Share

Kehormatan yang Terenggut.

Azam benar-benar sudah kehilangan kendali. Teriakan serta jeritan Alena tak ia dengarkan sama sekali. Pria itu seakan menulikan telinganya, yang ada di otaknya hanyalah kebencian dan dendam.

Dalam sekali tarik lingerie tipis itupun telah lepas dari tubuh Alena. Azam melempar lingerie yang sudah tak berbentuk itu kesembarang arah. Tatapannya seketika berubah saat melihat pemandangan indah yang tersaji di hadapannya. Amarah bercampur nafsu kini telah menyelimuti diri pria itu.

"Aku mohon jangan lakukan ini Tuan Azam!" Alena terisak memohon seraya menyilangkan tangannya menutupi dua area sensitifnya.

"Heh, aku suamimu kita sudah menikah dan aku berhak melakukannya," jawab Azam mencibir perkataan Alena.

Memang yang Azam lakukan saat ini bukanlah sesuatu yang melanggar hukum. Mereka sudah sah menjadi suami istri. Tentu saja apa yang Azam lakukan pada Alena saat ini, justru adalah suatu kewajiban.

"Iya kau memang berhak atas diriku! Tapi itu jika pernikahan kita didasari atas cinta! Dan dalam pernikahan ini tidak ada cinta diantara kita!" Alena berteriak putus asa.

Wanita itu benar-benar tak sanggup jika kehormatannya harus direnggut oleh pria yang sama sekali tidak ia cintai. Terlebih lagi Azam melakukan ini hanya untuk balas dendam. Tidak, Alena tentu tidak rela dan tidak akan pernah sudi. Namun, wanita itu juga tak bisa melawan Azam.

Plak!

Azam menampar pipi Alena hingga sudut bibir wanita itu sobek. Alena memegangi pipinya yang terasa sangat panas seraya mengelap darah yang keluar dari sudut bibirnya.

"Kau berani berteriak pada ku!" Azam begitu emosi medengar Alena berkata begitu lantang padanya.

Pria itu tanpa aba-aba langsung menyerang tubuh Alena tanpa ampun. Azam merenggut kehormatan Alena bahkan tanpa pemanasan. Hal itu tentu saja membuat Alena merasakan perih yang teramat diarena bawah tubuhnya.

"Akhhh sakit! Tidak!" erang Alena dengan isak tingisnya.

Air matanya mengalir deras membasahi pipinya mengingat jika hal yang paling berharga kini telah hilang. Hati Alena semakin hancur, rasa sakitnya kian bertambah. Mengingat kehormatan yang ia jaga selama ini hanya untuk Jonatan nyatanya sia-sia. Tak ada lagi kebanggaan dalam dirinya, hilang direnggut pria berhati iblis dihadapannya.

'Maafkan aku Kak Jonatan, maafkan aku.' Alena membatin terisak membayangkan wajah Jonatan. Sementara Azam, pria itu begitu menikmati permainan panasnya diatas tubuh Alena. Azam begitu puas karena akhirnya, pria itu bisa memiliki Alena.

"Rupanya akulah pria pertama untuk mu hem." Azam berbisik di telinga Alena disela-sela permainannya.

Pria itu menyadari jika ternyata ini adalah yang pertama bagi Alena. Azam benar-benar tak menyangka jika Jonatan belum pernah melakukannya. Padahal mereka sudah cukup lama berpacaran.

Alena tak menjawab, wanita itu hanya memalingkan wajahnya. Ia begitu jijik pada Azam dan juga pada dirinya sendiri. Melihat ekspresi Alena, Azam justru semakin bersemangat. Pria itu tersenyum licik dan semakin menggila.

"Menarik!" Azam bergumam seraya tersenyum licik, mengingat jika Jonatan pasti akan bertambah hancur.

Saat menyadari wanita yang telah dia jaga selama bertahun-tahun ternyata jatuh ke pelukan sang kakak tiri. Pria itu meraih wajah Alena kemudian membungkam mulut wanita itu dengan ciuman. Alena tentu saja berontak akan tetapi, tenaganya lagi-lagi kalah oleh Azam.

'Dasar iblis!' batin Alena memaki Azam.

Selang satu jam kemudian akhirnya Azam mendapatkan klimaksnya. Pria itu, akhirnya ambruk disamping tubuh polos Alena. Sedangkan Alena, wanita itu kembali terisak sesak, apalagi wajah Jonatan saat ini memenuhi pikirannya.

