Di restoran.Kelven memesan banyak makanan kesukaan Delis.Namun, melihat bahwa Delis tidak hanya makan sedikit, dia juga enggan menyentuh banyak hidangan. Kelven bertanya dengan khawatir, “Kenapa? Nggak selera ya?”Delis menggelengkan kepala.“Kenapa hanya makan sedikit?”“Aku mau makan buah lebih banyak.”Sambil berbicara, Delis mengambil piring buah dan mulai makan dengan lahap.Kelven dengan elegan memotong steak dan memakannya. Setelah menelannya, dia kembali melihat Delis dan bertanya, “Setelah makan, pulang bersamaku ya?”Delis mengangguk seperti seorang anak kecil yang patuh, “Iya~”“Jangan bertengkar lagi denganku ya.”“Iya.”Delis masih menganggukkan kepala.Tiba-tiba terlintas sesuatu dalam pikiran Delis, dia melihat pria di hadapannya, suaranya pelan saat dia bertanya, “Kelven, kamu benar-benar nggak mau aku melahirkan anak untukmu?”Mendengar itu, Kelven menatapnya dan menjawab, “Kamu masih muda dan masih kuliah, jangan dulu memikirkan untuk memiliki anak.”“Bagaimana ka
Kelven pergi ke lantai atas kembali ke kamarnya dan melihat Delis tengah bersandar di tempat tidur. Dua kaki kecilnya menggangung di samping tempat tidur, mengayunkannya seolah-olah sedang melepaskan kekesalan.Kelven mendekat dan bertanya, “Marah lagi?”Delis tidak mengangkat kepala, tetapi dia mengayunkan kakinya beberapa kali, dengan kesal menjawab, “Nggak.”“Baguslah kalau nggak marah.”Kelven benar-benar kehilangan kesabaran untuk menghibur satu per satu.Dia berbalik dan masuk ke ruang ganti untuk mengganti pakaian.Tidak mendengar suara apa-apa untuk waktu yang lama, Delis perlahan-lahan memiringkan kepalanya untuk mencari Kelven.Melihatnya di dalam ruang ganti, Delis berdiri dan perlahan mendekat. Delis menyandarkan dirinya di dinding sambil bertanya dengan suara lembut, “Kamu mau keluar?”“Iya, pergi ke kantor.”Gerakan Kelven yang sedang mengikat dasi terhenti sejenak dan melihat ke arah Delis. "Sini."Delis dengan patuh berjalan mendekat dan berdiri di depan Kelven.Delis
Setelah menerima alamat dari Nadya, yang ternyata berada di sebuah KTV biasa, Delis tidak banyak berpikir dan langsung memesan taksi untuk pergi.Setelah menemukan ruangan yang disebutkan Nadya, Delis langsung membukanya.Di dalam ruangan yang gelap, hanya ada Nadya. Saat melihat Delis datang, Nadya langsung menyambutnya, “Delis, sampai juga kamu.”Delis mengangguk dan mengeluarkan hadiah yang dibawahnya, menyerahkannya pada Nadya dan mengucapkan, “Selamat ulang tahun.”Nadya melihat hadiah itu, ragu sejenak, kemudian akhirnya menerimanya, “Terima kasih, sini duduk. Aku sudah memesan alkohol. Hari ini hanya ada kita berdua, kita harus minum sampai mabuk.”Melihat sejumlah botol alkohol yang sudah dibuka di meja, Delis menolak, “Aku alergi alkogol, nggak bisa minum.”Sebenarnya karena dirinya hamil, jadi tidak bisa minum alkohol.Ekspresi wajah Nadya berubah. “Begitu? Kalau minuman manis lain?”Delis juga menggelengkan kepala. “Aku juga alergi minuman berwarna, aku minum air putih saj
Siang-siang bolong, siapa yang begitu berani mencari masalah orang terdekat Kelven.Benar-benar sudah bosan hidup.Tidak banyak bertanya, Kelven langsung melihat ke arah pintu. “Mudi.”Pak Mudi langsung membuka pintu dan masuk. “Ada yang bisa dibantu pak?”“Selidiki kejadian yang dialami Delis hari ini, berikan aku hasilnya malam ini.”Pak Mudi mengangguk dan hendak keluar, Delis buru-buru berkata, “Di KTV Zest, kalian juga bisa cari temanku, namanya Nadya. Tapi jangan sebutkan identitasku. Katakan saja kalian dari kepolisian, dia seharusnya akan bekerja sama dengan kalian.”Pak Mudi mengangguk dan menutup pintu dengan pelan sebelum pergi.Delis mengalihkan pandangannya dan kembali bersandar di pangkuan pria itu, kedua tangannya merangkul leher pria itu.Kelven mengingatkannya, “Jangan menebak sesuatu tanpa bukti.”“Hm?”Delis duduk tegak dan menatap pria di depannya, mengernyit. “Kamu merasa aku sedang menuduhnya?”Ekspresi wajah Kelven terlihat sedikit muram. “Semua hal harus ada bu
