Share

BAB 2

Kyara sudah mulai bisa menguasai dirinya. Ia harus bisa membalaskan dendam gadis ini, bisa-bisanya ia adalah seorang CEO ternama bisa ditindas. Namun, kali ini tidak lagi, dia sudah berpindah jadi dia harus merubah segalannya. Jika, bukan karena adik dan kekasih bajingannya itu, dia tidak akan mati seperti ini.

Hal ini membuat Kyara rasa-rasanya ingin mencekik seseorang tanpa ia sadari ia mengeluarkan aura membunuh yang begitu kental. Jangan salah, selain seorang CEO dia juga seorang tentara bayaran, berterima kasihlah dengan almarhum kakek Kyara yang menerjunkannya di dunia gelap hingga banyak yang menakutinya sehingga ia tak mudah untuk digertak.

Sedangkan, pelayan itu sudah pingsan karena tidak kuat menahan aura itimidasi dengan niat membunuh yang begitu kental. Melihat pelayan telah pingsan, Kyara menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, karena dia kelepasan dan tidak menyadari keberadaan pelayan itu.

“Pelayan!” panggil Kyara kepada seorang pelayan.

“Ada apa Nona?” tanya seorang pelayan muda seraya menunduk jejak ejekan tidak tersembunyi di balik suarannya.

‘Hanya pelayan rendahan dan dia berani berucap seperti itu! Untung aku masih lemah dan tidak ingin mengambil perkara berkara dengannya,’ ucap Kyara dalam hati. Ia menatap pelayan itu dingin.

“Angkat pelayan ini, dia pingsan!” pinta Kyara setelah beberapa saat bungkam.

“Kenapa tidak Nona saja yang mengangkatnya,” balas pelayan itu lancang sembari menatap Kyara tanpa rasa takut. Seketika nyalinya ciut melihat tatapan dingin Kyara yang seakan-akan sedang mengikutinya hidup.

“Kualivikasi apa yang Anda miliki, begitu lancang menentang perintah dari majikanmu. Dirmu hanyalah seorang pelayan rendahan apa yang patut Anda banggakan dari itu!” papar Kyara dingin menjelaskan status pelayan dengan dirinya yang seperti langit dan bumi, ia mulai mendekati pelayan itu selangkah demi selangkah.

Pelayan itu mengigil mendengar ucapan Kyara yang benar adanya. Dia pun kaget kenapa Kyara tiba-tiba berubah dengan cepat.

‘Dia hanya Nona muda yang terbuang tidak ada yang bisa menghukumku,’ batin pelayan itu sehingga ketakutan yang sempat menderah hilang tanpa jejak.

“Kamu hanya Nona yang terbuang, Tuan besar saja tidak mempedulikanmu, kenapa aku harus takut,” ucap pelayan itu berani. Namun, tanpa ia sadari ia melangkah mundur selangkah demi selangkah.

Sampai …!

Plak!

Tamparan keras mendarat di pipi pelayan itu sehingga membuatnya harus menoleh ke samping saking kerasnya tamparan yang Kyara layangkan.

“Kamu ... kamu ....” Pelayan itu tidak melanjutkan ucapannya dia memegangi pipinya yang merah akibat tamparan Kyara.

“Pelayan rendahan sepertimu tidak pantas untuk diberikan rasa simpati. Jadi, Anda ingin membereskan ini atau ....” Kyara menjeda ucapannya sembari menatap pelayan itu dengan niat membunuh.

Pelayan itu menatap kesal Kyara dengan amarah yang tak bisa dia lampiaskan akhirnya melakukan perintah Kyara. Setelah itu, Kyara meninggalkan tempat tersebut tanpa menatap keberadaan pelayan itu lagi.

Kyara mulai menelusuri rumah besar itu lebih tepatnya bisa disebut mension ketimbang rumah. Kyara memegang keningnya yang berdarah, ia hanya berdesir dingin. Luka itu ia dapatkan dari saudara tirinya. Oh tidak, mereka tidak ada hubungan darah dengannya, mereka hanya orang luar yang merebut kebahagian Kyara.

“Sepertinya aku harus mengobati luka dan lebam ini,” guman Kyara dan mulai melangkah menuju kamarnya yang berada di lantai dua.

Di tengah perjalanan Kyara menuju lantai dua, ia berpapasan dengan seorang gadis yang lebih mudah darinya. Seketika tatapan Kyara berubah dingin ia ingat dari ingatan pemilik sebelumnya gadis di depanya itu sering sekali menggertaknya.

