Flashback ... setelah pertempuran di markas pembunuh ....Cotan mengatakan, jika Aaron ingin mengetahui siapa identitas dirinya, maka dia harus bertanya kepada Ares. Setelah menyelesaikan pertarungan dengan pimpinan pembunuh Aaron benar-benar menanyakan perihal tersebut. Dia bertanya siapa sebenarnya Ares dan apakah dia mengetahui sesuatu tentang apa itu Silva. "Akan aku jelaskan secara sederhana. Sepuluh klan saat ini adalah keluarga bangsawan seribu tahun lalu. Kau seorang Silva, seorang yang seharusnya bertakhta sebagai Kaisar dan berhak memerintah mereka dan dunia.""Bagaimana aku harus mempercayai jawabanmu?" tanya Aaron."Aku tidak begitu peduli soal kepercayaanmu. Kau bertanya siapa dirimu ... dan aku menjawabnya. Aku tidak memiliki bukti selain fakta kau mempunyai elemen api. Tentang siapa aku. Kalau jawabannya aku adalah leluhurmu. Apa kau tidak akan percaya juga?""Sudah jelas, kan? Akan terlalu konyol jika kau mengaku sebagai leluhurku. Lagian elemenmu adalah es."Ares tert
13 tahun kemudianDi sebuah apartemen bertingkat. Seorang wanita bercelemek abu-abu meniyicipi makanan di wajan. Dia tersenyum ketika makanan itu dirasa enak untuk dihidangkan sebagai menu sarapan. Kemudian, gadis kecil berusia kisaran 5 tahun keluar dari kamar mandi. Tanpa sehelai benang dia berjalan mengetuk kamar kakaknya. "Kak Ares! Giliran Kakak!" teriaknya. Tanya jadi menghela napas melihat anak perempuannya. Bagaimana bisa dia berkeliaran tanpa mengenakan handuk selepas mandi. Apa tubuhnya kebal akan rasa dingin? "Aaron!" Tanya berteriak, pagi-pagi begini dia sudah kewalahan menghadapi dua buah hati mereka sendirian. "Alice, keringkan badanmu lalu kenalan pakaianmu. Habis itu panggil papamu," pintanya. Gadis kecil itu menangguk. Setelah keluar dari kamarnya, dia memang mengenakan seragam tk-nya namun belum dikancing. Di tangannya menenteng rumpi biru ketika menuju kamar ayahnya. Ketika kembali, gadis itu sudah rapi dengan dasi dan pita di kepala. Di sampingnya ada seseorang
Dalam keadaan di mana malam tidak bisa membuatnya berpikir tentang arah tujuan. Seorang gadis berlari secepat yang dia bisa seolah dikejar kematian. Dia hanya terus maju tanpa arah menembus semak belukar dan ranting pepohonan. Sebagai seorang putri yang tidak pernah mengenal luasnya bumi serta tingginya langit. Dia tidak sadar langkahnya telah membawanya jauh masuk ke dalam hutan. "Argghhh!" Dia terpental ke tanah setelah menabrak dahan pohon yang cukup kokoh. Pandangannya menangkap langit malam yang tidak bisa menampakkan apa-apa selain kegelapan. "A-Ayah ... " Sambil memegangi dadanya yang berdarah, gadis itu mencoba menstabilkan napas yang naik turun. Rasa perih terasa amat menyakitkan di tubuhnya yang lelah dan luka-luka. Aku tidak boleh mati di sini. Orang-orang biadab itu harus membayarnya! Membayangkan kembali apa yang terjadi pada keluarganya. Kebencian yang murni menjalar ke seluruh tubuh gadis tersebut. Dia berusaha mendapatkan pijakannya kembali. Dengan langkah yang p
Dalam perjalanannya menuju gunung es, lelaki tanpa pakaian itu berhenti sebentar di atas pohon. Dia menatap gunung es yang kurang lebih berjarak 20 kilometer lagi. Gunung es tersebut menjulang tinggi dan menembus awan hitam yang selalu berotasi di atasnya. Memasukan energi roh lebih banyak ke tubuh fisik dia kembali melanjutkan perjalanannya. Mengkombinasikan energi roh dengan energi fisik adalah kemampuan dasar seorang ahli beladiri. Mereka melakukan hal tersebut untuk meningkatkan kekuatan, mobilitas, dan mengurangi penggunaan energi fisik murni agar tidak cepat kelahan. Sesampainya memasuki kawasan hutan mati. Walaupun di tanah terlihat berlumpur dan mengandung banyak air. Tapi hanya eksistensi seperti monster kuat yang akan ada di sana. Kawasan hutan mati meliputi radius 15 kilometer dari gunung es. Tumbuhan maupun hewan buas sekalipun tidak bisa bertahan hidup di sana. Lelaki tersebut menatap beberapa monster yang berada di lintasannya. dia lalu berlari ke depan dan menghajar
