walau bagaimanapun, Kenzo kelelahan karena mengerahkan seluruh energi dan kekuatannya untuk mengembalikan Khanza.

            Khanza duduk di lantai, di hadapan sebuah meja yang memisahkan jaraknya dengan Keanu. Cewek itu mengerutkan kening dan menoleh ke segala arah. Dia mencari keberadaan Ven, si hantu cerewet yang selalu saja khawatir berlebihan kepadanya.

            “Ven lagi main ke luar,” kata Keanu tanpa diminta. Sepertinya, cowok itu menyadari kelakuan Khanza. “Dia butuh udara segar katanya. Keberadaan Kenzo sedikit memengaruhi Ven.”

            Keberadaan... Kenzo?

            “Khanza, lo nggak ingat apa yang terjadi sebelum ini?”

            Alis Khanza terangkat satu dan dia menggeleng.

            “Aku cuma ingat kalau aku masuk ke dalam kamar bareng Kenzo—tapi, pintunya tetap aku buka lebar, kok! Terus, kamar aku udah berantakan karena ulah Ven yang senewen aku belum pulang, terus dada kiri aku sakit. Setelahnya, aku nggak ingat apa-apa lagi, Kak.”

            Keanu memerhatikan Khanza dengan seksama. Ketika dia ingin membuka mulut, Keanu menatap Kenzo. Cowok itu terlihat sedikit gelisah dalam tidurnya, bergumam tidak jelas, lalu memutar tubuhnya menghadap ke dinding sehingga cowok itu membelakangi Khanza dan Keanu. Kemudian, Kenzo tenang kembali.

            “Khanza, dia masuk ke dalam tubuh lo.”

            Apa?!

            “Dia mengambil alih tubuh lo untuk beberapa menit lamanya, Za,” kata Keanu lagi dengan nada cemas. Cowok itu menghela napas panjang dan memijat pelipisnya. “Lo bahkan melukai Kenzo. Sebelum dia mengambil alih tubuh lo, lo udah pingsan karena serangan. Jujur sama gue, berapa kali dalam sehari, lo bisa mendapat serangan?”

            Khanza diam. Tidak menyangka kalau musuh terbesarnya itu berhasil masuk ke dalam tubuhnya. Sebelum musuh terbesarnya itu dipenjara oleh orang tua Keanu di gudang tak terpakai yang berada di belakang rumah Keanu lima tahun yang lalu, roh jahat itu tidak pernah berhasil memasuki tubuh Khanza. Roh jahat itu memang selalu berusaha, tapi selalu gagal. Karena itu, orang tua Keanu menyarankan pada Khanza agar sebisa mungkin, cewek itu tidak jatuh pingsan atau semacamnya. Karena Khanza memiliki kekuatan yang bisa menghalau para roh jahat, sehingga dalam keadaan sadar sepenuhnya, para roh jahat tidak bisa merasukinya.

            Berbeda jika Khanza tidak sadarkan diri. Ketika Khanza tidak sadarkan diri, kekuatan yang ada pada tubuhnya melemah, sehingga para roh jahat yang tertarik pada Khanza akan lebih mudah merasuki dan mengambil alih tubuh cewek itu.

            “Khanza?”

            Khanza tersentak dan menatap Keanu. Saudara sepupunya itu menatapnya tegas dan menuntut jawaban. Sambil menarik napas panjang, Khanza berkata, “Bisa dua sampai tiga kali, Kak.”

            Keanu diam. Situasinya lebih rumit daripada yang dia duga.

            “Obat selalu lo minum, kan?”

            Keterdiaman Khanza membuat Keanu berdecak. Cowok itu bersedekap.

            “Khanza, elo—“

            “Kak, aku bosan minum obat. Aku capek. Obat-obat itu nggak membantu kesembuhan aku sama sekali, hanya mengurangi rasa sakit dan mencegah supaya serangan itu nggak terjadi. Jantung aku dari hari ke hari semakin lemah, aku yakin itu. Jadi, nggak akan ada pengaruhnya meskipun aku nggak meminum obat itu.”

            “Tapi, Za—“

            “Hari ini aku pingsan karena aku kelelahan. Karena aku kelelahan, jantung aku berulah. Karena itu aku nggak sadarkan diri. Kak Keanu juga dengar apa kata dokter tadi, kan? Kalau hari ini, jantung aku baik-baik aja. Nggak ada yang perlu dicemaskan. Aku hanya terlalu banyak pikiran dan kecapekan, itu aja.”

