Share

Bukan Mimpi

Malam yang panjang kini telah berganti dengan pagi yang begitu cerah. Alena membuka perlahan kelopak matanya. Sinar matahari rupanya sudah mulai muncul menembus celah jendela kamar Azam. 

"Eummm ...." leguh Alena mencoba mengumpulkan kesadarannya. Namun, matanya seketika melotot saat mendapati sosok pria yang tidur disampingnya. Pria yang tidur dengan bertelanjang dada itupun seketika membuat ia melihat keadaannya sendiri. 

Alena begitu shock, wanita itu seakan tersadar. Ingatannya kembali pada kejadian semalam. Dimana Azam telah berhasil merenggut kesuciannya yang telah ia jaga selama 19 tahun. 

Kesucian yang hanya akan ia persembahkan untuk Jonatan sang kekasih kini telah hilang. Air mata Alena kini jatuh tak tertahankan, kala mengingat apa yang terjadi semalam adalah kenyataan. Statusnya kini sebagai Nyonya Azam jelas bukanlah mimpi. 

"Tidak! Akhh!" Elena meringis terjatuh ketika wanita itu bangkit dan hendak pergi dari kamar Azam. 

"Kau! Mau kemana, hah!" ujar Azam terbangun ketika mendengar suara teriakan Alena. 

"Oh apa kau sudah baikan sayang." Azam kembali berucap seraya bangkit dan langsung mendekat pada Alena yang masih terduduk di lantai. 

"Kenapa tidak membangunkan ku, hem," ujar Azam terus berbicara namun, hanya diatangapai dengan tatapan penuh air mata oleh Alena. Wanita itu begitu hancur dan ketakutan saat ini. Saat mengingat bagaimana Azam memaksanya tadi malam. 

"Lepaskan aku!" Alena berteriak seraya memberontak saat Azam tiba-tiba saja menggendong tubuhnya. 

"Akhhh!" teriak Alena ketika tubuhnya dihempaskan kasar ke atas ranjang. Wanita itu bringsut mundur dengan wajah ketatkuatan. Tubuhnya gemetar melihat wajah Azam yang terlihat dingin. Tidak, Alena tidak ingin kejadian semalam terulang lagi. 

"Kau mau kabur." Azam berbisik dengan nada tegas seraya mencengkeram dagu Alena.

"Ti-tidak a-aku hanya ingin kekamar mandi," jawab Alena terbata. 

Sungguh wanita itu sepertinya mulai trauma melihat sosok Azam yang terlihat bak iblis. Azam tersenyum mendengar jawaban Alena pria itu melepas cengkramannya pada dagu Alena kemudian berkata.

"Aku akan mengantarmu istriku." Lagi-lagi tanpa aba-aba Azam menggendong tubuh Alena. Membawa wanita itu ke kamar mandi. 

"Akhhh!" pekik Alena ketika tubuhnya digendong oleh Azam. Tangannya reflek memeluk leher Azam. Lagi-lagi dirinya hanya bisa pasrah pada apa yang Azam lakukan. 

Azam meletakan tubuh Alena kedalam bathtub. 

"Akhhh panas!" jerit Alena ketika air panas dalam bathtub menyentuh kulit punggungnya. Rupanya Azam menyalakan kran air panas yang langsung membasahi tubuh Alena. 

"Ah panas ya oh ... maaf istriku." Mendengar jeritan Alena Azam justru tersenyum penuh kemenangan. Pria itu menghentikan sejenak aksinya namun, detik berikutnya ia kembali menyalakan kran air panas. 

"Akhhh! Panas!" teriak Alena seraya berdiri dari posisinya. 

"Kau mau kemana, hah! Bukankah kau ingin mandi!" Azam dengan cepat pangsung menekan tubuh Alena sehingga wanita itu kembali terduduk di dalam bathtub yang berisi air panas. 

"Panas! Tolong ini panas sekali Tuan!" Rintih Alena seraya terisak menahan panasnya air yang merendam tubuhnya.

"Kau pantas mendapatkannya!" Bukannya menghentikan aksinya Azam justru tersenyum melihat Alena kesakitan.

Sunggun Azam benar-benar tak memiliki hati. Dengan teganya pria itu merendam tubuh Alena dengan air panas. Untung saja suhu air panas dalam bathtub itu tidak melebihi 70⁰. Namun, tetap saja kulit Alena terlihat melepuh. 

"Heh! Cepat bersihkan dirimu, dan jangan pernah berbuat sesuatu yang membuatku marah! Ku ingatkan sekali lagi, semua yang ada pada dirimu sekarang adalah milikku! Bahkan jika kau ingin mati itu harus seijinku mengerti!" bentak Azam kemudian melangkah keluar meninggalkan Alena sendiri di kamar mandi.

Sepeninggal Azam, Alena langsung bangkit dari bathtub dan berlari menuju shower. Wanita itu menyalakan air dingin dan langsung mengguyur tubuhnya. Alena kembali terisak meratapi nasibnya yang begitu buruk. 

"Kak Jonatan!" Isaknya memanggil nama Jonatan. 