"Tidak ada satupun manusia di bumi ini yang bisa membunuhku. Kau tahu? beberapa saat lalu seekor monster menatapku persis seperti yang kamu lakukan sekarang. Kemudian aku memecahkan kepalanya." Tanya bergidik ngeri mendengarnya. Tidak seperti laki-laki umum yang memperlakukannya seperti ratu. Lelaki itu bahkan tidak menunjukkan sedikit saja rasa belas kasih. "Terlepas kamu dewa atau semacamnya. Kamu adalah laki-laki ... dan orang kuat sepertimu harusnya memberi rasa aman untuk gadis kecil sepertiku!" tukas Tanya. Alih-alih mendengarkan, dewa tersebut malah perlahan mendekatinya. "Kau! Berhenti di sana!" teriak Tanya, ada kekhawatiran di nada suaranya yang tinggi. "Sudah kubilang seharusnya kamu melindungiku!" Dewa tersebut berhenti tepat di depannya, mata indah itu lebih indah jika dilihat dari dekat. Dia sempat terpana tetapi dengan cepat menggeleng kecil agar segera sadar. "Apa untungnya melindungimu?" tanya dewa itu membuka mulut. "Aku adalah seorang tuan putri. Banyak orang
Malam kembali tiba dan hutan menjadi gelap gulita. Tidak ada cahaya bulan yang mencuri ruang di sana. Hal itu dikarenakan awan gelap yang merotasi sepanjang waktu di atas kawasan hutan tersebut. Tadi siang dewa itu memberinya banyak buah dan Tanya menghabiskan semuanya. Walaupun tidak sepenuhnya pulih, Tanya cukup bugar sekarang. Dengan dahi berkerut dia menatap dewa yang berada di seberang api unggun itu. "Apa tidak akan sakit perut jika kita memakan ikan itu?" Tanya berkomentar ketika ikan yang dibakar dewa tersebut menghitam. "Mereka tampak gosong dan tidak bisa dimakan," lanjutnya kemudian. "Kalau kau tidak ingin. jangan memakannya. lagi pula kau makan banyak sekali buah siang tadi. Aku tidak percaya ada orang dengan nafsu makan sepertimu." "A-aku hanya mempertanyakan keamanannya. Aku juga mau makan ikan gosong. Soal makan siang, itu sudah lama sekali dan sangat wajar bagiku menghabiskannya. Kau sendiri yang mengatakan bahwa balok es itu mengambil energiku. Aku perlu memuli
"Kamu bisa meminta apa saja. Bagaimana? mau mengajariku?" Tanya kembali menawarkan. Dia memberi senyum terbaiknya, berharap laki-laki itu luluh. Tidak lupa gadis itu juga menambahkan ekspresi penuh harap. "Baiklah. Kalau begitu aku minta ...." Lelaki itu menggantungkan kata-katanya. Matanya menjalar dengan niat tak terdefinisi. Tanya melayangkan sorot tajam saat menyadari apa yang di inginkan lelaki di depannya. Dia membuat gerakan mempertahankan diri. "Bermimpilah! Dasar mesum!""Kalau begitu bermimpi lah juga untuk aku ajari.""Kau ...." Mulut Tanya langsung sulit digerakkan. Di depannya benar-benar lelaki jahat yang memanfaatkan keadaan. "Pasti ada kan yang kamu mau selain hal-hal melanggar aturan itu?""Aku ini dewa yang bisa melakukan apa saja. Jadi, tidak ada yang aku inginkan selain hal tersebut. Lagipula aku meminta dengan cara yang benar.""Dari sisi mana ini disebut benar? kau orang jahat yang memanfaatkan keadaan." Tanya tidak mungkin mengabulkan permintaan orang ini.
Tanya berpikir sejenak, di kediaman utama klan Quinn akan diadakan beberapa acara tiga bulan lagi. Nantinya, para pimpinan keluarga cabang akan berkumpul di sana juga. Pulang pada saat itu adalah waktu yang tepat. Sebab, mereka bisa menggelar rapat untuk menyikapi dan mengambil tindakan terhadap pembantaian yang menimpa keluarga cabang yang dipimpin oleh Robert Quinn. "Kamu harus mengajariku selama tiga bulan. itu waktu yang singkat bukan?""Itu waktu yang terlalu lama. Aku masih memiliki tugas yang mesti di selesaikan. Akan sangat merepotkan melibatkan perempuan tidak berguna sepertimu.""Itu sangat jahat untuk dikatakan. Memang tugasmu sesulit apa, hah? lagipula seorang dewa tidak masalah direpotkan oleh perempuan cantik sepertiku."Dewa itu menghiraukan pernyataan Tanya, dia sama sekali tidak berniat lagi melanjutkan percakapan. "hei, aku menunggu jawabanmu!""Bukankah sudah jelas? Tidak ada perubahan hanya karena kamu cantik atau aku yang seorang dewa."Dewa itu memejamkan matany