Ketika Herli mencoba menciumnya, Kelven menghindar dengan raut wajah muram.Dia menatap wanita di sampingnya dan bertanya, “Sudah bisa melihat?”Herli panik dan dengan hati-hati menjawab, “Ngg … ak.”“Kalau belum, jangan asal bergerak. Tunggu saja di sini, aku pergi ganti baju.”Usai bicara, Kelven berdiri dan tanpa memedulikan Herli, dia dengan cepat berjalan ke lantai atas.…Di dalam kamar, Delis dengan marah mengambil bantal dan membantingnya ke lantai. Masih belum merasa puas, dia juga menginjak-injaknya dengan keras.Kelakuan Kelven tadi, jelas-jelas sangat menikmati Herli mendekat padanya.Masih mengatakan semuanya hanya untuk menebus rasa bersalahnya. Menurut Delis, Kelven hanya tak bisa menahan godaan wanita cantik.Memang semua pria sama saja, tidak bisa menolak godaan wanita.Delis sangat marah dan menginjak-injak bantal di lantai dengan keras lagi.Di pintu kamar terdengar suara lembut seorang pria, “Mau ribut lagi?”Delis menoleh ke arah suara itu, teapi hanya melihat seki
Malam hari.Setelah menjaga Herli hingga tidur, Kelven kembali ke kamar tidur utama dan mendapat panggilan telepon dari asistennya, Mudi.Dalam telepon, Mudi berkata, “Pak Kelven, kami sudah menyelidikinya. Rekaman CCTV di KTV sudah dihancurkan dan kami belum menemukan siapa pelaku yang ingin mencelakai Nona Delis.”Ekspresi wajah Kelven sangat serius. “Jadi ini hasil yang kamu berikan padaku?”“Maaf, aku akan berusaha menyelidikinya lagi.”Kelven menutup telepon dan melangkah masuk ke kamar tidur.Delis sudah berbaring di tempat tidur sejak tadi.Dia sangat kesal.Sangat tidak suka melihat Kelven dekat dengan wanita lain.Delis tak tahu berapa lama dirinya bisa bertahan dalam situasi seperti ini.Mendengar suara langkah kaki, Delis perlahan duduk dan melihat Kelven yang belum mengganti baju tidur, berjalan mendekatinya.Berdiri di depannya, wajah tampan Kelven tidak menunjukkan ekspresi apapun. Dia hanya melihat Delis dengan dingin dan bertanya, “Dia berpura-pura?”Delis mengernyit
Bersandar pada jendela, Delis tiba-tiba merasa bingung dengan masa depannya.Jika pada akhirnya Kelven akan bercerai dengannya dan menikahi Herli, untuk apa lagi dirinya mempertahankan ini semua sekarang?Hanya karena mencintainya dan tidak bisa hidup tanpanya?Namun sekarang saja begini, ke depannya juga akan sama saja.Pada akhrinya, dirinya akan tetap ditinggalkan oleh Kelven.Jadi Delis, mungkin kamu harus mulai belajar untuk mandiri, menjadi kuat dan harus bisa mencari nafkah di hari-hari tanpa Kelven.Kebetulan lagi liburan, dirinya juga tak ada kegiatan. Delis berencana untuk mencari pekerjaan paruh waktu yang cocok untuk dirinya besok.Asalkan dia bekerja dan pulang larut setiap hari, dia tidak akan bertemu dengan Herli.Tidak melihat Herli akan membuat suasana hatinya tidak seburuk itu.Baru saja memikirkan itu, pintu kamar terbuka oleh seseorang.Orang yang berjalan masuk adalah Kelven.Dia mengenakan setelan jas yang rapi, penampilannya memancarkan pesona seorang pria dewasa
Kelven tak ingin bertele-tele dengan Delis.Kelven menarik tangannya dan menuju lantai atas.Pria itu sangat kuat, hingga membuat Delis berjalan terhuyung-huyung mengikutinya. Delis kesakitan dan berseru, “Kelven, sakit sekali.”Ini adalah pertama kalinya Delis melihat Kelven marah sebesar ini dan bertindak kasar padanya.Kelven benar-benar marah.Tanpa belas kasihan, dia melemparkan Delis ke dalam kamar Herli dan menunjung barang-barang menjijikan di kasur sambil bertanya, “Kamu masih mau berbohong?”Sambil mengusap pergelangan tangan yang sakit, Delis sambil melihat barang-barang di kasur dengan terkejut.Masih ada beberapa katak besar yang melompar di sekitarnya sambil bersuara.Akhirnya dia mengerti apa yang terjadi.Jadi, Kelven mengira dirinya yang melakukan ini semua?Delis merasa sangat tak adil, dia berbalik dan menatap Kelven dengan mata berkaca-kaca. “Kamu yakin aku yang membuat semua ini?”“Siapa lagi selain kamu?” jawabnya dengan nada acuh.Delis tidak tahu harus berbicar