Ki Seno benar-benar menyerah terhadap Mahasura yang selalu saja menjawab tegurannya dengan berbagai alasan yang tidak masuk akal.seperti sekarang.
Ki Seno selalu mengajarkan hal-hal yang benar, yang membuat Mahasura sangat patuh dan rajin sejak kecil.
Namun menginjak usia remaja, Mahasura mulai sering membangkang dengan tidak mau membantu Ki Seno lagi.
Bahkan terkesan Mahasura tidak menghormatinya sama sekali, yang telah merawat anak itu hingga seperti sekarang.
Ada saja alasan pemuda pemalas ini untuk menghindari pekerjaan yang disuruh oleh Ki Seno kepadanya.
Mahasura lebih suka tidur-tiduran dan bermalas-malasan untuk mendapatkan mimpi yang indah baginya.
Namun, Mahasura mulai kena batunya dengan mengalami mimpi yang buruk dan berulang-ulang, bahkan dia bisa menyambung mimpinya yang terputus, entah karena terbangun oleh teriakan Ki Seno atau mengalami kejadian buruk yang membuatnya ketakutan sehingga terbangun dari tidurnya.
Mahasura yang tertidur lelap setelah ditinggalkan Ki Seno, mulai bermimpi yang sangat aneh.
Mimpi yang dirasakan Mahasura sekarang ini sangat berbeda dengan mimpi yang dialaminya sebelumnya, karena dia merasa dirinya sendiri seakan berada di dalam mimpi tersebut.
Tidak pernah Mahasura merasakan mimpi yang begitu nyata baginya, seakan dia memang berada di alam mimpi tersebut seperti di kehidupan nyata.
Mahasura bahkan sudah tidak bisa membedakan antara dia sedang bermimpi atau tidak.
Pemuda pemalas ini dalam mimpinya, sedang tertidur dalam sebuah kapal nelayan yang sedang merapat di pelabuhan.
Tanpa disadari oleh Mahasura, nelayan ini pergi ke tengah samudra Naga untuk menangkap ikan dengan membawa Mahasura bersamanya.
Dalam mimpinya ini ada suara yang terus menerus memanggil namanya.
"Mahasura .... Mahasura ... saatnya memenuhi takdirmu! Jangan lari dari takdir, Mahasura!"
Suara tersebut lama kelamaan menjadi semakin kencang hingga memekakkan telinga.
Mahasura sampai terbangun oleh suara keras ini dalam mimpinya.
"Siapa yang melawan takdir? Aku saja tidak tahu apa takdirku sesungguhnya!" gumam Mahasura. "Aku ada di mana ya sekarang?"
Mahasura yang terbangun berusaha melihat sekelilingnya.
Ternyata dia masih berada di kios pasar tempatnya tidur tadi.
Kakeknya sudah hilang dari hadapannya. Mungkin sedang berjualan di pasar tanpa dibantu oleh cucunya yang sangat pemalas ini, atau mungkin juga sudah pulang ke rumah.
"Mimpi yang aneh .... kenapa aku terus mengalami mimpi yang tidak masuk akal ini? Siapa yang terus menerus memanggil namaku ini!" katanya dalam hati.
Belum sempat lama berpikir, otaknya menjadi lelah membuat pemuda pemalas ini tertidur kembali.
Mimpinya berlanjut lagi di atas kapal nelayan yang berlayar di tengah Samudra Naga.
"Kok aku tetap berada di mimpi yang sama? Ada yang tidak beres ini!" ujarnya dalam hati.
Mahasura Arya berada di atas kapal nelayan yang cukup besar yang memang diperuntukkan untuk menangkap ikan yang lebih besar di tengah Samudra Naga .
Seorang nelayan yang sudah setengah baya tampak tidak mempedulikan Mahasura yang sedang tertidur di kapalnya. Inilah yang membuat Mahasura heran, karena dia tidak mengenali nelayan yang sedang menangkap ikan di Samudra Naga ini.
"Paman ... apa paman tidak takut akan muncul Naga Samudra?" tanya Mahasura kepada nelayan ini.