“Ha? K-kamu masih hidup?” tanya gadis itu terbata seakan tidak percaya dengan penglihatannya.

Kyara tersenyum miring sebelum menjawab. “Apakah Adik perempuan mendoakan Nona sah rumah ini untuk segera menemui ajalnya? Ataukah ada sesuatu yang Adik perempuan lakukan?”

“Ka-kamu … kamu dasar menjijikkan, kamu tidak punya hak untuk menggertakku, dasar sampah busuk!” teriak gadis bernama Alexina Aprili Ambar.

Kyara memiringkan kepalanya seakan tidak mengerti dengan perkataan Alexina, jejak mengejek tercetak jelas di matanya. Alexina sempat terkejut dengan sikap yang ditunjukkan oleh Kyara. Biasanya gadis itu hanya akan menunduk dan tidak dapat melawanya. Namun, kali ini seakan permainan ada di gengaman gadis itu.

“Aku punya! Kamu tentu tahu statusku adalah Nona muda sah di kelurga Wijaya. Jadi, aku punya hak mengertakkmu, bahkan ....” Kyara mengantung ucapannya sembari menarik pelan rambut panjang Alexina. “Bahkan jika aku membunuhmu, itu sangat mudah,” lanjut Kyara dengan suara rendah. Namun, niat membunuh jelas di dalam nada suaranya.

“Kakak perempuan, a-aku hanya ingin mengetahui keadaanmu seperti apa,” lirih Alexina dengan berderai air mata seakan dia sedang diganggu.

Kyara sempat mengeryit, kerutan sedikit tercetak di wajahnya. Sebelum dia tersenyum mengejek.

‘Dasar lotus putih,’ cibir Kyara dalam hati, senyum mengejek mulai terbit di bibir pinknya.

“Ada apa ini,” sela sebuah suarah.

‘Kita tunggu drama apa lagi yang ingin dia lakukan.’ Kyara berucap dalam hati sembari menatap remeh Alexina.

Alexina makin berderai air mata. Namun, jika kalian teliti jejak mengejek tercetak di matanya yang pastinya ditujukan untuk Kyara.

“Xina, kamu kenapa, Sayang?” tanya seorang laki-laki paruh baya. Bram nama pria paruh baya itu yang memiliki wajah mirip dengan Kyara. Dia menghampiri putri tirinya yang sedang dianiayah.

“Ayah, Ky-kyara membentakku, padahal aku hanya bertanya bagaimana keadaanya,” jawab Alexina berderai air mata. Matanya memerah jejak keluhan jelas terpacar di raut wajahnya.

“Apa?! Anak sialan kenapa kamu membentak adikmu, ha?!” geram tuan Bram suarahnya naik satu oktaf.

Alexina menyeringai kemenangan, lamat-lamat dia melihat Kyara merasa bahwa Kyara akan takut dan menangis minta maaf padanya. Namun, tidak ada rasa takut di mata Kyara yang ada hanya tatapan dingin menusuk tulang, hingga tuan Bram sendiri heran melihat perubahan putrinya itu. Namun, ia buru-buru menetralkan ekspresinya.

“A-Ayah, Kak Ara tidak salah apa-apa jangan menghukumnya, Xina yang salah.” Alexina bertindak sebagai adik yang mulia.

“Kamu terlalu baik, Sayang. Anak sialan ini harus diberi pelajaran,” ujar tuan Bram seraya menatap tajam Kyara.

‘Orang tua macam apa ini? Gadis ini saja yang terluka tidak dia pikirkan, malang sekali nasibmu Kyara, tapi tenang saja aku akan membalas mereka untukmu.’ Kyara berucap dalam hati tidak habis pikir dengan sikap yang ditunjukkan oleh ayah Kyara. Dia menatap penuh benci ke arah ayahnya sebelum mengubah kembali ekspresinya.

“Aku ... aku tidak membentaknya,” jawab Kyara polos kelopak matanya t’lah digenangi air mata yang akan tumpah kapan saja. Jika, Alexina bisa berakting kenapa dia tidak berakting juga? Lebih baik menamparnya dengan permainan emosi daripada memakai kekerasan.

Tatapannya telah berubah dari dingin menjadi tatapan teraniayah. Hingga siapa saja yang melihatnya pasti akan langsung menculiknya. Karena, saking mengemaskannya sikap Kyara.

“Hm, kamu jangan bohong!” bentak tuan Bram.

