Keributan yang ditimbulkan oleh anak buah Bani, menyebar dengan cepat, hingga kabar itu sampai ke telinga Farhan. Nama Zoe yang semakin terkenal dengan kehebatannya, yang bahkan pemilik gudang senjata sampai mencarinya keseluruhan penjuru kota.
“Kau dengar kabar jika Bani mencari Zoe,” kata Anglo yang mendengar kabar yang sedang santer dibicarakan orang, tentang seorang pendekar pedang yang sedang dicari Bani, karena tak mau mengambil hadiahnya setelah memenangkan pertandingan.Anglo yang tak ragu dengan kabar Zoe mencoba menanyakan itu pada Farhan, ia duduk bersama anaknya dan beberapa tetua. Apalagi Zoe hanya diasingkan dan bisa saja ia keluar dari pengasingan.Anglo tak pernah tahu apa yang sudah dilakukan Farhan selama ini, jika Zoe sudah di buang ke hutan kematian yang penuh misteri.“Iya Ayah, tapi itu jelas bukan Zoe kita,” jawab Farhan dengan yakin, belum genap satu tahun masa hukuman Zoe. Tidak mungkin ia bisa jadi pendekar, sekalipun Zoe bisa lolos dari kematian.Mendengar penjelasan Farhan yang menyakinkan itu membuat para tetua percaya. Tapi tidak dengan Anglo yang masih saja ragu.“Aku rasa dia sudah mati di makan binatang buas,” batin Farhan yang sudah meninggal Zoe yang sedang sekarat di dalam hutan.Farhan yang tak peduli dengan Zoe. Apalagi mendengar kabar yang tak masuk akal. Membuatnya acuh dan tak peduli dengan kabar yang menurutnya bukan Zoe, adik tirinya yang tak berguna itu.“Coba kau cari Zoe di pengasingan,” kata Anglo memerintahkan Farhan. Karena rasa penasarannya itu. Ia ingin sebuah kejelasan.Mendengar itu Farhan sedikit kesal pada ayahnya. Tapi Ia juga penasaran dengan keberadaan Zoe sekarang.“Baik, Ayah.” Farhan segera memberi hormat pada sang ayah dan para tetua sebelum ia pergi mencari Zoe.Farhan membawa empat orang pengawal bersamanya dengan senjata lengkap. Di samping ia takut dengan hutan kematian i juga sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Zoe.“Akan ku buktikan kau bukan orang hebat yang sedang dikabarkan itu,” batin Farhan yang berjalan dengan gagah berani di kawal oleh empat orang pengawal terhebat di perguruan nya.Tak butuh waktu lama mereka tiba di hutan kematian. Farhan yang tadinya di depan, ia mundur jadi di tengah.“Kalian berdua di depan!” Perintah Ferhan yang juga takut kan bahaya yang mengintai. Tak ada yang pernah berhasil selamat di dalam hutan kematian.Dua orang pengawal yang tak bisa menolak dengan terpaksa berada di depan untuk melindungi Farhan dari bahaya.“Kita akan cari Zoe. Walaupun tinggal mayat. Yang penting kita sudah tahu keadaannya,” ucap Farhan yang memberikan instruksi perintah pada para pengawal.Mereka terus berjalan menyusuri hutan yang berbeda dari biasanya. Hutan kematian yang dulu penuh dengan binatang buas, sekarang terlihat biasa saja. Bahkan tidak menakutkan sama sekali.Satu jam berlalu Farhan tak menemukan apapun kecuali bekas buruan hewan buas dan tulang hewan. Melihat itu semua ia yakin jika ada Manusia di sana“Apa benar ini perbuatan Zoe. Bagaimana dia bisa melakukan itu,” ucap Farhan sembari mengamati tulang yang berserakan.“Sepertinya ada yang sudah membunuh hewan ini,” kata Pengawal tahu jelas itu tulang binatang yang berhasil dibunuh.