            Keanu kembali menarik napas panjang dan menggenggam erat tangan Khanza yang terasa dingin. Cewek di hadapannya ini sudah terlalu lama menderita. Khanza mencoba menangani semuanya sendiri. Khanza merasa tidak ada orang lain yang bisa menolongnya. Cewek itu berpikir, dia hanya sendirian di dunia ini. Keanu tidak menyalahkan Khanza jika cewek itu berpikir demikian.

            Orang mana yang tidak akan berpikir seperti itu, jika dia ditinggalkan oleh keluarganya sendiri hanya karena merasa takut pada kemampuan spesialnya tersebut?

            “Khanza... lo nggak bisa menangani semuanya sendirian. Dulu, ada orang tua gue dan kakek gue yang bisa mengusir semua roh jahat yang tertarik sama lo. Tapi, sekarang mereka udah nggak ada. Segel roh jahat yang sangat menyukai tubuh lo itu terbuka, menyebabkan dia bebas dan berkeliaran. Dia akan mencari kesempatan untuk mengambil alih tubuh lo lagi. Dia bermaksud menguasai tubuh lo dan melempar lo ke dunia lain. Lo tau akan hal itu, kan?”

            Khanza membeku. Dia tahu hal ini sejak dulu, tapi tetap saja sanggup membuatnya merasa takut.

            “Orang tua dan kakek gue nggak pernah kasih tau alasan dibalik rasa tertarik roh jahat ini sama lo sejak dulu, jadi, kita nggak boleh gegabah. Belum lagi penyakit jantung lo yang semakin mengkhawatirkan. Gue mohon, lo mengerti. Gue datang ke Indonesia untuk melindungi lo. Karena orang tua gue dan kakek gue datang ke dalam mimpi gue untuk memberikan tugas itu.”

            Khanza menunduk. Bahu cewek itu mulai bergetar hebat. Keanu yang melihat dan tahu bahwa Khanza mulai menangis, semakin mengeratkan genggaman tangannya pada tangan mungil Khanza.

            “Gue tau lo kuat. Gue tau lo bisa mengusir roh jahat. Tapi, roh jahat musuh terbesar kita ini berbeda, Khanza. Lo nggak bisa ngelawan dia sendirian. Bahkan Kenzo nggak bisa menyadari keberadaannya. Dua kali. Pertama, saat di ruang kesehatan. Gue yakin, lo menyadari keberadaannya. Kedua, saat lo pingsan di kamar ini dan dia mulai masuk ke dalam tubuh lo. Kenzo sama sekali nggak tau kalau roh jahat itu ada di dalam kamar ini. Itu artinya, kekuatan roh jahat ini sangat kuat.”

            Khanza tetap diam dan semakin menangis. Sudah lama dia tidak menangis seperti ini. Dia ingin berteriak, tapi takut menimbulkan kegaduhan. Dia juga tidak ingin membangunkan Kenzo dan mengambil resiko cowok itu melihatnya dalam keadaan menangis memalukan seperti saat ini.

            Atau... ada kekuatan besar yang melindungi Kenzo, yang mencegah cowok itu berinteraksi dengan kekuatan roh jahat yang sama besarnya, sehingga nantinya cowok itu tidak akan terluka? Tapi, bukankah pada akhirnya, Kenzo tetap berhadapan dengan roh jahat itu bahkan berhasil mengusirnya dari tubuh Khanza? Bahkan, cowok itu hanya membentak dan memeluk Khanza, kemudian membisikkan entah apa.

            Keanu melirik punggung Kenzo. Ada yang aneh di sini. Dia harus mencari tahu latar belakang Kenzo. Bahkan, hantu bernama Ven pun terlihat terkejut dengan kekuatan Kenzo dan langsung pergi.

            Siapa sebenarnya Kenzo?

            Yang tidak diketahui Khanza dan Keanu, Kenzo rupanya sudah bangun. Cowok itu menatap datar dinding di hadapannya dan mengepalkan sebelah tangannya sampai buku tangannya memutih.

###

“Hei, hei... Mister Kenzo pernah bilang, kan, kalau dia udah punya pacar?”

