Share

Pujaan Hati Sang Tuan Muda
Pujaan Hati Sang Tuan Muda
Penulis: Zenny Arieffka

PROLOG

“Kamu dari mana saja, Nak?” pertanyaan ibunya itu membuat Irina mengangkat wajahnya seketika. Saat ini Irina baru saja mengembalikan sepedanya di gudang.

“Baru saja selesai main sepeda, Bu.” Jawab Irina dengan riang.

“Sama siapa?” tanya ibunya lagi.

“Tuan Kevin.” Jawab Irina dengan polos.

“Kemarilah.” Ibunya meminta Irina mendekat, dan Irina menuruti apa yang diperintahkan sang ibu. “Dengar, Nak. Lebih baik kamu jangan terlalu dekat dengan Tuan muda.” 

“Kenapa, Bu? Tuan Kevin itu baik. Kalau di sekolah, dia sering beliin Irina jajan, dan cuma Tuan Kevin teman Irina saat di sekolah.”

“Nak, kita itu sudah beruntung bisa hidup dan tinggal di rumah ini. Kamu juga sangat beruntung bisa disekolahkan di sekolah yang sama dengan Tuan Kevin. Jadi kamu harus tahu batasan saat berteman dengan Tuan Kevin.”

“Maksud Ibu?”

“Jangan terlalu dekat dengan Tuan Kevin. Sampai kapanpun, Tuan Kevin adalah majikan kita…”

Irina mengingat dengan jelas percakapannya dengan sang ibu saat itu, ketika dia bahkan masih menginjak kelas 3 SD. Ibunya sudah banyak memberikan nasehat agar dirinya tidak terlalu dekat dengan majikan mereka, dan Irina benar-benar melakukannya.

Tapi kini… lihat, saat ini dia sedang berada di sebuah ruang tindakan dengan seorang dokter dan beberapa perawat yang sedang menanamkan embrio pria itu ke dalam rahimnya.

Semua ini bermula saat Irina merasa putus asa, disebabkan oleh suaminya yang bernama Maximillan bersikap dingin padanya karena dia memutuskan hal terkeji dalam hidupnya yaitu menggugurkan bayinya dengan Max. Irina ingin membuat Max kembali lagi dalam pelukannya dengan cara dia mengandung kembali. Tapi Irina tahu bahwa dia tidak akan bisa mengandung anak Max lagi karena Max sama sekali tak ingin menyentuhnya lagi.

Pada akhirnya, Irina memutuskan meminta bantuan Kevin, sang Tuan muda yang harus dihindarinya seperti yang dipesankan oleh mendiang ibunya dulu.

“Baik, prosesnya sudah selesai.” Samar-samar Irina mendengar dokter mengucapkan kalimat itu. Waktu berlalu cepat, Irina sudah dirapikan kembali dan ranjang yang dia tiduri kini sudah di dorong keluar meninggalkan ruang tindakan.

Di luar ruang tindakan, dia melihat seorang pria yang sudah menunggunya. Pria itu menghampirinya dan menatapnya dengan ekspresi yang sulit dijelaskan.

“Hei.” Hanya itu yang bisa diucapkan oleh Irina.

“Bagaimana keadaannya?” tanya pria itu pada dokter.

“Sangat baik, Pak. Pasien hanya harus beristirahat sampai waktu diperbolehkan pulang.” Jawab sang dokter. Pria itu hanya mengangguk.

Irina lalu memberanikan diri meraih jemari pria itu dan menggenggamnya erat-erat. Pria itu menatap Irina dan Irina menyunggingkan senyuman lembutnya.

“Terima kasih,” bisik Irina lirih.

“Ucapkan itu setelah apa yang kamu inginkan berhasil kamu dapatkan,” jawab pria itu dengan nada dingin.

Irina tersenyum dan menggeleng pelan. Dia bahkan tidak kuasa menahan bulir airmatanya jatuh dengan sendirinya. “Terima kasih karena sudah memberiku kesempatan sekali lagi,” lirih Irina sekali lagi nyaris tak terdengar.

Setelah menggugurkan bayi pertamanya, Irina memang sangat menyesali perbuatannya. Dia nyaris despresi karena penyesalan itu, ditambah lagi sikap Max yang sangat tak bersahabat padanya. Irina mengerti, mungkin Max memang sangat kecewa dengan keputusannya, karena itulah Irina merasa bahwa Tuhan sedang menghukumnya. Mungkin, dia tidak akan diberi kesempatan untuk menjadi ibu lagi, dan kini… kesempatan itu datang lagi setelah dia meminta bantuan dengan Kevin dan pria ini bersedia membantunya.

“Kita tidak tahu apa yang akan terjadi dua minggu kedepan. Jadi jangan ucapkan rasa syukurmu dulu.”

Irina tersenyum dan mengangguk. “Baik, Tuan Muda…” jawab Irina dengan nada menggoda. Tuan Muda adalah panggilan godaan yang diberikan Irina pada Kevin. Irina tahu bahwa Kevin sangat benci ketika dipanggil dengan panggilan seperti itu, tapi Irina tetap melakukannya karena dia senang membuat Kevin kesal.

Ya, seperti itulah hubungan dekatnya dengan Kevin Putra Diningrat. Pria kaya raya yang dulunya merupakan majikan ibunya. Meski ibunya dulu sering kali mengingatkan tentang batasan berteman dengan seorang Kevin, nyatanya Irina merasa bahwa peremanannya dengan Kevin memang sangat dekat bahkan hampir tak memiliki batasan. 

Kevin selalu ada untuknya, untuk membantu dirinya bahkan saat Irina kini sudah hidup sendiri tanpa kedua orang tua. Kevin sudah seperti saudaranya sendiri, dan akan selalu seperti itu… Kini, pria itu sekali lagi membantunya, dan jika semua ini berhasil, Irina bersumpah akan menjadi orang yang akan selalu ada di saat Kevin membutuhkannya. Ya… Irina akan melakukannya, melakukan apapun yang diinginkan oleh Kevin darinya…..

-TBC-

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status