Share

Pagi Pertama

"Nah, ini dia!" Athan muncul dengan boneka kelinci di tangannya.

Boneka itu kecil, hanya seukuran tangan orang dewasa. Dia menggunakan hoodie berwarna krem yang juga membungkus kakinya.

Mata Hazel berbinar. Dia menerima boneka yang diulurkan Athan.

"Boneka!" Dia berseru senang, menggosokkan pipinya ke bonekanya dan menyadari bahwa boneka tersebut lembut dan empuk. "Boneka, tuing tuing!"

Hazel pikir dia menemukan sesuatu yang luar biasa, jadi dia ingin berbagi hal itu."Tuing tuing?" Gavin tak mengerti.

"Bocah, apa maksudmu?" Athan juga tidak memahami kalimat Hazel.

"Tuing tuing, boneka." Dia menyodok boneka tersebut berulang kali, berusaha menunjukkan hal yang ingin dia kataan.

Gavin ikut meremas boneka kelinci tersebut. "Apakah maksudmu empuk?" Dia bertanya.

Hazel mengangguk cepat. "Mpuk!"

"Bagaimana empuk bisa berubah menjadi tuing tuing?" Athan bertanya, namun Gavin memukulnya.

"Jangan katakan itu di depannya. Dia akan tersinggung." Gavin berbisik.

"Dia bahkan tidak paham maksudku." Athan berkata, yang segera mendapat pukulan dari Gavin lagi.

Athan mengaduh, mengusap kepalanya. Kakaknya bahkan tidak kahwatir jika otaknya akan geser dan dia menjadi lebih bodoh.

"Kakak sakit?" Hazel yang

mendengar seruan Athan langsung mendekat. "Sakit sini?" Dia menepuk kepala Athan.

"Iya, kepala kakak sakit karena dipukul Kak Gavin." Athan langsung mendramatisir keadaan.

"Tiup, fuh~" Hazel meniup kepala Athan. "Sembuh.."

"Huhu, Hazel baik banget. Beda sama Kak Gavin yang jahat." Dia tersentuh, memeluk Hazel. "Ayo kita main bareng aja. Jangan sama Kak Gavin soalnya dia jahat." Athan melirik sinis pada kakaknya.

Hazel menggeleng. "Nggak boleh! Kak Gav jadi nangis."

"Hah? Kenapa Kak Gavin nangis?" Athan bertanya.

"Kak Gav nggak main bareng, nangis ." Hazel berusaha merangkai kalimatnya.

Seketika tawa Athan memenuhi kamar Gavin. Sementara wajah Gavin memerah."Kamu harus tahu, bocah. Kak Gav nggak bakal nangis. Kak Gav aja waktu bunuh orang nggak nangis." Athan masih tertawa.

"Bunuh?" Hazel menemukan kosakata baru, menatap Athan dengan bingung.

"Athan." Panggilan dari Gavin langsung membuat bulu kuduk Athan berdiri. "Kamu bosan hidup sepertinya."

"Hazel, demi hidupku, abaikan kata-kataku, oke? Aku salah bicara tadi." Athan buru-buru menasihati Hazel.

"Oke!" Hazel mengangguk sehingga Athan bisa menghembuskan nafas lega.

Suara ketukan terdengar dan Janette membuka pintu kamar Gavin.

"Apakah kalian bersenang-senang?"

Janette bertanya. Dia bisa mendengar tawa Athan ketika hendak keluar dari ruang kerja William.

"Mama!" Hazel segera berlari ke arah Janette. "Mama, apa itu bunuh?" Dia bertanya.

"Hazel!" Athan ingin menangis.

***

Setelah mengganti baju Hazel dengan piyama, Janette membantunya menggosok gigi dan mencuci muka.

Hazel naik ke tempat tidur dengan patuh. Dia memutuskan untuk tidur dengan keadaan duduk lagi.

Janette juga tak banyak bicara dan menutupi Hazel dengan selimut.

"Mama akan membacakan dongeng pengantar tidur, oke?" Janette mengeluarkan buku dari salah satu laci meja nakas.

"Dongeng, mau!" Hazel mengangguk penuh semangat.

Janette membacakan dongeng pengantar tidur untuk Hazel.Gadis itu mendengarkan dengan cermat. Meski Hazel tidak begitu memahami kalimatnya, namun dia mengangguk dengan raut wajah serius.

"Kucing! Hazel suka kucing!" Hazel berseru ketika cerita Janette selesai.

"Hazel suka kucing?" Janette bertanya.

"Eung!" Hazzel mengangguk hingga Janette takut kepalanya akan lepas.

"Baiklah, baiklah, Hazel cepat tidur, oke?" Janette mengambil boneka kelinci milik Athan. "Nih." Dia menyerahkan pada Hazel.

Gadis itu memeluk boneka tersebut dan segera menutup matanya.Janette duduk di sebelah Hazel, menepuk-nepuk kakinya supaya cepat tidur.

Dia mengira Hazel akan sulit tidur di lingkungan barunya atau banyak bertingkah seperti Gavin dan Athan ketika kecil, namun gadis itu tidur dengan tenang.

