Di sebuah rumah mewah terdengar berbagai teriakan dan makian bahkan suara pukulan pun terdengar. Terlihat banyak pelayan yang berlalu lalang. Namun, mereka seakan menulikan telinga. Mereka tidak dapat melakukan apa-apa karena status mereka hanya sebagai pelayan.
Pintu bercat putih itu seakan menjadi saksi bisu penyiksaan tersebut. “Dasar sampah, seharunya kamu tidak di rumah ini,” cercah seorang gadis kepada gadis yang tertunduk lesuh di lantai yang dingin.
Penampilan gadis itu buruk rupa, bukan tanpa sebab itu hanyalah make-up yang ia gunakan untuk menutupi kecantikannya, dia hanya menunduk menahan sakit di sekujur tubuhnya. Gadis itu adalah nona muda dari keluarga Wijaya serta anak sah pasangan Bram Wijaya dan Kenita Angela.
“Haha, percuma Kak, jalang ini tuh gak denger,” cibir gadis yang satu lagi dengan seringaian sembari menatap jijik sang gadis yang terduduk.
“Apa salah, Kyara?” tanya gadis itu lemah, gadis itu bernama bernama Kyara Angela Wijaya.
“Ha? Kamu tanya, salah kamu apa? Salah kamu tuh karena terlahir di keluarga yang serbah mewah, tapi miris kamu gak dianggap,” jawab gadis itu penuh cemoohan dan sarkasme.
“Ta-tapi, kalian sudah ambil semua dari Kyara kenapa kalian masih menggangguku,” balas Kyara dengan suara yang dipaksakan sehingga terdengar bergetar seakan akan menahan tangis.
Plak!
Satu tamparan keras kembali mendarat di pipi gadis yang bernama Kyara Angela Wijaya itu. Cap tangan tercetak jelas di pipinya, saking kerasnya hingga pipi gadis lemah itu membengkak.
“Berani ya kamu membentakku,” marah gadis itu yang menampar Kyara—Alexa Aprilia Ambar saudari tiri Kyara. Alexa mencengkram rahang Kyara yang membuatnya mengaduh kesakitan.
“Ark, sa–sakit.” Kyara berujar lirih.
Gadis itu hanya dapat menangis meratapi nasibnya yang tidak beruntung. Dia berharap ada seseorang yang menggantikannya dan membalaskan semua ketidak adilan ini.
Semuanya dimulai ketika Kyara beranjak usia 15 tahun. Sang Ibu pergi meninggalkannya dan Ayahnya menikah lagi. Awalnya, baik-baik saja Ibu dan kedua saudari tirinya baik, tetapi lama kelamaan sifat asli mereka nampak. Mereka sering mengurung Kyara tidak memberinya makanan sampai berhari-hari, pelayan ingin membantu. Namun, apalah daya mereka hanya pelayan rendahan. Bram, selaku Ayah Kyara juga membencinya karena menganggap Kyara sebagai aib entah apa sebabnya.
Ibu dan saudara tiri Kyara kian menyiksanya. Mereka memperlakukan Kyara seperti Kyara bukan bagian dari keluarga tersebut. Damien, tunangan Kyara pun diambil oleh Alexa dengan menjelek-jelekkan Kyara di depan keluarga tunangan Kyara. Damien Astrofin tunangan Kyara juga membencinya sampai mati. Damien lebih mencintai Alexa–kakak tiri Kyara ketimbang mencintai Kyara.
“Dirimu tak pantas untuk hidup di dunia ini,” tutur Alexa dan langsung membenturkan kepala Kyara ke tembok hingga mengeluarkan banyak darah. Sebelum Kyara menghembuskan napas terakhir. Kyara sempat bersumpah kalau dia akan membalas semua rasa sakit yang ia terima. Tidak ada rasa iba yang dirasakan kakak beradik itu Alexa dan Alexina. Mereka hanya melayangkan tatapan jijik pada jasad Kyara yang berlumuran darah.
“Sebaiknya kita meninggalkan gudang ini,” ajak Alexina membuka suara setelah diam cukup lama memperhatikan sang kakak mengakhiri hidup dari Kyara.
