Share

5. Fakta Tidak Sesuai

Pagi ini Angel menghadiri sebuah sarapan ala keluarga konglomerat yang bahagia. Semua ini dilakukan karena menurut informasi yang entah Danu Lazuardi dapatkan dari mana bahwa ada media yang ikut menyusup ke hotel hanya demi mendapatkan satu berita mengenai kehidupan dua keluarga konglomerat yang bersatu. Tidak tahu saja jika keluarga ini palsu.

Pandangan Angel kini tertarik kepada seorang gadis berusia dua puluh satu tahun yang tengah mengaduk-aduk makanannya dengan malas. Adik tiri Kana itu tampak bosan. Sama seperti Angel.

Rania Lazuardi. Adik dari Kana dan Saka beda ibu itu masih duduk di bangku kuliah semester akhir. Sekilas wajahnya begitu mirip dengan Ratna yang begitu cantik.

“Selama Saka nggak ada, kamu datang ke kantor untuk menggantikan dia, Kana,” Danu yang mulanya mengobrol mengenai bisnis dengan besannya mendadak menatap ke arah satu-satunya putranya yang tersisa.

“Papa yakin? Nggak takut perusahaannya hancur dalam beberapa jam?” Kana tersenyum miring menatap ayahnya. Meledek lelaki yang telah berkontrubusi untuk membuatnya hadir di dunia ini.

“Kamu-“ Danu tidak bisa berkata-kata lagi menghadapi Kana.

Menghela napasnya, Danu kemudian berkata.

“Papa nggak mau tahu. Kamu harus datang. Lagipula, sudah cukup main-mainnya, Kana. Kamu harus ikut andil dan membantu Saka untuk keberlangsungan perusahaan,” tegas Danu. Lelaki itu bahkan tidak segan menegur putranya di depan besannya.

Ratna memberi kode ke arah suaminya. Tidak ingin besan mereka mendengar hal yang cukup pribadi dan sensitif ini. Tetapi Danu sendiri sudah kehilangan kesabaran melihat Kana yang terus bermain-main dan melanglang buana tanpa tujuan. Anak lelakinya ini tidak bisa selamanya hanya bergantung kepada saudaranya.

“Oke. Kana juga nggak ada pilihan kan?” Kana mengedikkan bahu cuek. Pasrah jika dirinya besok harus datang ke kantor menggantikan saudaranya.

“Tapi, menurut aku ada baiknya Kana dan Angel bulan madu terlebih dahulu. Media pasti masih mengincar mereka dan merasa aneh kalau Kana langsung masuk kantor,” ucap Kartika Wijaya memberikan pendapat.

“Bener. Ada baiknya besok mereka berangkat honeymoon dulu. Aku bakal siapin semuanya,” Ratna berkata dengan yakin. Meski persiapannya sangat mepet, perempuan itu percaya diri bisa menyelesaikan segala persiapan tepat waktu. Mereka punya jet pribadi. Apa masalahnya?

Kana menyela.

“Nggak perlu repot-repot. Kita berdua cukup sembunyi aja dalam rumah. Beres kan?” Kana melihat ke arah sekitarnya. Tatapan semua orang di sana tampak tidak setuju. Tentu terkecuali Angel yang memang sependapat dengan Kana juga Rania yang tampak tidak peduli.

“Tidak bisa, Kana. Mama yakin mereka akan menyusul dan mengikuti kemanapun kalian pergi. Bahkan bisa aja mereka berjaga di depan rumah. Paling aman memang kalian harus pergi. Nanti akan Mama aturkan semuanya. Kamu dan Angel hanya terima beres,” Ratna menolak mentah-mentah usul Kana.

“Oke. Jangan lama-lama,” ucap Kana pada akhirnya.

Angel menatap lelaki di sebelahnya. Sangat setuju karena dirinya harus menyelesaikan misinya dan tidak bisa terlalu jauh dari keluarga Lazuardi. Angel juga paham dengan alasan Kana menolak acara honeymoon mereka mentah-mentah. Karena… Hei! Mereka berdua bukanlah pasangan. Kenapa juga harus pergi honeymoon?

***

Angel menatap kamar besar milik Arsaka Lazuardi yang terpampang di depannya. Kamarnya cukup luas. Tidak. Bahkan sangat luas.

Gadis itu berjalan pasrah ke arah ranjang dan duduk di sana. Mencoba menerima nasib karena harus satu kamar dengan Kana di kamar milik Saka.

Ini semua karena Ratna yang begitu antisipasi takut bahwa di antara banyaknya pelayan yang ada di rumah keluarga Lazuardi akan ada yang berkhianat dan menjual informasi di dalam rumah kepada wartawan.