Sungguh Alena benar-benar merindukan sosok Jonathan. Namun, apalah daya dirinya sadar jika saat ini mereka sudah tidak mungkin lagi bersatu. Alena sudah merasa sangat kotor, terlebih lagi Azam adalah pria yang begitu kejam. 

Apalagi tujuan Azam adalah untuk balas dendam. Entah nantinya akan seperti apa nasibnya dan juga Jonatan. Saat ini yang bisa Alena lakukan hanyalah menurut pada Azam. Agar pria itu tak berbuat lebih jauh pada Jonatan.

"Kau sudah siap istriku sayang, em ... aku harap malam nanti kau bersiap, akan ada kejutan untukmu," ucap Azam ketika melihat Alena keluar dari kamar mandi. Alena tak menjawab wanita itu hanya mengangguk seraya tertunduk. Azam melihat tubuh Alena yang hanya mengenakan handuk pun kembali mendekat. Pria itu langsung mencium pundak Alena yang terbuka. Membuat wanita berparas cantik itu seketika mendesah. 

"Apa kau ingin honey?" Azam tersenyum saat mendengar desahan Alena yang terdengar begitu merdu di telinganya. 

"Tidak, aku emm," ucap Alena langsung terhenti ketika Azam langsung membungkam mulut wanita itu dengan ciumannya. Sungguh dalam hati Alena ingin sekali menolak dan memberontak. Namun, ia tahu bahwa pasti akan ada konsekuensi yang akan ia terima. Tidak, Alena tidak sanggup lagi jika harus menerima lebih banyak lagi siksaan yang axam berikan. 

"Aku tidak menerima penolakan! Kau mengerti!" Azam berucap seraya melepas handuk yang Alena kenakan. Pria itu mulai mencumbu tubuh Alena. Sementara, Alena hanya bisa pasrah menerima perlakuan Azam.

Tok!

Tok!

Ketukan pintu terdengar dari luar dan sontak menghentikan aksi Azam. Pria itu mengehentikan kegiatannya kemudian menatap tajam daun pintu. Seakan memaki pada orang di luar sana yang sudah lancang mengganggunya. 

"Siapa!" bentaknya pada orang diluar sana. 

"Saya Tuan em ... maaf ada Tuan Abraham dan Nyonya Reina di luar menunggu Tuan muda." Suara Mbok Nani terdengar dari luar memberitahu jika saat ini Tuan besar dan Nyonya besar sudah ada di bawah menunggu Azam. 

"Shitt! Untuk apa tua bangka itu datang!" Makinya pada Ayah dan juga Ibu sambungnya itu. 

"Cepat kenakan pakaianmu kita akan menemui Ayah dan Ibu mertuamu, bawah!" ujar Azam menatap tajam Alena, mengintruksikan sang istri untuk segera bersiap.

Selang beberapa menit kemudian Azam dan Alena sudah siap. Azam dan Alena berjalan keluar dari kamar menuju ke lantai bawah ruang tamu. Dimana Tuan Abraham dan Nyonya Reina menunggu. 

Azam meraih tangan Alena kemudian menaruhnya di lengannya. Rupanya Azam tiba-tiba saja memiliki sebuah ide. Pria itu berpikir kedatangan kedua orang tua itu pasti ada hubungannya dengan Alena. 

Jonatan pasti sudah memberikan kabar tentang pernikahannya dengan Alena. Reina pasti akan meminta penjelasan darinya mengapa ia menikahi kekasih putra tercintanya itu. 

"Kau harus terlihat mesra, aku tidak ingin mereka berpikir jika aku memaksa mu mengerti!" Ancam Azam pada Alena ketika mereka melangkah menuju ruang tamu. 

"I-iya Tuan," jawab Alena terbata.

"Panggil aku sayang!" Azam kembali mengintruksi Alena untuk memanggilnya dengan sebutan sayang. 

"Tapi aku tidak bisa—" ucap Alena terhenti ketika Azam langsung memotong perkataannya.

"Jika kau tidak menuruti perintahku, kau tidak akan pernah tahu apa yang bisa aku lakukan pada Jonatan." Azam lagi-lagi mengancam dan ancamannya kali ini langsung membuat Alena tersentak kemudian mengangguk patuh. 

"Bagus, menurutlah maka aku pastikan Jonatanmu akan baik-baik saja," ujar Azam seraya tersenyum penuh kemenangan. Mereka kemudian melanjutkan langkah menuju ruang tamu. 

"Alena!" Panggil Nyonya Reina seraya bangkit begitu melihat sosok Alena wanita yang begitu dicintai oleh putranya itu. Nyonya Reina begitu terkejut melihat Alena dan Azam yang terlihat begitu mesra. 

"Hai Ayah em ... hai Tante," sapa Azam tersenyum penuh arti menyapa kedua orang tua yang terlihat begitu terkejut. 

"Alena apa maksud semua ini bukankah kau dan Jonatan—" Terhenti, perkataan Nyonya Reina seketika terhenti ketika Azam mengangkat telapak tangannya.

"Nyonya Reina tidaklah kau kesini untuk memberi kami selamat sekaligus doa restumu?" Azam tersenyum menyeringai menatap raut wajah Nyonya Reina yang terlihat begitu kesal.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status