Share

Kedatangan Jonatan.

"Azam! Azam!" teriak Jonatan dengan penuh emosi memanggil nama Azam seraya melangkah kedalam rumah Azam. Sebelumnya pria itu tidak diperbolehkan masuk oleh satpam. Namun, Nyonya Reina yang ngotot dan mengancam pada sang satpam dengan membawa nama Tuan Abraham. Membuat satpam tersebut dengan terpaksa membuka pintu gerbang dan membiarkannya masuk.

Jonatan yang terbang dari London kemarin malam langsung bertolak ke kediaman Azam. Untung saja hanya Nyonya Reina yang mengetahui kepulangan sang putra. Karena, jika Tuan Abraham sampai tahu, mungkin pria paruh baya itu pun tak mengijinkan Jonatan pergi ke rumah Azam. 

"Maaf Tuan Jonatan, Nyonya besar, Tuan Azam sedang pergi dan—" Mbok Nani menyahut, dengan berlari terponggoh-ponggoh menghampiri Jonatan dan Nyonya Reina.

"Alena! Alena!" teriak Nyonya Reina memotong perkataan Mbok Nani. Nyonya besar itu memanggil nama Alena tanpa menghiraukan perkataan sang asisten rumah tangga yang sedang menjelaskan keberadaan majikannya. 

"Alena!" Mendengar sang Mamah memanggil nama Alena. Sontak saja Jonatan terkejut dan ikut memanggil sang kekasih. 

"Dia pasti di kamar atas sayang," ujar Nyonya Reina pada sang putra yang diangguki cepat oleh Jonatan. Tanpa pikir panjang Jonatan langsung berlari menuju anak tangga. 

"Alena! Sayang, kau dimana?" Jonatan terus melangkah naik seraya berteriak manggil Alena. 

"Tuan Jo, saya mohon jangan seperti ini bagaimana pun Nona Alena adalah—" ujar Mbok Nani ketakutan mencoba menghentikan langkah Jonatan yang hendak mencari Alena.

"Diam Mbok! Jangan ikut campur ingat kau hanya membantu disini!" Nyonya Reina kembali berucap seraya melotot tajam. Memperingati Mbok Nani agar tidak ikut campur. Mendengar perkataan Nyonya besar itu, Mbok Nani seketika terdiam menunduk takut.

Jonatan terus melangkah menuju lantai atas mencari keberadaan Alena wanita yang sangat ia cintai. Jonatan langsung bergegas menuju kamar Azam. Pria itu sangat yakin jika Alena pasti ada di kamar Azam.

Brak! 

Brak!

"Alena! Buka pintunya!" Jonatan langsung menggebrak pintu dengan tak sabar seraya memanggil nama Alena. Begitu pria itu sampai di depan pintu kamar Azam. 

Sementara di dalam kamar,  Alena yang baru saja bangun dari tidurnya pun terkejut saat mendengar suara yang memanggil namanya. 

"Suara ini apakah ini Kak Jonatan?" tanya Alena pada diri sendiri ketika dirinya terbangun dan mendengar suara Jonatan. Bagaikan mimpi, Alena seakan tak percaya jika Jonatan saat ini benar-benar ada di sini. Rasanya tidak mungkin jika pria yang sudah satu tahun tidak ia temui itu tiba-tiba ada di sini menemuinya.

"Apa ini mimpi?" Alena kemabali bergumam seraya mencubit pipinya, untuk menyakinkan jika semua ini bukanlah mimpi. 

"Awuu! Ini sakit berarti ini bukan mim—" pekik Alena kaget ketika merasakan sakit akibat cubitannya sendiri. Belum usai keterkejutannya kini ia kembali dikagetkan dengan suara Jonatan yang kemabli memanggilnya.

"Alena! Sayang kau ada di dalam?" Jonatan kemabali memanggil Alena seraya menggedor pintu kamar Azam. Jonatan yakin jika Alena ada di dalam. Pria itu sudah benar-benar tidak tahan ingin bertemu dan berbicara pada wanita pujaan hatinya itu. Ia tidak akan percaya dengan kabar yang diberikan oleh Azam, sebelum Jonatan mendengar sendiri dari mulut Alena. 

"Kak Jonatan!" Alena tersenyum ketika kembali mendengar suara yang sudah ia yakini adalah suara Jonatan. Wanita itu dengan cepat menyibak selimut seraya bangkit dari atas ranjang. Senyumnya tersungging lebar menyambut kedatangan sang kekasih hati. Namun, detik berikutnya senyum itupun pudar. Matanya terbelalak ketika melihat pantulan dirinya di cermin. 