“Baiklah. Ayo kita bergegas sebelum pelayan melihat keberadaan kita di sini,” balas Alexa sembari tersenyum licik.
“Apakah hal ini tidak akan mempengaruhi kita?” Alexina tiba-tiba berhenti membuka knop pintu. Hensel Pintu yang sudah ingin ia putar Alexina lepas kembali dan berbalik menatap sang kakak dengan pandangan sedikit takut.
“Apa yang coba ingin kau katakan, bicaralah dengan jelas?!” pintanya dengan nada bingung.
“Jika dia ditemukan dalam gudang ini dengan kondisi yang tak bernyawa. Apakah kita akan mendapatkan masalah?” Alexina bertanya dengan penuh perhatian. Karena dia tak ingin hal ini menjeratnya ke dalam kasus hukum.
“Itu tidak akan terjadi. Setelah dia tiada kasus ini akan segera dilupakan,” jelas Alexa panjang lebar. Hal itu mampu membuat adiknya merasa tenang.
“Oh, iya Kakak bener, aku juga udah muak sama dia, udah bodoh, gak guna, sampah lagi,” tutur Alexina menghujami Kyara dengan kata-kata yang merendahkan. Ketakutan yang tadi datang seakan hirap dari raut wajahnya.
Mereka memang cantik, tapi sayang kecantikan mereka dihancurkan oleh sikap buruk mereka yang sombong dan juga suka menindas yang lemah. Namun, nantinya merekalah yang akan menerima semua akibat dari apa yang mereka perbuat terhadap Kyara.
“Kamu benar, buktinya Damien aku rebut, dia tidak bisa melakukan apa-apa, dan Damien juga tidak menyukainya. Namun, dia tetap mau melanjutkan pertunangan itu dasar jalang kecil,” cibir Alexa jijik. Seakan tanpa menghina gadis itu hidupnya tidak lengkap.
Tanpa mereka sadari dada Kyara mulai naik turun seakan bernapas dengan normal yang tidak disadari oleh keduanya.
“Lebih baik kita berhenti untuk membahasnya, karena semakin kita membahasnya aku semakin muak,” ucap Alexina sembari menunjuk Kyara yang terbaring tanpa daya di lantai gudang.
“Ayo, kita pergi,” balas Alexa bersemangat.
Setelahnya kedua saudara jahanam itu berlalu pergi. Meninggalkan tubuh lemah Kyara yang perlahan-lahan telah muncul rona kehidupan di raut wajahnya.
“Uhkk, ada apa ini? Kenapa tubuhnya rasanya sangat sakit. Tunggu, bukannya aku telah meninggal, lalu kenapa aku bisa merasakan rasa sakit ini?” pertanyaan itu lolos begitu saja dari bibirnya saat merasakan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Perlahan ia bangkit dan duduk di lantai yang dingin kemudian ia memindai tiap sudut ruangan yang sudah ditutupi oleh debu.
“Akh!” Gadis itu tiba-tiba merintih kesakitan sembari memegang kepalanya yang masih mengeluarkan darah segar.
“Ini bukan aku?” tanya gadis itu penuh keterkejutan. Bagaimana tidak, tangan mungil, tubuh pendek, bagaimana Kyara tidak kaget ini bukan dirinya.
Belum berakhir keterkejutannya, ingatan yang bukan miliknya masuk ke dalam pikiran bagai film bioskop yang diputar acak di kepala cantiknya.
Kyara atau mungkin dapat dikatakan sosok baru yang mendiami raga gadis mungil itu menggigit bibir bawahnya untuk menahan rasa sakit. Setelah beberapa saat sakitnya berangsur menghilang tanpa jejak. Bagaikan dihantam oleh benda keras, Kyara berusaha meredam jeritannnya.
Mata gadis itu mengkilat tajam dia berpindah di tubuh seorang nona muda yang dikucilkan. Ck, yang benar saja dia yang notabenenya seorang pengusaha sukses diperlakukan seperti ini. Akan tetapi, dia harus bersyukur karena Tuhan masih memberinya kesempatan dan mendiami raga nona muda yang dicap sebagai sampah masyarakat.
