Share

BAB 7

Helaian rambut seorang dara jelita dipermainkan oleh angin, seakan tak bosan mempermainkan rambut sang dara jelita yang menatap lurus ke kolam buatan di depannya. Gadis itu adalah Kyara.

Hari ini, dia akan menemui sang tunangan. Menurut paman tunangannya mereka akan bertemu di taman ini tempatnya berada sekarang seraya menikmati suasan taman yang damai.

“Jangan ambil layangan Al.” Suara yang penuh keluhan itu menyapa pendengaran Kyara, membuatnya seketika mengalihkan pandangan dari kolam buatan itu menuju sumber suara. Kyara mencari asal suara itu sampai netranya menangkap sosok pria berumur sekitar 25 tahun yang sedang diganggu oleh dua pria.

“Oh, bukanya mereka adalah saudara Damien?” tebak Kyara dengan dahi yang sedikit mengernyit. Kyara beranjak ke tempat mereka, dan berdiri di hadapan pria yang sedang diganggu. Kerutan terlihat di dahi Kyara ketika ia melihat ketiga orang tersebut sebelum Kyara mengalihkan pandangannya ke arah pria yang sedang diganggu tersebut. Ia sedikit bingung kenapa biar dewasa sepertinya begitu mudah diganggu? Apakah ia tak mempunyai keberanian untuk melawan?

Kyara seketika tertegun melihat mata yang jernih, dan berair itu seakan tidak ada kebohongan di dalamnya. Mata hitam pekat yang mampu menarik seseorang ke dalamnya. Kyara tak dapat membantah pikirannya bahwa pria dewasa di depannya ini begitu tampan, tapi Kyara sadar pria ini mempunyai kelainan.

“Ehem, kenapa kalian mengganggunya?” Kyara beralih menatap kedua pria di depannya yang ia yakini adalah saudara Damien. Kyara sungguh tak pernah berpikir akan bertemu dengannya.

“Lalu kenapa kalau kami menganggunya? Apakah kau ingin melawan untuknya?” Mereka masih belum menyadari bahwa yang berdiri di depan mereka adalah Kyara mantan tunangan sang Kakak.

Kyara menatap keduanya dengan pandangan dingin. Ia tidak terpengaruh dengan ucapan dari mereka. Kyara malah menatap mereka, seakan mereka adalah orang bodoh yang sedang melakukan pidato.

“Haha, mau jadi pahlawan kesiangan, ya? Lebih kau menemani kami tidak usah membantu pria idiot ini.”

Kyara makin menatap mereka dingin. Apakah mereka pikir dirinya akan dengan mudah digertak dan remehkan. Dia bukan lagi Kyara yang dulu, begitu mudah untuk diprovokasi.

“Menjijikkan!” Kyara langsung menendang tulang kering pria yang melecehkannya secara tidak langsung itu. Ia menatap penuh benci ke arah keduanya saat mengadu kesakitan.

“Awhh, dasar wanita jalang!” Pria itu memegang tulang keringnya yang baru saja mendapatkan tendangan dari Kyara.

“Kau tidak apa-apa, Kak?” Adiknya bertanya prihatin. Ia saja ngilu ketika melihat sang kakak ditendang di bagian yang paling menyakitkan.

“Kau bersyukur, bahwa aku tidak menendang masa depanmu. Jika, kau tak ingin mendapatkan hal lebih dari ini sebaiknya kalian pergi!”

Kedua pria itu menatap Kyara penuh benci. Karena rasa sakit yang begitu nyata pada tulang keringnya ia mengajak sang adik untuk pergi dari hadapan Kyara dan Al.

“Gadis kecil lebih baik kita pergi,” ajak pria yang bertingkah seperti bocah. Pria itu adalah Alviano Arga Dinata yang tak lain adalah tunangan Kyara. Dirinya tak habis pikir bisa bertunangan dengan pria ini. Meskipun, sikapnya yang kekanak-kanakan, tapi mampu membuat perasaan Kyara sedikit tenang ketika mendengar suaranya yang jernih dan tenang.

“Baiklah apakah kamu tak apa?”

Kyara bertanya untuk memastikan keadaan dari pria itu. Mata pria itu ditutupi lapisan embun bening, ketika ia berdiri dan diam tak bergerak dirinya bagaikan patung kaca yang sangat rapuh, dan harus dilindungi.

“A-akh, aku tidak apa,” jawab Al polos. Suaranya sedikit bergetar ketika menjawab, seperti ada ketakutan yang nyata tersembunyi di balik mata indah itu.

