Bukankah lima tahun lalu dia memilih pergi, saat aku memintanya melakukan tes DNA untuk membuktikan jika anak yang dilahirkannya itu memang benar anakku? Lalu kenapa sekarang dia datang dan memohon padaku agar aku mau melakukan tes DNA? Apa sebenarnya yang dia inginkan? Apa karena sekarang aku sudah semakin sukses hingga dia ingin menjadikan anak yang ada bersamanya sebagai alat untuk memanfaatkan ku? Saat aku bertanya kenapa kenapa dia muncul lagi setelah sekian lama, jawabannya sungguh di luar dugaan. Dia bilang ingin menitipkan anaknya padaku karena waktunya di dunia ini mungkin sudah tidak akan lama lagi.
Lihat lebih banyakCukup lama aku mematung dengan mata yang tak beralih dari sosok di hadapanku saat ini. Wajah teduh yang selama lima tahun ini selalu hadir dalam setiap tidurku, kini berada tepat di hadapanku. Ingin rasanya aku menampar pipiku sendiri untuk memastikan jika saat ini aku tidak sedang bermimpi."Apa kabar, Pak Arkan?" Kembali kudengar suara itu. Begitu lembut terdengar di telinga, sama seperti lima tahun lalu saat dia masih tinggal bersamaku. "Baik," jawabku setengah bergumam.Ainun sedikit menipis bibirnya, hampir menyerupai sebuah senyuman. Sosoknya terlihat semakin matang dan dewasa. Penampilannya juga lebih tertutup. Ia telah mengenakan hijab dan menutup auratnya dengan sempurna. Terlihat begitu menyejukkan mata sekaligus menentramkan hati.Perasaan rindu yang selama ini kusimpan rapi di dasar hatiku, kini tiba-tiba menyeruak tak tertahankan. Hampir saja aku tak bisa menahan diri untuk menarik dan merengkuhnya ke dalam pelukanku."Maaf, saya mengganggu. Apa Pak Arkan punya waktu?" t
Pagi ini, aku datang ke kantor dengan agak tak bersemangat. Semalam mataku nyaris tak bisa terpejam setelah kedatangan Mama dan Papa ke rumah. Kepalaku juga terus dipenuhi oleh permintaan mereka yang ingin aku melepaskan Ainun, lalu menikah lagi. Aku tahu Mama dan Papa hanya menginginkan kebahagiaanku. Lima tahun terakhir, bisa dikatakan hidupku sangat tak manusiawi. Seluruh waktuku hanya dihabiskan untuk bekerja dan mencari keberadaan Ainun. Tak ada waktu untuk diriku sendiri, bahkan sekedar untuk bersantai melepaskan penat sekalipun. Aku hanya makan dan tidur sekedar untuk memenuhi kebutuhan tubuh, tanpa menikmatinya sama sekali. Hidupku tenggelam dalam kehampaan. Kujalani semua rutinitasku tanpa menikmatinya layaknya sebuah robot yang mengerjakan tugasnya. Memperihatinkan memang, pantas saja jika Mama dan Papa sampai menyarankan ku untuk menikah lagi.Tapi aku tidak bisa melakukan itu. Selama mencari keberadaan Ainun, tak pernah sedikit pun aku berniat untuk menyerah. Meski selam
"Nak Arkan, Ibu tidak tahu ada kesalahpahaman apa antara kamu dan Ainun hingga rumah tangga kalian menjadi kacau seperti ini. Tapi yang Ibu lihat, kalian sama-sama orang baik. Ibu berdoa semoga kalian segera dipertemukan dan dapat menyelesaikan setiap permasalahan yang ada." Itulah doa tulus yang diucapkan oleh Bu Ratna saat melihatku tergugu di hadapannya.Aku tak bisa lagi membendung tangis begitu mulai menyantap menu makan siang yang katanya biasa dimakan oleh Ainun. Rasa sesal itu semakin membuncah tak terkendali hingga aku kesulitan mengontrol emosi. Aku menangis tersedu seperti seorang anak kecil yang takut dihukum setelah melakukan Kesalahan. Tiba-tiba saja aku merasa takut kehilangan. Tak sanggup rasanya jika Ainun dan Farhan benar-benar pergi selamanya dari hidupku, padahal sebelumnya mati-matian aku menolak mereka.Sanubari itu layaknya lautan misteri, sesuatu yang tak bisa dimengerti, pun oleh sang pemilik hati itu sendiri. Begitulah aku yang kini tak mengerti dengan apa ya