Nelayan setengah baya ini memandang Mahasura dengan heran, seakan pertanyaan Mahasura ini tidak masuk akal baginya.
"Kami belum pernah bertemu Naga Samudra yang dikabarkan menghuni dasar Samudra Naga ini!" jawab nelayan ini dengan santai tanpa rasa takut.
"Berarti hanya rumor ya paman? Naga Samudra ini sebenarnya tidak ada!" ujar Mahasura.
"Aku tidak tahu! tapi aku tidak ingin bertemu Naga Samudra kalaupun naga ini ada dan berada di dasar Samudra Naga."
Tiba-tiba Mahasura merasakan adanya tarikan tenaga yang kuat yang berasal dari dasar samudra tepat di bawah kapal nelayan ini.
Tarikan ini semakin lama semakin kuat terhadap diri Mahasura, yang membuat pemuda pemalas sedikit khawatir dan ketakutan.
"Kok rasanya tubuhku terus ditarik-tarik ke dasar Samudra Naga ini ya ... serem banget!" ujar Mahasura dalam hati.
"Kenapa anak muda? Kamu takut dengan Naga Samudra?" tanya nelayan tadi lagi.
"Aku tidak takut, paman! Aku juga tidak percaya kalau Naga Samudra itu nyata!" jawab Mahasura di dalam mimpinya ini.
Mahasura mulai merasakan keanehan antara mimpi dan kenyataan yang sekarang berbeda sangat tipis.
"Terus kenapa kamu melihat ke arah bawah samudra ini terus?" tanya paman nelayan.
Mahasura tidak menceritakan tentang energi yang ingin menariknya untuk turun ke dasar Samudra Naga.
"Ini mimpi apa nyata sih? Kok rasanya nyata sekali!" gumam Mahasura dalam hati.
Mahasura mulai merasakan ketakutan dengan mipinya sendiri. Mimpi yang awalnya indah baginya untuk pengantar tidur, kini menjadi menyeramkan buatnya.
"MAHASURA!!!" Teriakan kencang dari kakeknya, Ki Seno lagi-lagi membuatnya meninggalkan mimpi anehnya ini. "Kakek kenapa sih, teriak-teriak terus?" tanya Mahasura. "Kamu itu, dari tadi tidur terus ... kakek sudah selesai menjajakan dagangan sayur, kamu masih saja tidur di tempat yang sama!" gerutu Ki Seno. "Aku sedang cari inspirasi Kek! Biar bisa jadi pemuda yang berguna seperti keinginan kakek!" kata Mahasura membela diri. 'Tapi bukan dengan cara tidur terus kan?" tanya Ki Seno yang mulai sewot dengan cucunya ini. "Aku sedang bermimpi yang aneh Kek ... aku lanjutin dahulu ya, nanti aku pulang Kek!" kata Mahasura yang kembali tertidur dengan cepatnya. Ki Seno hanya mengusap dada saja melihat kemalasan dari cucunya ini. "Kamu beda sekali dengan ayahmu yang seorang pendekar sakti, serta ibumu yang seorang Dewi kultivator," gumam Ki Seno sambil meninggalkan Mahasura. Siapa sebenarnya pendekar yang dimaksud oleh Ki Seno? Pemuda pemalas yang ditinggalkan Ki Seno, tertidur dengan
"MAHASURA!!!" Teriakan yang sangat didambakannya akhirnya membuat Mahasura terbangun dari tidur dan mimpi buruknya. Suara kakeknya yang biasa membangunkannya kalau dia tertidur, tapi masih belum jelas baginya. Tapi anehnya dia tidak berada di Kios pasar tempat dia tidur sebelumnya, yang membuat pemuda pemalas ini bingung dengan kondisi lingkungan di sekitarnya. "Aku ada di mana ya?" gumamnya. "Seingatku terakhir aku terjatuh ke dalam laut, kenapa sekarang aku berada di sini?" Mahasura berada di sebuah pulau yang indah dengan pantai yang terbentang di hadapannya, tapi pulau ini hanya satu-satunya pulau yang ada. Sepanjang mata memandang, hanya terlihat lautan dan batas lautan yag terbentang luas. "Apa aku masih bermimpi?" gumamnya. "Kenapa aku bisa berada di pulau yang indah ini? Siapa yang tadi memanggilku? Seperti suara kakek ..." "MAHASURA!!!: Lagi-lagi Mahasura mendengar namanya dipanggil dengan kencang. Suara teriakan ini mirip suara kakeknya tapi dia tidak melihat wujud