“Kalau Ayah tidak percaya, Ayah bisa tanya sama Alexina sendiri,” papar Kyara dengan mata yang jernih dan berair tidak ada kebohongan di mata jernih itu.

Alexina yang namanya disebut gelagapan. Dia sampai melongo melihat perubahan sikap Kyara yang wajib diacungkan jempol. Jadi, siapa yang dianiayah di sini.

‘Dasar sialan. Sampah busuk,’ batin Alexina tidak suka.

“Kenapa kamu tanya aku? Jelas-jelas kamu yang membentakku,” jawab Alexina dengan suara naik satu oktaf karena tidak tahan menahan amarah dan rasa jijiknya hingga Bram ikut terlonjat kaget di sampingnya.

“E-eh maaf Ayah, aku tidak bermaksud, aku hanya ingin membentak jalang kecil ini,” sambar Alexina cepat merasa bersalah telah membentak ayahnya secara tidak sengaja. Dia sudah melupakan. Jika saat ini, dia berperan sebagai putri teraniayah. Sungguh, Kyara memang hebat memutar keadaan.

“Ayah, dengar ‘kan, Xina yang bentak Ara? Jadi, Ara enggak bentak Xina,” tutur Kyara dengan mata berkaca-kaca. Bram saja sudah tak tahan ingin mencubit pipi Kyara yang tembem.

“Ehem ...!” Bram berdehem untuk mentralkan suasan hatinya.

“Sudah, Ayah akan pergi dulu, kalian selesaikan urusan kalian,” ujar tuan Bram tenang tanpa menatap Kyara takut dia akan kelepasan. Setelah kepergian Bram, Alexina menatap nyalang Kyara yang hanya memasang ekspresi acuh tak acuhnya.

“Dasar jalang sialan akan aku adukan kamu sama Mama dan Kak Alexa,” geram Alexina sebelum berlalu.

Kyara hanya tersenyum miring dan berucap, “Aku tunggu, sekalian bawa keluarga tak bergunamu tidak takut,” ucap Kyara dingin dan kembali melangkah menuju kamarnya.

...

Kyara sudah berada di kamar dan luka-lukanya telah diperban oleh pelayan.

“Oh, dia beneran datang ya? Eum, menarik yosh kita hadapi mereka,” gumam Kyara bersorak senang.

Tak lama kemudian pintu kamar Kyara dibuka dengan kasar. Muncullah Alexa, Alexina dan juga seorang wanita paruh baya, mungkin dia ibunya.

Kyara hanya menatap mereka datar seakan kedatangan mereka adalah hal yang sangat menjijikkan.

“Ma, jalang kecil ini yang telah membuatku dimarahai oleh Ayah. " Alexina mengaduh kepada Dira dengan manja tak lupa tatapan menjijikkannya ia lontarkan kepada Kyara.

Wanita paruh bayah itu langsung maju dan mencengkram tengkuk Kyara tidak ada rasa takut sedikitpun di mata jernih Kyara, dia hanya menatap datar ibu tirinya.

Plak!

Kyara malah langsung menampar wajah ibu tirinya itu yang membuat Alexa dan Alexina membeku. Begitu terkejut dengan apa yang baru saja terjadi kepada ibunya. 

“Ahkh! Beraninya ka—” Perkataan Dira terhenti karena disela oleh Kyara.

“Kenapa aku harus tidak berani dengan orang sepertimu. Anda di sini hanya Ibu tiri saya dan Anda tidak punya hak untuk menggertak, ingat itu baik-baik di otak kecil Anda!” tekan Kyara pada ibu tirinya. “Aku Putri sah di rumah ini dan kalian hanya penghancur kebahagiaanku, jadi berhentilah sok berani di depanku!” lanjut Kyara datar. Dia benar-benar muak dengan keluarga ini terutama ketiga manusia laknat di depannya itu.

“Ma-ma sebaiknya kita pergi dulu, pipimu memerah,” usul Alexa dengan suara terbata. Sebenarnya dia takut akan tatapan Kyara jadi hanya alibinya saja dia mengajak sang ibu ‘tuk pergi.

“Ck, ini belum seberapa tunggu saja pembalasanku, aku akan balas semua rasa sakit yang pernah kalian torehkan pada diri Kyara baik secara fisik maupun batin. Camkan itu.” Kyara berucap sinis menatap kepergian para tikus keparat itu.

Aerina Ay

Jan lupa tap bintang ya. Biar ceritanya bisa dikenal ma orang. ⭐ makasih😊

| 4

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status