Membuka pintu kamar, Kelven melihat Delis masih duduk di lantai. Dia mendekatinya.Berdiri di depannya, Kelven memandangnya dari atas. “Delis, sudah tahu salah?”Asalkan dia bersedia mengakuinya dan meminta maaf pada Herli, dia tidak akan benar-benar mengurungnya tanpa memberinya makan.Bagaimanapun, Delis adalah miliknya.Namun, Delis hanya menundukkan kepala tanpa berbicara. Dia duduk dan memeluk lututnya, tanpa menatap Kelven sama sekali.Kelven melihatnya masih keras kepala, dia berkata, “Sepertinya kamu belum mengintropeksi diri.”Kelven meninggalkan kamar dan menutup pintu kamar dengan keras.Delis perlahan mengangkat kepalanya, wajah mungilnya pucat tanpa warna.Selain perasaan yang pahit dan masam di dada, perutnya juga terdengar gemuruh karena kelaparan.Namun, dia lebih memilih kelaparan dan tetap enggan untuk meminta maaf.Di ruang makan lantai bawah.Ketika Kelven sedang makan, dia tak tahan lagi dan memerintahkan Bibi Siti, “Siapkan makanan untuknya dan bawa ke atas.”Bibi
Kelven tidak pernah berpikir bahwa wanita yang lembut di depannya ini, suatu hari akan menjadi begitu bebal.Raut wajah Kelven menjadi muram, kemarahannya sudah mencapai puncak. “Kamu benar-benar keterlaluan.”Kelven mendorong kursi ke belakang, berdiri dan dengan cepat melepaskan tali pinggangnya, langsung mendekati Delis.Mata Delis sudah berkaca-kaca dari tadi, melihat tindakan Kelven, dia memundurkan langkahnya.Belum sempat dia bereaksi, pria itu menariknya dengan kasar dan menekannya di atas meja dan tiba-tiba tali pinggang itu menghantam pantatnya.Sebenarnya, Kelven tidak benar-benar kuat, hanya ingin menakut-nakuti Delis saja.Delis menangis.“Kamu memukulku, kenapa kamu memukulku? Ini adalah kekerasan dalam rumah tangga, aku akan melaporkanmu.”“Karena aku adalah suamimu. Siapa suruh kamu nggak patuh?”Sambil berbicara, Kelven sambil menghantamnya.Tenaganya benar-benar sangat pelan.Namun, Delis tetap saja merasakan rasa sakit.Dalam keputusasaan, Delis berjuang dan berteria
“Tentu saja, ketika kalian datang, pasti akan didesak oleh kakek untuk segera punya anak. Siapkan mental kalian.”Kelven tidak menjawab. Setelah menutup teleponnya, tiba-tiba dia teringat dengan pertengkaran Delis tadi.Dengan keadaan mereka seperti ini, bagaimana mungkin punya anak.Kelven menyimpan ponselnya dan membuka pintu keluar dari ruang kerja, kebetulan bertemu dengan Delis yang membawa koper keluar dari kamar utama.Langkah Kelven terhenti, menatapnya dengan tatapan tajam.Namun, Delis seakan-akan tidak melihat Kelven, dia menunduk dan menarik koper melewati sampingnya.Seketika Kelven marah, langsung menarik lengan Delis.Delis mencoba melepaskan diri, tapi tidak bisa. Delis menatapnya dengan mata membelalak. “Lepaskan aku!”“Mau ke mana malam-malam begini?”Kelven tidak mau bertengkar terlalu banyak dengan wanita muda ini. Menatapnya dan memerintahnya, “Kembali ke kamar, besok pulang ke rumah tua bersamaku.”Delis tidak terima. “Kenapa harus mendengarkanmu?”“Hanya karena a
Seketika Kelven sangat marah.Dengan tajam, Kelven menatap wanita di depannya yang terus mencari masalah dengannya.“Delis, kamu nggak mau tidur lagi denganku?”Kelven sedang berusaha menahan kemarahannya.Delis dengan keras menentangnya, “Boleh tidur denganku, asal kamu mengusir tante itu.”Kelven tidak menjawab.Sepertinya Kelven juga tidak bisa berbuat apa-apa padanya, Delis terus menerus menargetkan Herli.Namun, dirinya berhutang pada Herli, bagaimana mungkin mengusirnya dalam situasi di mana Herli tidak ingin pergi.Kelven berdiri, memandang Delis dengan tatapan yang tajam.“Aku pergi dan jangan harap aku akan masuk ke sini lagi.”Kelven sangat marah, dia membanting pintu dengan keras saat keluar, membuat seluruh tubuh Delis gemetar.Hati Delis sangat sakit, seakan-akan mengalirkan darah.Delis berusaha keras menahan dirinya agak tidak menangis, kemudian dia kembali masuk ke dalam selimut dan memaksa dirinya untuk tidur.Keesokan harinya.Saat sarapan.Masih hanya terlihat Kelven