"Tidak aku sudah—" lirihnya dengan tubuh yang merosot terduduk di lantai. Alena kembali meraih selimut untuk menutupi tubuh polosnya. Wanita itu kembali terisak ketika tersadar akan keadaannya saat ini. 

"Tidak! A-aku kotor aku nggak pantes buat Kak Jonatan!" Alena semakin terisak sambil menjambak rambutnya frustasi. Sesak kembali ia rasakan ketika menyadari jika keadaannya sudah tak pantas lagi untuk Jonatan. Alena kemabli meratapi nasibnya yang begitu hina. 

"Alena! Kakak tahu kau ada di dalam jadi keluarlah sayang," ujar Jonatan yang masih belum menyerah memanggil-manggil nama Alena. 

"Sedang apa kau di sana hah!" Suara bariton  terdengar seketika menghentikan aksi Jonatan. Azam melangkah tegap menghampiri Jonatan dengan tatapan tajamnya. Pria itu rupanya sudah sampai di kediamannya dan langsung bergegas menyusul Jonatan. 

Sempat terjadi perdebatan namun, Zen segera mengatasi Nyonya Reina yang hendak menghentikan langkah Azam. Azam sedikit lega ternyata Jonatan belum menemui Alena. Akan tetapi tak bisa dipungkiri jika saat ini hatinya begitu bergemuruh marah melihat Jonatan yang dengan lancang menerobos masuk kedalam rumahnya. Apalagi pria itu sampai berani memanggil dan menghampiri Alena sang istri hingga ke kamarnya.

"Baru tinggal beberapa tahun di luar negeri, rupanya tata kramamu sudah hilang hem," ejek Azam tersenyum miring. Inilah waktunya ia akan memulai permainan. Ini waktunya Azam tertawa penuh kemenangan, karena sebentar lagi ia akan melihat kehancuran adik tirinya itu. 

"Brengsek! Di mana Alena!" Jonatan berteriak dan langsung menyerang Azam.

"Aakhh!" erang Azam ketika merasakan pukulan Jonatan mengenai wajahnya. Darah segar keluar dari sudut bibir Azam. Namun, bukannya marah Azam jutrus tersenyum mengusap darah disudut bibirnya. 

"Kau memukul ku? Kau berani memukul ku hah!" Azam dengan cepat dan tenang, membalas pukulan Jonatan tepat mengenai perut pria itu. Pria itu rupanya tak begitu saja menerima perlakuan Jonatan. 

"Akhh!" erangan kesakitan yang sama kini terdengar dari mulut Jonatan. Pria itu seketika tersungkur memegangi perutnya. 

"Kak Jonatan!" Alena tiba-tiba saja keluar dari kamar dan berteriak histeris ketika melihat posisi Jonatan yang terbaring di lantai. Wanita itu langsung berlari dan berjongkok menolong Jonatan. Rupanya Alena bergegas menggunakan pakaiannya ketika ia mendengar suara keributan. 

"Alena! Sayang!" balas Jonatan tersenyum sumringah kala melihat wajah sang kekasih yang sudah lama ia rindukan. 

Melihat pemandangan romantis di hadapannya itu, Azam sontak melotot geram. Rahangnya mengeras, tangannya terkepal kuat menahan amarah. Sungguh emosinya kini semakin membuncah melihat Alena menolong Jonatan. 

"Alena!" Azam berteriak dengan penuh amarah memanggil sang istri. Akan tetapi, amarahnya lagi-lagi bukan karena  pria itu cemburu. Namun, karena harga dirinya terasa diinjak-injak oleh Alena. 

Mendengar teriakan Azam, seketika Alena terdiam takut. Tubuhnya kaku, suara Azam benar-benar begitu terdengar menakutkan di telinganya. Bayangan perlakuan kasar Azam padanya pun seketika memenuhi isi kepalanya. 

Melihat reaksi Alena, Jonatan pun seketika yakin jika pernikahan antara Alena dan Azam tak seperti yang mamahnya ceritakan. Iya, Nyonya Reina sempat menceritakan pengakuan Alena tadi siang. Bagaimana Alena berkata jika mereka sudah putus dan Alena sudah tidak lagi mencintai Jonatan. 

"Istriku, suamimu ada disini apa kau lupa itu?" ujar Azam melangkah mendekati Alena dan langsung menarik tangan wanita berparas cantik itu. 

"Akhhh!" Alena terpekik ketika tubuhnya ditarik paksa hingga wanita itu jatuh kepelukan sang suami. 

 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status