"Selamat tidur sayang." Janette mengecup kening Hazel.Dia sekali lagi memperbaiki posisi selimut Hazel, lantas keluar dari kamarnya.

***

"Kenapa dia belum bangun?" Suara seorang lelaki terdengar."Jangan berisik, kau mengganggunya ." Suara yang berbeda terdengar.

"Tapi dia tidur lama sekali." Hazel merasakan sodokan jari di pipinya.

"Athan." Ada suara pukulan yang ringan setelah kalimat tersebut. "Dia sedang tidur."

Hazel yang terganggu dengan suara-suara tersebut akhirnya membuka mata.Dia mengusap matanya sejenak, sebelum akhirnya melihat siapa orang yang berbincang disampingnya ketika sedang tidur.

Siapa lagi kalau bukan Gavin dan Athan?

"Kakak." Hazel menyapa mereka dengan keadaan setengah sadar.

"Hazel, selamat pagi." Gavin tersenyum.

"Kau tidur lama sekali, bocah."Athan berkata.

"Hentikan, Than." Gavin menyenggol lengannya, lantas mengambil air jeruk dari atas meja nakas. "Minum air dulu."

Hazel menerima cangkir dari Gavin,meminumnya.

Dia baru merasakan rasa seperti itu. Rasanya manis dan ada sedikit keasaman yang menyegarkan. Selain itu, dia masih merasakan rasa jeruk yang kental.

"Habis!" Hazel yang selesai meneguk semuanya, lantas menyerahkannya kepada Gavin.

"Hazel pintar." Gavin mengusap kepala Hazel. "Kita cuci muka, mandi lalu makan, oke?" Ucapannya segera diangguki Hazel.

"Aku akan membantu Hazel cuci muka!" Athan dengan semangat mengajukan diri.

Gavin menatap Athan dari atas ke bawah. "Jangan macam-macam dengan Hazel."

"Tidak akan, kakak bisa percaya padaku." Athan menepuk dadanya. "Ayo, Hazel!"

Dia menggendong Hazel, melayangkannya ke udara sejenak, sebelum akhirnya kembali menangkapnya dan pergi ke kamar mandi.

Meski hanya sebentar, Gavin merasa panik setengah mati."Athan, berhenti main-main!" Gavin memperingatkan.

Athan berpura-pura tidak mendengarkannya. Dia menurunkan Hazel di tangga keramik dan membiarkannya mencuci muka sendiri.

Meski dia bilang akan membantu Hazel, namun dia tidak tahu apa yang harus dilakukan.

"Kakak, rambut." Hazel menatap Athan.

"Ada apa dengan rambutmu?" Athan bertanya.

"Basah, ikat." Dia menggoyangkan kepalanya.

Janette mengikat rambutnya sebelum membantunya mencuci muka supaya rambutnya tidak basah. Hazel meminta Athan untuk mengikat rambutnya sekarang.

"Oh, rambutmu harus diikat agar tidak basah." Athan memahami kalimat sederhana Hazel.

Dia segera mendapatkan ikat rambut di rak, lantas mengulurkan tangannya untuk mengikat rambut Hazel.

Athan tidak pernah melihat proses pengikatan rambut dan hanya melihat hasilnya. Dia berusaha mengingat-ingat penampilan tersebut dan berusaha melakukan yang terbaik.

Dia mengumpulkan rambut Hazel ditangannya. Rambutnya sedikit lebat dan licin sehingga Athan kesulitan. Setelah berusaha mengumpulkan rambutnya, dia mengikatnya dengan ikat rambut.

Namun setelah mengikatnya beberapa kali, Athan kesulitan untuk menarik rambutnya. Jadi dia hanya bisa melakukan yang terbaik untuk merapikannya.

"Nah, selesai." Athan melihat hasil karyanya dan merasa tidak terlalu buruk untuk percobaan pertamanya.

Athan keluar dari kamar mandi ketika Hazel hendak mandi."Jangan menggunakan sabun terlalu banyak, oke? Kamu akan terpleset." Athan mengingatkan sebelum berlalu ke walk in closet Hazel.

"Eung!" Hazel memahami maksud Athan.

Dia merasa air di bathtub tak menarik karena tak berbau sehingga menenggelamkan bath bomb cokelat di sana.

Luka Hazel lebih baik dibanding kemarin sehingga waktu yang ia perlukan lebih sedikit.

Dia segera mengenakan jubah mandinya dan menuju walk in closet yang terhubung dengan kamar mandi.

Ketika Gavin mendengar langkah kaki, dia segera menatap Hazel. Namun saat melihat rambutnya, Gavin tidak tau dia harus tertawa atau menangis.

Rambut Hazel diikat di puncak kepalanya dan membuat Gavin teringat dengan air mancur. Poninya berantakan serta rambut disekitarnya diselipkan di belakang rambutnya secara paksa.

Gavin menghela nafas. "Pasti Athan yang mengikat rambutmu." Hazel mengangguk. "Kak Than."

"Ini bajumu. Aku akan menunggu di kamarmu, oke?" Dia menyerahkan baju yang dilipat rapi.Hazel mengangguk mengiyakan.

To be continue..

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status