Aku menghenyakkan bobot tubuhku pada kursi yang terdapat di teras rumah ibu kost. Cerita tadi tentang Ainun tadi membuat tubuhku seketika menjadi lemas. Tak terbayangkan seberapa besar kesulitan yang Ainun alami karena diriku. Bodohnya aku yang mengira jika kepergiannya malam itu adalah untuk kembali ke rumah kedua orang tuanya. Selama ini, aku terlalu tak peduli pada hidup Ainun hingga tak tahu jika di keluarganya sendiri pun dia diperlakukan dengan buruk. Dan egoisnya lagi, aku tak segera menjemputnya meskipun kemudian tahu dia seorang diri di kontrakan Bu Ratna. Sungguh kejam perlakuanku selama ini padanya. Untuk pertama kalinya aku bersyukur Mama dan Papa begitu menyayangi Ainun selama ini. Entah bagaimana jadinya jika keluargaku juga menolak dan menghujatnya. Mungkin dia akan mengutuk dirinya sendiri karena telah terlahir sebagai sosok yang sulit untuk dicintai.Ainun, sudah berapa banyak luka yang kau rasakan selama ini? Dari sekian banyak orang yang telah menyakitimu, apakah a
Aku keluar dari kantor pengadilan bersama rekan-rekan pengacaraku yang lain. Saat ini kami semua tergabung sebagai tim kuasa hukum yang menangani sebuah kasus perdata yang cukup menyita perhatian publik. Seorang janda satu anak yang menggugat istri siri mendiang suaminya karena telah membuat sertifikat kepemilikan tanah palsu dan menggadaikannya pada bank. Dan parahnya, tanah tersebut merupakan warisan peninggalan orang tua janda tersebut, bukan peninggalan mendiang suaminya.Saat datang untuk meminta bantuan hukum satu bulan yang lalu, aku langsung terenyuh mendengar kronologi yang diceritakan perempuan tersebut. Suaminya menikah siri secara terang-terangan, lalu tinggal dengan istri sirinya dan tak menafkahinya lagi. Tapi tak berselang lama, suaminya itu meninggal mendadak karena sebuah kecelakaan. Semua harta peninggalan sang suami harus dilelang karena ternyata lelaki itu mati dengan meninggalkan banyak hutang. Lalu sekarang, tanah warisan orang tuanya pun tahu-tahu sudah mau disi
Setelah pertemuanku dengan Vina dan pengakuannya yang mengejutkan, aku nyaris tak bisa menguasai emosiku. Ingin rasanya aku melampiaskan kekecewaan dan kemarahanku pada Vina saat itu juga, tapi sebisa mungkin kutahan karena tak ada gunanya aku melakukan itu. Meski begitu, aku benar-benar geram dibuatnya. Bisa-bisanya dia melakukan sesuatu yang menghancurkan kehidupan orang lain dan hanya diam saja melihat kekacauan yang diakibatkan oleh perbuatannya.Sungguh permohonan maafnya saat ini sudah sangat tak berarti lagi. Kehidupanku dan Ainun sudah terlanjur berantakan. Sudah terlanjut banyak luka dan penderitaan yang harus kami rasakan. Jika saja Vina mengungkapkan kebenaran ini lebih cepat, mungkin tidak akan jadi seperti ini. Aku pasti takkan terus-menerus menyalahpahami Ainun, dan Ainun juga tak harus mengalami penderitaan berkepanjangan karena sikap burukku. Kenapa baru sekarang, di saat semuanya telah hancur? Ainun menghilang dengan sejuta luka yang membersamainya, dan aku belum berh