Huuuaah .... Huaaaah ... Huuuaah! Mahasura mulai merasakan dirinya sulit bernafas di pulau yang indah ini. Mendadak pulau ini tidak ada udara sama sekali yang membuat dirinya terengah-engah berusaha menghirup udara untuk bernafas. "Aneh! Kenapa udara di sini rasanya sedikit sekali!" ujar Mahasura. "Kenapa aku sulit sekali bernafas di pulau ini?" Bleeep .... Bleeep .... Bleep Seluruh mulut dan hidungnya seperti kemasukan air yang membuatnya tidak bisa bernafas. "Aneh sekali! Aku sedang berada di daratan, kenapa rasanya sedang tenggelam di dalam air?" pikir Mahasura yang seperti bernafas di dalam air. "Anak muda! Bangun, anak muda!" Terdengar olehnya suara paman pemilik kapal yang ditumpanginya. Mahasura memuntahkan air laut yang tertelan olehnya saat tenggelam ke dalam laut. Matanya perlahan terbuka dan melihat paman nelayan sedang berusaha menyadarkannya dan mengeluarkan air laut yang tertelan olehnya. "Aku masih berada di atas kapal nelayan?" gumamnya tidak percaya. "Apa y
Mahasura Arya, pemuda pemalas yang kerjanya tidur-tiduran terus, kali ini kena batunya dengan mengalami mimpi terus menerus yang membawanya ke tempat yang sama terus menerus, yang mulai membuatnya ketakutan. Mahasura seakan tidak bisa terbangun dari mimpinya yang sangat lama sepanjang hidupnya. Bahkan dia mengalami mimpi di dalam mimpi yang membuatnya sulit untuk kembali ke dunia nyata tempatnya bermalas-malasan dan tidur seharian. Anehnya, pemuda pemalas ini terus kembali lagi ke pulau misterius yang disinggahinya dalam mimpi saat dirinya tercebur ke dalam laut dari atas kapal nelayan. "Apa saat ini aku tertidur di dalam kapal nelayan, atau aku tertidur di dalam kios pasar?" gumam Mahasura mencoba memikirkan kejadian yang menimpanya. Mahasura Arya sudah beberapa kali mencoba agar bisa terbangun dari mimpi buruk ini, tapi dia selalu terbangun di alam mimpi sebelumnya yang kemudian membuatnya bermimpi kembali. Seluruh kejadian mengarahkannya ke Pulau Misterius ini. ARYA ... Su
MAHASURA! Terdengar olehnya suara kakeknya yang sangat dinantikannya sedari tadi. Mahasura Arya terrbangun di atas kios pasar saat dipanggil kakeknya untuk pulang karena hari sudah malam. "Kakek! Senang sekali mendengar suara Kakek!" seru Mahasura yang terbangun dan berada di alam nyata yang dikenalnya. "Tidak biasanya kamu senang melihat kakek!" ujar Ki Seno. "Kamu pasti mimpi buruk ya, makanya senang melihat kakek karena sudah dibangunin!" "Apa kata kakek saja! Yuk Kek, kita pulang!" kata Mahasura sambil mendorong gerobak sayur kakeknya. Tapi Mahasura terkejut, begitu dia meninggalkan area pasar tempat kakeknya berdagang sayur dan buah, tampak di depannya hutan yang gelap lagi. "Ternyata aku belum terbangun sama sekali! Atau ini kejadian yang nyata, sedangkan tadi bertemu kakek adalah mimpiku?" Mahasura mulai bimbang terhadap mimpi yang dijalaninya ini nyata atau tidak. Kakeknya sudah tidak ada di sampingnya. Bahkan gerobak sayur yang tadi didorongnya juga lenyap dari hada