"Terima kasih istriku sayang," ucap Azam tersenyum mengejek seraya memejamkan mata.

Azam rupanya begitu lelah hingga pria itu langsung tertidur. Sementara Alena, wanita itu bangkit dan melangkah menuju kamar mandi. Langkahnya tertatih, namun ia tetap melanjutkan langkahnya menuju kamar mandi.

Alena tak tahan lagi ia ingin segera membersihkan dirinya. Wanita itu merasa begitu kotor dan hina saat ini. Sesampainya di kamar mandi, Alena langsung menyalakan shower, yang langsung mengguyur tubuhnya. Wanita itu bahkan menyalakan shower dengan kucuran air paling kencang. Berharap derasnya air mampu menghapus jejak pria berhati iblis itu.

"Akhhh! Aku sudah kotor! Kak Jonatan maafkan aku." Alena terisak terduduk di lantai kamar mandi dengan derasnya air yang tak henti menguyur tubuhnya.

Ia tak peduli malam semakin larut dan hawa dingin semakin menyeruak. Alena hanya ingin membersihkan tubuh kotornya. Wanita itu bahkan menggosok kasar bagian-bagian dimana Azam meninggalkan bekas kemerahan.

Sudah setengah jam Alena berada di bawah guyuran air. Tubuhnya pun sudah mulai dingin, akan tetapi tak ada niat sedikitpun wanita itu berhenti membasahi tubuhnya. Alena tak kuat lagi wajahnya semakin memucat. Wanita itupun akhirnya pingsan karena terlalu lama dibawah guyuran air.

Sementara Azam, pria itu tertidur begutu pulas. Sepertinya malam ini adalah malam dimana dirinya bisa beristirahat dengan sangat nyenyak.

Ia sama sekali tak menyadari jika saat ini istrinya tengah pingsan di kamar mandi. Hingga pukul tiga dini hari, pria itu terbangun. Azam langsung tersentak saat dirinya tidak mendapati sosok Alena disampingnya.

Pria bergegas memakai pakaiannya kemudian langsung mencari keberadaan Alena. Tanpa pikir panjang Azam langsung keluar kamarnya kemudian turun menuju pos scurity. Azam rupanya begitu yakin jika Alena pasti telah kabur.

"Pak Luhur kau melihat Nona Alena keluar?" tanya Azam langsung to the point.

"Tidak Tuan muda, sedari tadi saya berjaga dan tidak ada satupun orang yang keluar." Scurity itu menjawab penuh keyakinan.

"Atau Tuan muda bisa melihat rekaman CCTV," ucapnya lagi mencoba memberi solusi.

"Kau benar ikut aku ke ruangan CCTV." Azam langsung bergegas menuju ruang CCTV diikutin oleh scurity bernama Luhur itu.

Azam menatap dengan serius setiap sudut ruangan rumah megahnya. Pria itu bahkan berulang kali memutar CCTV yang ada di depan kamarnya dan juga halaman bawah kamarnya. Azam sempat berpikir jika Alena mungkin kabur lewat jendela. Namun, disana pun Azam tak menemukan tanda-tanda Alena. Azam menjabak rambutnya frustasi, karena belum juga menemukan petunjuk kemana istrinya itu pergi.

"Maaf Tuan muda em ... Apa Anda sudah mencari Nona di kamar mandi mungkin?" ujar sang scurity memberanikan diri membuka suara.

"Kau benar Pak aku sampai lupa!" Azam terpekik dan langsung bergegas kembali kekamarnya. Dengan langkah tergesa-gesa Azam masuk kedalam kamar.

"Brak!

"Alena buka pintunya! Apa kau ada disana?!" ujar Azam berteriak seraya menggebrak pintu.

Tak ada jawaban dari dalam kamar mandi membuat Azam semakin gusar. Pria itu terdiam sejenak, kemudian mundur beberapa langkah melakukan ancang-ancang. Pria itu rupanya ingin mendobrak pintu kamar mandi karena ia yakin jika Alena ada di dalam.

"Alena!" teriakannya panik ketika melihat tubuh Alena tergeletak di bawah guyuran air.

"Heh gadis bodoh bangun!" Azam kembali berteriak seraya menepuk pipi Alena pelan.

Tak mendapatkan respon, Azam langsung menggendong tubuh dingin Alena menuju ranjang.