I’m so sorry, tapi kamu memang harus terima nasib untuk satu kamar lagi dengan aku, Nona. Entah sampai kapan. Mungkin seumur hidup?” Kana terkekeh garing di akhir kalimatnya.

Angel menatap lelaki yang baru saja masuk ke dalam kamar itu sembari menutup pintu. Sebelum pada akhirnya berujar. Membalas perkataan yang baru saja Kana lontarkan.

“Yaa mau bagaimana lagi? Dalam mencari uang terkadang harus ada sesuatu yang perlu dikorbankan bukan? Orang yang nggak tahu gimana susahnya cari uang dan bisanya cuman jadi beban mana mengerti,” sindir Angel kepada lelaki di depannya.

Entah tingkat kepekaan Kana yang memang di bawah standar atau lelaki itu memang selalu santai dalam menghadapi cibiran orang, Kana tampak tidak terpengaruh.

“Ya! Aku suka pemikiran itu,” Kana mengangguk menyetujui yang justru membuat Angel melotot. Shock dengan ketidaksadaran diri Kana.

Setelahnya, dengan cuek Kana melepaskan kaus yang dikenakannya di depan Angel.

“Eits!” Angel merentangkan tangan ke depan menutupi pemandangan indah di depan sana.

“Kenapa? Kamu nggak perlu sok malu seperti itu,” Kana tersenyum miring dan melempar kausnya ke arah Angel.

Angel mendengus. Tangannya meraih kaus Kana yang menutupi wajahnya. Untung tidak bau. Meski begitu, Angel tetap tidak terima. Lelaki itu benar-benar keterlaluan. Dan apa maksudnya dengan kata-kata ‘sok malu’?

“Sok malu? Maksudnya?”

Kana berjalan ke arah Angel. Menunduk menatap Angel yang terduduk di atas ranjang. Telunjuknya mengangkat dagu Angel lebih tinggi hingga mata mereka bertemu.

“Memang nggak kayak gitu?” Kana justru bertanya balik.

Angel menepis tangan lelaki itu. Membersihkan dagunya yang usai disentuh Kana hingga mengundang tawa lelaki itu.

“Aku bukan sok malu. Tapi badan kamu itu bisa bikin mata orang sawan!” ketus Angel.

“Bikin mata orang sawan? Oh ya?” Kana tak percaya itu. Lelaki itu merapatkan badannya ke arah Angel membuat gadis itu justru terbaring di atas ranjang.

Kini, Kana sudah berada di atas tubuh Angel. Menyangga tangannya di sisi kepala Angel.

“Ayo kita lihat, apa yang bisa dilakukan oleh badan yang bikin mata orang sawan ini,” Kana menyeringai.

Jantung Angel berdetak keras. Tidak mungkin dirinya terkena penyakit jantung secara mendadak begini kan? Sebagai seorang agen, Angel secara berkala selalu melakukan tes kesahatan secara menyeluruh. Dirinya tidak pernah sekalipun mendapat hasil dimana jantungnya terdapat masalah. Lalu, kenapa sekarang berdetak sangat cepat dan tidak normal seperti ini?

Tangan Angel mencoba menahan dada Kana yang sialnya sangat bidang. Lelaki itu tampaknya begitu rajin berolahraga hingga badannya terbentuk sempurna seperti ini.

Sial. Kenapa Angel jadi malu-malu begini? Biasanya juga dirinya sudah biasa dengan hal-hal seperti ini saat menjalankan misinya.

“Kana, kamu gila? Minggir!” sentak Angel sok berani.

“Kalau tidak mau?” bisik Kana lirih.

Angel menatap lelaki itu tajam. Meski jauh di dalam sana jantungnya sedang sangat ribut.

“Jangan gila! Kita bukan suami istri!” peringat Angel.

Kana abais dengan peringatan Angel. Hidung mancungnya menyusur di pipi Angel dan semakin turun ke rahang gadis itu. Napas Angel tercekat. Hembus napas panas milik Kana terasa di lehernya. Kemudian wajah lelaki itu kembali naik dan berhenti tepat di telinga Angel.

“Tapi semua orang tahu bahwa kita itu suami istri, My Angel,” Kana tersenyum miring.

Dan Angel tidak tahu. Kenapa aura Kana sangat mendominasi? Bukankah seharusnya lelaki itu hanyalah beban keluarga tidak kompeten di keluarga Lazuardi?

Meski terkadang fakta di lapangan tidak sesuai dengan data, tetapi Kana terlalu berbanding terbalik.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status