            Entah apa kasak-kusuk lainnya yang didengar oleh Khanza dari para teman sekelasnya. Yang jelas, topik pembahasan mereka semua adalah mengenai Kenzo dan pacarnya. Beberapa mengatakan bahwa pagi ini, mereka melihat Kenzo sedang berbicara dengan seorang cewek cantik berambut sebahu. Khanza sebenarnya tidak mau ambil pusing, tapi, entah kenapa dia sangat kesal.

            Kenzo... Kenzo... Kenzo... selalu nama itu yang dia dengar! Menyebalkan!

            Apa benar, lo kesal hanya karena mendengar nama Kenzo di mana pun lo berada?

            DEG!

            Sial! Kenapa suara hatinya justru mengatakan hal tersebut?!

            Lo sebenarnya penasaran, kan? Tentang cewek cantik yang dilihat teman-teman lo sedang berbicara dengan Kenzo tadi pagi...

            Nggak! Itu sama sekali nggak benar! Gue nggak penasaran!

            Lo cemburu, kan? Lo mulai menyukai Kenzo, kan?

            Berhenti! Diam! Semua itu omong kosong! Gue nggak mungkin suka sama Kenzo dan cemburu!

            Lo mulai menyukai Kenzo... lo cemburu karena Kenzo udah punya pacar... lo takut ditinggal sendirian lagi...

            BERHENTI!!!”

            Seketika, suasana menjadi hening. Para siswa dan siswi yang sedang berjalan menuju gerbang sekolah untuk meninggalkan tempat mereka menimba ilmu tersebut, kini mengarahkan pandangan mereka kepada Khanza. Khanza sendiri mengerjap dan berdeham. Mengutuk dirinya dalam hati karena sudah kelepasan menyuarakan pikirannya sendiri.

            “Stop? Why you told me to stop, Khanza? Did i do something?

            Terperanjat, Khanza segera mendongak. Matanya bertemu dengan mata tegas Kenzo. Cowok itu bersedekap dan dari tatapannya, Khanza tahu Kenzo sedang menunggu jawaban. Semalam, ketika Keanu menjelaskan kenapa Kenzo bisa tertidur di sampingnya, bahwa cowok itu terlalu menggunakan kekuatan spesialnya untuk menolong Khanza, cewek itu merasa bersalah. Dia sudah menyeret Kenzo dalam masalahnya sendiri. Lalu, Khanza pergi ke supermarket terdekat bersama dengan Keanu. Begitu kembali ke kamar kost nya, Kenzo sudah tidak ada di sana.

            Dan ini adalah pertemuan pertama Khanza dengan Kenzo hari ini. Sejak pagi, Khanza belum bertemu dengan Kenzo lagi, sampai dia mendengar rumor kalau Kenzo mengobrol bersama pacar cantiknya.

            “Ah... anu, itu....” Khanza menarik napas panjang dan menghitung satu sampai tiga di dalam hati. Lalu, raut wajahnya kembali menjadi seperti biasa. Datar, tanpa ekspresi, membuat Kenzo menaikkan satu alisnya. “Sorry, i just talked to myself.

            Kenzo bergumam. Sejak semalam, dia terus memikirkan pembicaraan Keanu dan Khanza. Tentang rahasia Khanza. Tentang roh jahat yang terobsesi dengan tubuh Khanza. Tentang penyakit jantung Khanza. Tanpa Kenzo sadari, dia terjaga sampai pagi. Ingin sekali rasanya Kenzo menginterogasi Khanza, tapi dia takut dianggap ikut campur urusan orang lain.

            Hanya saja... Kenzo merasa sangat cemas, entah kenapa.

            “Kenzo?”

            Panggilan itu membuat Kenzo dan Khanza menoleh. Seorang cewek berambut sebahu dan terlihat sangat anggun serta cantik muncul di hadapan keduanya. Khanza menatap cewek itu dengan tatapan dinginnya seperti biasa, sementara Kenzo tersenyum lembut.

            “Hai...,” sapa cowok itu ramah dan mengacak rambut cewek cantik tersebut.

            Khanza tidak bisa menggambarkan apa yang sedang dia rasakan saat ini, tapi yang jelas, cewek itu kesal luar biasa. Khanza ingin berteriak, atau kalau boleh memaki Kenzo, tapi cewek itu tidak tahu kenapa dia sangat ingin melakukan hal tersebut. Padahal, Kenzo tidak memiliki salah apapun terhadap Khanza.