Kyara mengangguk puas. Ia langsung mengenali tunangannya saat pria imut itu mengaduh kesulitan dan menyebut namanya. Kyara tahu, bahwa Al adalah pria idioi, siapa lagi pria idiot yang tiba-tiba muncul di taman bermain layangan tanpa pengawasan jika bukan tunangannya. Mereka telah membuat janji, dan kedua saudara Damien tadilah yang mengantarkan Al ke taman ini. Namun, mereka masih saja menganggu pria yang tak tahu apa-apa ini.

“Sebaiknya kita ke tempat aku duduk, di sana sangat pas untuk bermain. Apakah kau mau ikut denganku pria manis?”

Kyara bertanya lembut sembari mengusap kepala Al. Ia tak begitu sungkan karena mereka sebentar lagi akan menikah, dan Al adalah pria yang memiliki sikap kekanak-kanakan, pria ini perlu ia lindungi dan perhatikan.

“Nama kamu siapa?” tanya Kyara seraya berjalan menuju bangku taman. Berpura-pura tidak mengenalnya.

Ketika mereka berjalan Al sudah meraih tangan Kyara untuk di genggam, dan tidak langsung untuk menjawab. Kyara yang merasakan tangannya di genggam hanya tersenyum lembut ke arah pria manis itu. Ia tak keberatan, melihat dari tatapan penuh permohonan dari pria yang nantinya akan menjadi bagian dari hidupnya.

“Gadis kecil tentu sudah tahu namaku ‘kan dari Paman William?”

Al tidak menjawab pertanyaan yang Kyara lontarkan, tapi kembali melontarkan pertanyaan yang membuat Kyara mengerutkan keningnya. Ia menatap pria di sampingnya itu sejenak, tapi ia tak mengeluarkan suara.

“Kamu tak perlu memanggilku gadis kecil, aku punya nama.”

Kyara kembali menatap Al yang juga menatapnya dengan pandangan polos. Pria di sampingnya mengenakan t-shirt berwarna putih di padukan dengan celana pendek yang berwarna putih pula. Ia tahu pakaian yang Al kenakan adalah barang bermerek. Kyara tak tahu, apakah pria ini sehari-hari memakai celana pendek? Urat-urat nadi jelas terlihat di kaki jenjang Al saking putihnya yang membuat Kyara sedikit kurang nyaman melihat hal itu.

Meskipun Al hanya memakai t-shirt dan celana pendek, tapi di tubuhnya begitu terlihat sangat pas. Al bagaikan model papan atas yang sedang duduk di taman bersama gadis kecil.

“Nama gadis kecil siapa?”

Suara Al yang merdu kembali terdengar yang membuat Kyara tersadar dari lamunannya. Pria ini sangatlah murni, dari perkataannya saja begitu tulus dan baik hati. Kenapa Tuhan begitu tidak adil kepada pria sempurna sepertinya. Kyara menghela napas lelah.

Kyara memberikan senyuman manis kemudian menatap Al yang juga menatapnya polos. Kyara mengigit bagian dalamnya. Ia tak tahan ketika melihat pria di depannya begitu alami, apakah dia menjadi tidak waras karena pria ini?

“Kamu tidak perlu memasang wajah seperti itu, apakah kau tak takut untuk aku cubit?”

Kyara akhirnya mengucapkan hal tersebut. Ia sangat gemas dengan pria ini. Al begitu polos dan mengemaskan yang membuatnya sekuat tenaga menahan rasa gemas itu.

“Cubit saja Al tidak akan nangis.”

Pria itu mengatakannya dengan penuh keyakinan sembari tersenyum polos. Kyara balas tersenyum, karena telah mendapatkan apa yang ia ingin dengar.

“Kamu sudah menyebutkan nama kamu, aku Kyara,” ujar Kyara penuh kemenangan. Karena, dapat mendengar nama Al dari bibirnya langsung. Al hanya menatap Kyara polos seakan dia tidak tahu apa pun begitu murni dan tak tersentuh oleh tangan jahat seakan jika disentuh akan rapuh dan menghilang dalam sekejap mata. Kyara tahu penyebab Al seperti ini karena kematian orang tuanya yang dibunuh tepat di depan matanya. Untung saja waktu insiden yang sangat di sayangkan itu Al selamat, tapi dirinya harus mengalami kelainan akibat dari insiden itu mempengaruhi otak Al yang membuatnya tak dapat berpikir seperti pria dewasa seusianya. Hal ini membuat semua keluarga menjauhinnya.

Kyara sangat menyayangkan hal itu. Rumor yang ia dengar bahwa kejadian 15 tahun silam ada campur tangan dari keluarga Al sendiri. Di mana, mereka semua ingin merebut kekuasaan di tangan orang tua Al. Mereka merasa iri sehingga membuat semuanya terjadi, tapi tak ada yang dapat membongkar kasus 15 tahun silam itu sampai sekarang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status