“Pergi, cari tahu di mana Delis berada. Pastikan untuk membawanya kembali ke sini dalam waktu setengah jam.”“Baik.”…Ini adalah kali kedua datang ke rumah tua Keluarga Rosli.Kunjungan pertamanya adalah setelah mereka menikah. Kelven membawanya pulang untuk bertemu dengan keluarganya.Setelah itu, dirinya tidak pernah datang lagi.Tiba-tiba setengah tahun telah berlalu. Jika bukan karena hari ini adalah ulang tahun kakek, mungkin dirinya juga tak akan datang.Delis berpikir bahwa penjaga keamanan di rumah tua Keluarga Rosli mungkin tidak mengenalinya lagi. Ketika dia hendak mendekati untuk meminta penjaga keamanan membuka pintu, tiba-tiba penjaga keamanan itu langsung keluar dari posnya dan membungkuk ke arahnya dengan cepat.“Selamat datang kembali Nyonya.”Kemudian, dia langsung menekan tombol remote dan gerbang yang dihias dengan ukiran itu terbuka dari kedua sisi.Delis sedikit kebingungan.Ternyata penjaga keamanan mengenalinya.Delis tersenyum dan berterima kasih pada penjaga k
Wiliam … Pria yang selama setahunan mengejarnya di kampus, pria yang sebisa mungkin dirinya hindari.Kenapa pria ini bisa ada di rumah tua Keluarga Rosli?Apa hubungannya dengan Keluarga Rosli?Tanpa menunggu Delis merespon, gadis kecil yang menggandengnya dengan manis menjawab, “Paman, aku keluar untuk menjemput istri keponakanku.”Sambil berbicara, gadis kecil itu kembali menatap Delis dan memperkenalkan Wiliam padanya, “Delis, ini adalah pamanku, adik dari ibuku, namanya Wiliam. Bagaimana? Bukankah pamanku sangat tampan?”Delis tidak menjawab.Delis menatap Wiliam, seketika dunianya terasa berputar, sulit memercayai ini.Wiliam juga menatap gadis di depannya, mendengar perkataan keponakannya, dia semakin terkejut.Keduanya saling bertatapan.Satu tidak bisa percaya bahwa ada hubungan antara Wiliam dan Keluarga Rosli.Yang satu lagi tidak percaya bahwa gadis yang dia sukai dan dia kejar selama setahunan. Ternyata sudah menikah.Tidak hanya sudah menikah, tapi juga merupakan menantu
Delis mengangkat kepalanya perlahan-lahan dan melihat semua orang menatapnya tanpa berbicara. Dia merasa semakin gugup.Dia berdiri di sana dengan kaku, seketika merasa canggung dan tak tahu harus berbuat apa.Namun, detik berikutnya, seseorang tertawa, “Hahaha, jangan begitu serius, lihat istri muda Kelven bahkan sampai ketakutan, hingga berbicara terbata-bata.”“Iya, jangan sampai Kelven mengira kalau kita mengusili istri mudanya.”Tiba-tiba, kakek yang sudah berusia lanjut juga berkata, “Delis, tak perlu begitu kaku, silakan duduk saja.”Sebagai ibu mertua, Suminah langsung menganggukkan kepalanya pada Delis dan berkata, “Ayo ke sini Delis, duduk dengan ibu.”Delis menoleh dan dengan cepat membungkuk seraya berseru, “Ayah, ibu.”“Iya, silakan duduk. Nggak perlu begitu kaku dan takut. Karena sudah menikah dengan Kelven, ini juga rumahmu sendiri. Nggak mungkin pulang ke rumah sendiri malah merasa asing, ‘kan?”Suminah sudah berusia lima puluhan tahun, sepertinya dia merawat diri deng
Delis sibuk menghabiskan makanannya, tak berani mengangkat kepalanya.Tidak Delis sadari, Wiliam yang berada di seberangnya terus menatapnya.Hal ini membuat Kelven yang biasanya peka pun berhasil menangkapnya.Dengan tatapan tajam dan dingin, Kelven menatap Wiliam dan bertanya, “Aku belum pernah melihatnya sebelumnya? Tante Belinda, ini pacarmu?”Sejauh ini, hanya Tante Belinda yang belum menikah, sementara Tante Selina masih seorang bocah.Melihat wajah yang asing itu, Kelven mengira itu adalah pacar Tante Belinda.Tante Belinda langsung menjawab dengan marah, “Jangan sembarang bicara, dia masih seorang pelajar. Dia adalah adik dari bu Agustine, pamannya Selina.”Kelven melirik Wiliam sekali lagi, wajahnya yang tampan tetap tampak begitu serius tanpa berbicara.Selina mengangkat kepalanya sambil tersenyum. “Kelven, bagaimana? Apakah pamanku sangat tampan sepertimu?”Kelven mendengus dan tak menjawab.Wiliam mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Kelven. “Halo, namaku Wiliam.”