            “Khanza, let me introduce you to her,” kata Kenzo yang kini kembali menatap Khanza. “Her name is Nandini. She’s my—

            “I don’t care who she is, mister Kenzo... and i don’t give a damn at all about your relationship with her!” Khanza membungkuk sedikit untuk berpamitan pada Kenzo dan cewek bernama Nandini tersebut. “I have to go, now....

            Khanza pergi begitu saja, meninggalkan Kenzo yang kebingungan dan Nandini yang menahan senyum. Ketika Khanza menghilang dari balik gerbang, Nandini tidak dapat menahan tawanya lagi. Cewek itu sampai membungkuk dan menggeleng.

            “Kenapa lo?” tanya Kenzo tidak paham.

            Nandini mendongak dan kembali tertawa. Tak lama, cewek itu menegakkan punggung dan menarik napas panjang. Dipegangnya kedua pundak Kenzo tegas.

            “Gue akan biarin lo menemukan jawabannya sendiri, karena gue yakin seratus persen, perasaan lo juga sama seperti Khanza.”

            “Hah?”

###

“Tenang... aku akan melindungimu, meski nyawa taruhannya!”

            Pria dengan pakaian serba putih itu memeluk seorang wanita cantik berambut panjang yang sedang menangis . Wanita tersebut juga mengenakan pakaian serba putih dan balas memeluk si pria dengan erat. Suasana di ruangan itu begitu sepi dan tenang, namun mereka sadar bahwa suasana di luar ruangan ini jauh dari kata tersebut.

            Di luar sedang terjadi perang. Perang antar kerajaan, juga perang antar manusia dan para makhluk jahat yang membantu kerajaan musuh.

            Wanita itu kini tersentak dan semakin kuat memeluk si pria. Dari balik pintu, seseorang masuk. Seorang pria berwajah tampan namun memiliki aura yang sangat jahat dan bengis. Bahkan dari tatapan matanya saja, bara kebencian itu sanggup membuat wanita itu mengkeret ketakutan. Namun, pelukan dari pria yang berada di sampingnya itu sanggup meredam semua ketakutannya.

            Dia yakin, dia akan baik-baik saja.

            Dia yakin, pria itu akan melindunginya.

            “Kau! Kau sudah merampas semua milikku! Kau membuatku kehilangan orang-orang yang aku cintai! Aku tidak akan pernah mengampunimu!”

            Teriakan itu disertai angin kuat yang datang entah darimana. Semua barang-barang terbang dan jatuh berhamburan. Wanita cantik tersebut berteriak, tapi tetap tidak melepaskan pelukannya. Beberapa makhluk jahat mulai memasuki ruangan, tapi si pria berpakaian serba putih segera menghalau mereka dengan kekuatan spesialnya.

            Dia bisa menyingkirkan para roh jahat.

            Ketika pria itu sibuk berkonsentrasi menyingkirkan para roh jahat yang membantu kerajaan musuh dan orang di hadapannya tersebut, pria itu melupakan satu fakta. Bahwa wanita cantik yang sangat dicintainya melebihi apapun yang ada di dunia ini berada di dekatnya. Bahwa kini, orang yang berniat membalaskan dendamnya untuk kesalahan ayah dari pria berpakaian serba putih itu sudah mengambil wanitanya...

            Lalu membunuhnya tepat di depan mata...

            Pria berpakaian serba putih itu membelalak. Dia membiarkan saja ketika para roh jahat lainnya mulai berdatangan dan memenuhi ruangan. Tawa keras orang yang sudah membunuh wanitanya itu bahkan tidak dipedulikan olehnya. Kini, pria itu jatuh berlutut. Sebelah tangannya terulur dan gemetar, berusaha meraih tangan wanitanya yang sedang meregang nyawa sambil menangis. Darah terus keluar dari tubuhnya dan juga mulutnya.

            “Aku... mencintaimu... selamanya... semoga, kita... dipertemukan kembali....”

            “TIDAAAAAAK!”

            Dengan satu gerakan cepat, Kenzo mengangkat kepalanya. Napas cowok itu memburu. Jantungnya seakan diremas dengan kuat, hingga kini, cowok itu meremas kemejanya sendiri dengan maksud rasa sakit pada dadanya sedikit berkurang. Apa... mimpi apa itu barusan? Siapa sepasang kekasih di dalam mimpinya? Siapa orang jahat yang membunuh wanita itu dan menghabisi kekasihnya ketika keduanya bertukar sumpah untuk kembali bertemu di kehidupan selanjutnya?