Penduduk Kota Naga Langit hanya mengenal kakek penjual sayur ini sebagai Ki Seno.Tidak banyak yang tahu nama asli dari Ki Seno, bahkan mungkin tidak ada satupun penduduk Kota Naga Langit yang mengetahui nama aslinya.Senopati Aryawiguna adalah nama asli dari Ki Seno, yang tidak pernah digunakannya lagi.Nama ini sempat menguncangkan dunia persilatan Benua Selatan yang lebih dikenal dengan Pendekar Penguasa Api.Bahkan Ki Seno memiliki Fire Devil, sebutan Iblis Api yang bersatu dengan tubuhnya.Pertarungan terakhir Ki Seno adalah melawan Pendekar Pedang Dewa Naga di atas pegunungan Awan Surga, yang terjadi sebelum menghilangnya Pendekar Pedang Dewa Naga ini.Banyak yang tidak tahu tentang pertarungan antara dua pendekar besar ini.Dunia Persilatan hanya mencatat pertarungan terakhir Pendekar Pedang Dewa Naga dengan Pendekar Lembah Iblis.Ki Seno memiliki ilmu kehidupan abadi seperti Immortal di dunia kultivator, sehingga kakek sakti ini masih hidup sampai sekarang."Ravindra! Kamu mem
"Kamu sedang mengandung?" tanya Senopati yang sedang dilanda kebingungan."Istriku sedang mengandung, Senopati! aku harap kamu bisa menunda keinginanmu menghabisi Adhisti sampai bayi kami lahir!" seru Ravindra."Kalian ini suami istri?" tanya Senopati lagi."Memangnya kenapa kalau kami ini suami istri?" tanya Ravindra.Senopati tampak terkejut melihat kejadian yang sangat tidak diduganya.Pendekar Pedang Dewa Naga dan Pendekar Lembah Iblis ternyata sekarang adalah pasangan suami istri. Pantas saja Pendekar Pedang Dewa Naga tidak pernah muncul lagi setelah pertarungan dengan Pendekar Lembah Iblis."Kapan kejadiannya?" tanya Senopati."Setelah aku tahu kalau Adhisti tidak sejahat yang dikabarkan pendekar persilatan! Semua itu hanya rumor belaka yang ingin menjatuhkan nama Pendekar lembah Iblis!" sahut Ravindra."Terima kasih sudah menyelamatkan nyawaku!" kata Senopati sambil memberi salam kepada Adhisti."Aku tahu Pendekar Penguasa Api adalah pendekar hebat, yang mengutamakan kebenaran,
"Mahasura!"Panggilan lembut dari suara kakeknya membangunkan Mahasura Arya yang ternyata masih tidur di kios pasar Kota Naga Langit."Kakek? Sejak kapan kakek berada di sini?" tanya Mahasura yang masih mengucek-ngucek matanya yang belum sepenuhnya bisa melihat jelas."Kamu dapat pedang di sampingmu ini darimana?" tanya Ki Seno."Aku juga tidak tahu, Kek! Aku hanya bermimpi ditarik kekuatan dari dasar Samudra Naga ke dasar samudra yang dalam, tapi kemudian ditolong oleh nelayan. Aku sudah memegang pedang ini dalam mimpi, tapi kok bisa muncul di dunia nyata ya, Kek? Apa mimpiku itu nyata?" tanya Mahasura."Kamu tahu pedang ini sebenarnya pedang apa?" tanya Ki Seno lagi."Pedang Dewa Naga, Kek! Itu kata nelayan yang menolongku dalam mimpi, apa nyata ya? Aku tidak tahu , Kek!' ujar Mahasura kebingungan."Benar sekali! Pedang ini merupakan milik leluhurmu yang terkenal sebagai Pendekar Pedang Dewa Naga," jelas Ki Seno."Tapi Kek, kenapa pedang ini bisa muncul dari alam mimpi ya?" tanyaa M