Tenanglah Kyara aku akan membalas semua rasa sakit yang pernah kau alami. Penindasan dan penghinaan yang mereka lakukan akan mereka bayar cepat atau lambat. Aku sudah menempati tubuhmu itu berarti aku yang akan membalaskan semuanya. Rasa sakit ini semuanya akan dibayar lunas.
Pintu bercat putih itu tiba-tiba dibuka dan muncullah seorang pelayan dengan raut wajah khawatir dia sangat khawatir dengan nona mudahnya. Karena mereka semua tahu jika gadis malang ini sangat dibenci.
“Nona Kyara, apa Anda tidak apa-apa?”
“Hm!” dehem Kyara menjawab.
Dia berpindah di tubuh seorang gadis yang sangat mirip dengannya, tapi ini versi mudah darinya dengan nama depan yang sama hanya nama belakang mereka yang berbeda. Tubuh gadis ini lemah dan kekurangan gizi. Kyara tahu itu, lihat saja tubuhnya yang begitu kurus sekali pandang orang juga akan menyimpulkan hal yang sama.
“Eh!” pekik pelayan itu kaget dengan pandangan yang yang sulit untuk ditebak. Karena nona mudanya itu sangat berbeda dari biasanya tatapannya sangat dingin. Bahkan pelayan itu menggigil akibat tatapan yang nona mudanya layangkan. Rasanya dia ingin pergi dari gudang itu. Namun, kakinya terasa seperti sudah dilem tak sanggup ia gerakkan. Ia hanya mampu berdiri kaku di depan pintu gudang menyaksikan sang nona muda mulai beranjak dari tempatnya duduk dengan lumuran darah di dahinya yang belum juga mengering. Sehingga tampilannya terlihat sangat mengerikan beberapa lebam terlihat di beberapa bagian tubuhnya yang menandakan bahwa sang nona muda baru saja disiksa oleh saudara tirinya.
Kyara yang melihat pelayan itu diam terpaku di depan pintu gudang memutar bola mata jengah. Ia berpikir, pasti ia terkejut karena dirinya masih hidup.
“Apa kau baru melihat manusia?” tanya Kyara malas, tatapannya kembali normal seakan tatapan dingin dengan jejak niat membunuh itu tidak pernah ada.
“Ma-maaf Nona. Pelayan ini tidak berani,” ujar pelayan itu takut-takut dan cepat menunduk ke bawah. Ia begitu mengigil dengan tatapan Kyara yang begitu berbeda dengan biasanya. Seakan aura kebijaksanaan menguar dari tatapan itu yang membuatnya harus menunduk dalam.
“Ayo keluar,” ajak Kyara pelan. Kyara seperti seorang dewi ketika keluar dari gudang itu bercak dara masih tertinggal di keningnya yang membuat ia tampak mengerikan sekaligus anggun secara bersamaan yang membuat pelayan itu tertegun melihatnya beberapa saat.
Pelayan itu hanya menunduk dan mengikuti nonanya untuk keluar.
‘Sepertinya Nona Kyara telah berubah, terima kasih ya Tuhan,’ batin pelayan itu penuh syukur.
Dia begitu bersyukur karena Kyara telah berubah tak lagi seperti yang dulu. Ia merasakan perubahan itu dari tatapan sang nona muda yang lebih tenang dari biasanya. Jadi, dia berdoa kepada Tuhan agar nonanya tak pernah ditindas lagi.