            Kenapa... kenapa dia merasa aneh? Kenapa seolah-olah, dia adalah orang yang dihabisi oleh orang jahat tersebut? Tapi, kenapa dia tidak bisa melihat dengan jelas wajah orang-orang di dalam mimpinya?

            “What’s this? You still here?”

            Suara bernada datar dan cuek itu membuat Kenzo tersentak dan menoleh cepat. Di ambang pintu kelas, Khanza berdiri tegak. Cewek itu sudah mengganti seragam sekolahnya dengan pakaian biasa. Lalu, suara petir terdengar. Kenzo menelan ludah susah payah. Tubuhnya gemetar tanpa disadarinya. Matanya memanas, entah kenapa. Seperti ada rasa sedih dan bahagia yang membuncah, yang tiba-tiba saja membanjiri dadanya.

            Astaga? Ada apa dengannya?!

            “Gue cuma mau ambil buku catatan yang ketinggalan di laci meja. Nggak nyangka kalau lo masih di sini,” kata Khanza seraya melangkah masuk. Jam sekolah sudah selesai, jadi dia memutuskan untuk tidak berpura-pura sopan seperti biasa. “Kenapa lo bukannya pulang dan malah tidur di sini? Satpam udah mau kunci sekolah. Jadi, sebaiknya elo—“

            Belum sempat Khanza menyelesaikan kalimatnya, tubuhnya ditarik paksa oleh Kenzo. Sepersekian detik kemudian, mata Khanza membulat tatkala menyadari bahwa dirinya kini tengah dipeluk erat oleh Kenzo.

            “Hei! Apa-apaan ini?! Kenzo, lepasin gue!” Khanza berusaha melepaskan diri, tapi percuma. Pelukan Kenzo sangat kuat dan sejujurnya, membuat Khanza merasa nyaman dan terlindungi.

            “Akhirnya... akhirnya aku menemukanmu....”

            Kalimat Kenzo membuat Khanza mengerutkan kening. Cewek itu meronta dan mencoba melepaskan diri kembali, namun gagal.

            “Kenzo, maksud lo apa, sih? Ini nggak lucu! Lepasin gu—“

            Lagi-lagi, Khanza belum sempat menyelesaikan kalimatnya, ketika mendadak, tubuh Kenzo meluruh begitu saja. Khanza yang kaget dan panik hanya bisa menjerit sebentar, sebelum kemudian mencoba menahan tubuh atletis Kenzo. Dia membiarkan dirinya meluruh bersama dengan Kenzo yang tiba-tiba jatuh tak sadarkan diri. Susah payah, Khanza meraih ponselnya yang berada di saku celana jeans dan menelepon Keanu.

            Di sudut kelas, menatap Khanza dan Kenzo, sosok transparan Ven terlihat. Ven mengepalkan kedua tangan dan memalingkan wajah. Cowok itu menunduk dan rahangnya mengeras. Air mata mengalir begitu saja dan Ven memutuskan untuk duduk bersandar sambil memeluk kedua lutut.

            “Kenapa... kenapa harus kembali... terulang...?”

            Merasakan sesuatu, Khanza menoleh. Dia menyipitkan mata ketika melihat Ven sedang duduk memeluk lutut sambil menyembunyikan wajahnya.

            “Ven?”

            Ven!

            DEG!

            Apa... apa yang baru saja... suara siapa? Khanza menoleh ke segala arah, tapi tidak menemukan seseorang.

            Ven!

            Ven, temani aku pergi menemui Kenzo, ya?

            Ven! Kenzo melamarku! Dia memintaku untuk menjadi istrinya!

            Ven... kalau sesuatu terjadi padaku, tolong temani Kenzo dan katakan padanya bahwa aku sangat mencintainya...

            Ven! Adikku yang sangat baik hati!

            DEG!

            Kedua tangan Khanza terangkat. Tangannya gemetar hebat dan basah karena tetesan air. Air matanya yang entah sejak kapan mengalir di wajahnya. Dadanya terasa sesak oleh kesedihan, yang Khanza sendiri tidak tahu datang darimana. Lalu... sebuah bayangan wanita cantik berambut panjang dengan hiasan rambut yang sangat indah mampir di benaknya, membuat Khanza terperanjat. Cewek itu kini menunduk, menutup wajahnya dengan sebelah tangan.

            Siapa...?

###

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status