Azam mematikan AC kemudian memakaikan baju serta menyelimuti tubuh Alena. Pria itu kemudian meraih ponselnya dan langsung menghubungi Pras dokter pribadi sekaligus sahabatnya. Azam tak peduli meski saat ini jam masih menunjukan pukul 03.30 dini hari. Selang 20 menit kemudian sang dokter pun datang. Dokter Pras menatap lekat wajah pucat Alena.

Tersersit tanda tanya besar mengingat ini adalah pertama kalinya bagi Azam membawa seorang wanita. Tatapannya semakin kaget saat melihat pipi sebelah kanan Alena yang terlihat sedikit memar dengan sudut bibir yang juga sedikit sobek.

"Pras! Apa kau hanya akan memandangi wajah istriku?" tegur Azam melihat Pras sedari tadi terdiam mengamati Alena.

"Istri? Dia istrimu? Jadi kapan kalian menikah? Dan iya, apa kau memukul istrimu Zam?" Pras memberondong Azam dengan banyak pertanyaan. Sontak saja Azam melotot geram mendapati pertanyaan dari sahabatnya itu.

"Bukan urusan mu! Cepat kau periksa dia," elak Azam tak ingin banyak bicara.

Mendengar tanggapan Azam yang tak menjawab satupun pertanyaannya, membuat Pras hanya menggeleng tak habis pikir. Dokter tampan itu pun langsung memeriksa Alena.

"Dia hanya shock dan kedinginan, dalam beberapa jam kemudian tubuhnya akan mengalami demam untuk itu, berikan obatnya setelah itu biarkan dia istirahat, agar demamnya tidak semakin parah," ujar sang dokter seraya memberikan beberapa obat pada Azam untuk Alena.

"Ok." Azam berujar singkat seraya menerima obat yang diberikan Pras untuk Alena.

"Oh iya, aku harap kau lebih lembut padanya Zam, jangan membuatnya trauma," ucap Pras kembali memberi nasehat seraya melangkah keluar diikuti Azam dari belakang.

Azam tak menjawab pria itu hanya menatap Pras dengan tatapan pembunuhnya. Mengisyaratkan jika Pras tak perlu ikut campur. Sepeninggal dokter Pras, Azam mendekat pada Alena. Pria itu menatap lekat wajah pucat Alena dengan luka di wajahnya.

"Inilah akibatkanya karena kau adalah wanita yang sangat dicintai Jonatan, aku akan membuat Jonatan memohon dan menangis sepanjang hari kerena melihat wanita yang dia cintai hidup menderita!" ujar Azam kembali emosi.

Pria itu kemudian meraih ponselnya dan mencari nama Jonatan pada kontak telponnya. Azam kemudian mengirim beberapa foto dan vidio. Dimana foto-foto itu adalah foto pernikahannya dengan Alena. Bukan hanya itu, bahkan vidio Alena mengenakan lingerie pun ia kirimkan pada Jonatan.

'Malam pertama bersama istri tercinta' kata-kata itulah yang Azam tambahkan dipesan yang ia kirim pada Jonatan. Pria itu yakin Jonatan pasti akan kaget dan hancur saat melihat ini.

"Hah! Aku sungguh tak sabar melihat reaksi mu Jonatan." Azam tergelak pria itu tak sabar melihat bagaimana reaksi Jonatan sang adik tiri.

Sementara di London, Jonatan yang baru saja hendak beristirahat mengurungkan niatnya. Saat pria itu melihat ponselnya bergetar tanda jika ada pesan yang masuk.

Jonatan menyerengit saat menatap layar ponselnya yang menampakan nama kontak sang kakak tiri.

"Foto? Tumben sekali dia mengirimi ku pesan," gumam Jonatan menatap layar ponselnya.

Karena ini pertama kalinya Azam kakak tirinya itu mengiriminya pesan terlebih dahulu. Karena bisanya Azam bahkan selalu menghindari komunikasi dengan dirinya.

Jonatan pun langsung membuka pesan yang dikirim oleh Azam. Detik berikutnya Jonatan dibuat shok. Pria itu melotot sempurna ketika melihat isi pesan yang diberikan sang kakak tiri.

"Tidak! Apa ini! Alena." Jonatan berteriak mengamuk seraya membuang barang-barang yang ada di hadapannya.

Pria itu langsung memesan penerbangan pertama. Jonatan ingin segera pulang dan menanyakan kebenaran tentang Alena sang kekasih. Sungguh Jonatan saat ini benar-benar tak karuan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status