Kembali ke POV Arkan***Lelah sudah aku mencari Ainun. Beberapa orang telah aku sewa untuk menelusuri keberadaannya, tapi tak membuahkan hasil sedikitpun. Aku juga sudah melaporkan perginya Ainun ke pihak yang berwajib sebagai orang hilang serta menyebar selebaran fotonya, berharap ada orang yang melihatnya dan segera menghubungiku. Tapi semuanya sia-sia saja. Ainun menghilang bak ditelan bumi. Tampaknya dia sengaja untuk tak ditemukan lagi olehku. Sejak membaca hasil tes DNA Farhan yang identik dengan DNA milikku, rasa bersalah mulai muncul memenuhi hatiku. Satu persatu kilasan perlakuan burukku terhadap Ainun beberapa bulan belakang mulai berdatangan memenuhi otakku, seperti film yang diputar kembali. Setiap kata-kata buruk yang kuucapkan dengan ketus dan dingin padanya, kini seakan terngiang di telingaku sendiri. Seberapa jahat perlakuanku pada Ainun selama ini, perlahan aku mulai menyadarinya.Mama dan Papa jelas kecewa. Mereka bersikap dingin padaku. Menemukan Ainun adalah harg
Farhan Pramudya. Itulah nama yang diberikan Mama dan Papa pada bayiku. Katanya nama itu memiliki arti kegembiraan, yang berarti kelahiran Farhan adalah sebuah kegembiraan bagi mereka, dan mereka pun berharap hidup Farhan kelak juga dipenuhi dengan kegembiraan.Aku mengamini dalam hati. Aku sungguh berharap kehidupan putraku tak seperti hidupku. Semoga saja dia memang akan selalu gembira tanpa harus merasakan banyak penderitaan seperti ibunya.Tapi semua itu rasanya mustahil jika aku tetap bertahan bersama Pak Arkan. Melihat Pak Arkan yang tetap tak mau mengakui Farhan sebagai darah dagingnya, akupun memantapkan hati untuk mengakhiri pernikahan tanpa masa depan ini. Sudah sedih rasanya melihat Papa yang mengadzani Farhan saat dia lahir, bukan Pak Arkan selaku ayahnya. Kini lukaku bertambah saat Pak Arkan datang dengan mengatakan jika Farhan bukan anaknya di hadapan Mama dan Papa.Kedua orang tuanya marah, tentu saja. Tapi mereka tak bisa melampiaskan kemarahan itu karena tak mau membu
POV AINUN"Biar saya yang masak, Bik," pintaku pada Bik Minah yang sedang sibuk menyiapkan bahan makanan untuk dijadikan menu sarapan.Selepas sholat subuh, aku langsung pergi ke dapur. Pak Arkan sudah memenuhi tugasnya sebagai seorang suami dengan memberikan nafkah padaku, aku pun akan melakukan hal yang sama. Aku juga akan berusaha memenuhi tugasku sebagai seorang istri dengan memberikannya sebuah pelayanan meski tidak sepenuhnya dan tentu tanpa dia sadari."Tidak usah, Bu, biar saya saja yang memasak. Ini sudah jadi tugas saya, lagipula ...." Bik Minah menggantung ucapannya, tak berani melanjutkan. "Saya tahu. Bik Minah pasti berpikir kalau Pak Arkan tidak akan mau memakan masakan yang saya buat." Aku berujar sembari tersenyum tipis.Sejak awal kedatangan kami ke rumah ini, Bik Minah sudah tahu bagaimana hubungan pernikahan kami, jadi aku tak terlalu sungkan mengatakan yang sebenarnya."Bukan begitu, Bu." Bik Minah terlihat tak enak hati."Tidak perlu canggung begitu, Bik. Kenyata
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.