Hei, aku new writers 😁. Jan lupa tap bintang ya makasi. 🥰🙏
Kyara sudah mulai bisa menguasai dirinya. Ia harus bisa membalaskan dendam gadis ini, bisa-bisanya ia adalah seorang CEO ternama bisa ditindas. Namun, kali ini tidak lagi, dia sudah berpindah jadi dia harus merubah segalannya. Jika, bukan karena adik dan kekasih bajingannya itu, dia tidak akan mati seperti ini. Hal ini membuat Kyara rasa-rasanya ingin mencekik seseorang tanpa ia sadari ia mengeluarkan aura membunuh yang begitu kental. Jangan salah, selain seorang CEO dia juga seorang tentara bayaran, berterima kasihlah dengan almarhum kakek Kyara yang menerjunkannya di dunia gelap hingga banyak yang menakutinya sehingga ia tak mudah untuk digertak. Sedangkan, pelayan itu sudah pingsan karena tidak kuat menahan aura itimidasi dengan niat membunuh yang begitu kental. Melihat pelayan telah pingsan, Kyara menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, karena dia kelepasan dan tidak menyadari keberadaan pelayan itu. “Pelayan!” panggil Kyara kepada seorang p
Seorang gadis terlihat berdiri di depan cermin, gadis itu memperhatikan penampilannya. Ia memakai dress malam berwarna hitam yang terbuat dari kain brokat. Gadis itu tak lain adalah Kyara Angela Wijaya. Ia memperhatikan penampilannya dengan saksama apakah ada yang kurang atau tidak. “Untung saja gadis ini menyembunyikan satu dress cantik. Pasti ini dress pemberian Ibunya.” Kyara berguman sembari mengangguk bahwa penampilannya malam ini perfect. Kyara tak menyangka ternyata gadis ini sangat cantik, tapi hanya tak tahu mengurus diri, ditambah foundation berwarna pekat yang selalu dipakaikan ke wajahnya yang membuat ia tampak menyeramkan. Namun, semua itu Kyara telah lepas, gadis ini lebih cantik daripada kedua saudari tirinya yang sering menindas Kyara hingga ia meregang nyawa. Ingat film Nakusha? Kurang lebih seperti itu penampilan Kyara sebelumnya. “Ck, akan kubalas semua rasa sakit yang pernah kalian torehkan pada pemilik tubuh ini.” Kyara berucap penuh teka
“Duduklah dulu, Nona,” pinta tuan Wiliam ramah. Namun, di balik keramahannya ada sesuatu yang tersimpan. Kyara ahirnya duduk di hadapan mereka. Tatapan benci senantiasa mereka layangkan untuk Kyara. Namun, Kyara mengacuhkan semua itu. “Jadi, Tuan Wiliam kenapa Anda menahan saya?” tanya Kyara langsung pada intinya. Bram memperhatikan Kyara yang telah berubah, ia berpikir, apa dia terlalu menyakiti putri kecilnya itu sehingga dia sudah berubah, dia bukan lagi Kyara yang bodoh dan pengecut dan mudah ditindas dengan sangat mudahnya. Bram tahu kalau istri dan anak tirinya selalu menyakiti putri kecilnya itu. Namun, dia selalu menutup mata dan telinga seakan buta dan tuli. Ada rasa bersalah pada diri Bram karenatelah menelantarkan sang putrinya. ‘Sudah terlambat, Kyara yang dulu tidak akan kembali lagi.” Kyara berujar sinis dalam hati ketika menyadari Bram—ayahnya menatap dengan rasa bersalah. “Begini, karena pernikahan kalian
Di malam yang begitu sunyi dan gelap, hanya suara rintik hujan yang dapat terdengar di malam yang begitu gelap gulita tanpa ada cahaya yang bersinar sedikitpun karena tertutupi oleh awan gelap. Seorang gadis cantik di seret seperti anjing oleh dua orang yang berbeda gender dengan tidak berperasaan. “Ka-kalian tega!” Gadis itu merintih kesakitan. Namun, ia belum kelihatan kesadarannya. Ia menatap dua orang di hadapannya dengan tatapan yang penuh kebencian. Gadis itu adalah Kyara Anastasya, CEO ANS Group. Karena nasib yang begitu malang dirinya berada di ambang kematian. “Iya, kami tega! Karena, kamuu pantas mati!” Tanpa berperasaan ia mengatakan hal tersebut. Gadis yang menyebutkan dirinya sebagai adik menatap bengis gadis yang terkapar tak berdaya di tanah. Ia tak bergeming sedikitpun ketika dengan susah payah sang kakak hendak bangkit. “Ke-kenapa kau seperti ini Sa, Kakak sudah melakukan semuanya untukmu, memberikan apa pun yang kamu inginkan
“Kyara!” Panggilan yang penuh harapan itu terdengar. Membuatnya menghentikan langkah sembari berbalik, dan melihat sosok paru baya yang sedang berjalan dengan setelan jas rapi ke arahnya. Kerutan di wajah pria itu tampak terlihat dengan jelas seakan ia sedang memikirkan hal yang berat. Kyara menanti sosok paru baya itu mengahampirinya. Kyara hanya menatap pria yang berstatus sebagai ayah pemilik tubuh ini. Jika, Kyara memikirkan bagaimana gadis ini diabaikan, dan perilaku begitu buruk hatinya begitu sakit dan penuh kebencian. “Apakah kamu ingin menemui tunanganmu?” tanya tuan Bram lembut. Tidak perasaan spesial atau simpanti yang Kyara rasakan saat menatap mata teduh sang Ayah. Mata itu dulu selalu menatap gadis ini dengan tatapan penuh kebencian. “Hn, seperti yang Anda lihat.” Kyara berpikir tak perlu berbasa-basi dengan orang ini sudah jelas bahwa ia tak pernah menginginkan putri kecilnya yang begitu berharga. Mereka diam sejenak, Kyara masi
Helaian rambut seorang dara jelita dipermainkan oleh angin, seakan tak bosan mempermainkan rambut sang dara jelita yang menatap lurus ke kolam buatan di depannya. Gadis itu adalah Kyara. Hari ini, dia akan menemui sang tunangan. Menurut paman tunangannya mereka akan bertemu di taman ini tempatnya berada sekarang seraya menikmati suasan taman yang damai. “Jangan ambil layangan Al.” Suara yang penuh keluhan itu menyapa pendengaran Kyara, membuatnya seketika mengalihkan pandangan dari kolam buatan itu menuju sumber suara. Kyara mencari asal suara itu sampai netranya menangkap sosok pria berumur sekitar 25 tahun yang sedang diganggu oleh dua pria. “Oh, bukanya mereka adalah saudara Damien?” tebak Kyara dengan dahi yang sedikit mengernyit. Kyara beranjak ke tempat mereka, dan berdiri di hadapan pria yang sedang diganggu. Kerutan terlihat di dahi Kyara ketika ia melihat ketiga orang tersebut sebelum Kyara mengalihkan pandangannya ke arah pria yang sedang diganggu t
Semilir angin berembus pelan, menyertai pasangan yang sedang duduk berdua di kursi taman. Penampilan mereka yang mencolok begitu mencuri perhatian para pengunjung taman. Mereka menatap pasangan sempurna itu dengan pandangan berbeda-beda. Ada yang menyayangkan pasangan itu, dan ada juga yang mencibir mereka. Bagaimana tidak seorang dara jelita duduk bersama dengan seorang pria tampan yang tidak bisa dikatakan biasa saja. Postur tubuhnya yang profesional membuat orang percaya bahwa ia berasal dari kalangan keluarga kaya. Namun, mereka sangat menyayangkan karena kesempurnaannya dipatahkan oleh sikapnya yang berbanding terbalik dengan usianya yang tidak bisa dikatakan sebagai remaja atau anak-anak. Para pengunjung itu juga mencibir bahwa gadis itu hanya menyukai harta si pria karena pria itu mudah untuk dibodohi, dan mudah untuk dipermainkan. Kyara hanya tersenyum miring mendengar cibiran mereka. Apakah mereka lupa bahwa dia adalah gadis rem
Sementara itu, Alexa benar-benar mendatangi Bram di ruang kerjanya yang sedang mengerjakan laporan dari perusahaannya. Ia fokus membaca dokumen-dokumen itu sampai perhatiannya teralihkan dengan suara lembut sang putri. Bram hanya menatap datar kedatangan putri tirinya yang telah membuat Kyara menderita begitu lama.“Ayah.”Suaranya terdengar lembut dan manja Alexa mendatangi sang ayah, dan duduk di depan meja kerjanya. Ia hendak melaporkan Kyara karena telah membawa pria ke rumah ini. Alexa menunggu ekspresi murkah dari sang Ayah ketika mendengarkan berita ini.“Iya, Sayang."Bram hanya menatap Alexa sekilas menunggu hal apa lagi yang ingin ia adukan tentang Kyara. Karena ketika Alexa datang ia selalu mengaduh yang tidak-tidak tentang putrinya, dan bodohnya ia mempercayai hal itu hingga membuat gadis kecilnya begitu menderita.“Ayah, pelacur jelek itu membawa laki-laki ke rumah.”Alexa langsung memberitahu Bram