“Aku tahu, tapi siapa pelakunya. Tidak mungkin pecundang itu!” kesal Farhan yang bicara dengan nada tinggi.Farhan yang tadinya tidak percaya dengan berita tentang kehebatan Zoe. Kini ia mulai ragu, melihat hutan kematian sekarang yang tak lagi berbahaya bahkan hewan buas di sana bisa dikatakan berkurang.“Kita lanjutkan pencarian, jangan sampai berhenti sebelum menemukan petunjuk,” ucap Farhan yang semakin berambisi ingin menemukan Zoe dan membuktikan kabar itu tidak benar.Farhan mulai khawatir ia tidak suka jika Zoe lebih hebat dari dirinya. Karena baginya Zoe adalah pecundang dan bahan pelampiasan amarah. Yang kapan saja bisa dengan mudah dipukuli.Hari mulai gelap, suasana hutan mencekam. Farhan yang belum menemukan petunjuk mulai putus asa dan kelelahan.Sebuah gua terlihat di kejauhan. Membuat sedikit harapan. Farhan segera berjalan bersama Pengawal menuju gua itu. Apalagi jalan yang tak bertumpu menandakan jika itu sering dilalui oleh seseorang.“Apa pecundang itu di dalam gua,” batin Farhan penasaran. Ia dengan tak sabar berjalan dengan cepat memasuki gua.Di dalam gua yang gelap ia segera menyalakan api, terlihat jelas sekeliling gua yang tertata seperti tempat tinggal.Farhan yakin jika Zoe ada di sana. Langkahnya semakin cepat tatkala ia melihat sesosok tubuh yang tak asing baginya. Siapa lagi kalau bukan Zoe yang dengan meringkuk lemah memeluk pedangnya.Kekalahan kemarin membuat tenaga dalam Zoe tidak stabil dan bereaksi langsung dengan segel dalam tubuhnya.Zoe yang masih dalam masa pemulihan tak mengira jika Farhan akan datang ke tempatnya.“Kau masih hidup ternyata,” ucap Farhan menendang perut Zoe.Zoe yang bahkan belum pulih dan masih bingung dengan kondisi tubuhnya sekarang, yang kembali melemah hanya bisa pasrah.“Kenapa bedebah ini bisa sampai kemari,” batin Zoe kesal tak bisa melakukan apapun. Jika saja tenaga dalamnya sudah kembali ia tidak akan segan menebas kepala Farhan.“Kau diam saja, hah! Tunjukan kekuatanmu?. Ternyata berita tentang mu itu bohong. Mana mungkin pemilik gudang senjata mencari mu,” ucap Farhan memastikan jika Zoe sedang sekarat. Denyut nadinya juga lemah. Zoe bahkan tak berkutik saat pukulan dan tendangan dari Farhan menghujaninya.Kondisi Zoe yang makin memburuk membuat Farhan puas menyiksa Zoe, yang sedari tadi diam tanpa perlawanan.Sungguh kesal perasaan Zoe saat ini, ia yang sudah berlatih keras tak dapat melakukan apa-apa saat di serang oleh Farhan. Kekuatan yang menghilang membuat ia sakit hati, apalagi hasil latihannya sia-sia karena ia tak bisa menghajar Farhan.“Ini menyebalkan. Bagaimana aku bisa memiliki tubuh selemah ini,” gerutu Zoe yang masih belum bisa dikatakan kuat padahal ia sudah mempelajari semua jurus pedang yang ada di kitab.Zoe yang terbaring dekat peti mati Kakek tua, ingat kejadian saat pedang langit memilihnya dan kitab pedang pemberian sang Kakek. Seakan semua tak berguna karena ia masih saja lemah, membuatnya kesal dengan semua keinginannya untuk jadi lebih hebat.“Wahai kakek hantu apakah kitab pedang yang kau berikan itu jurus lemah. Sialnya aku percaya begitu saja,” kesal Zoe yang tak bisa jadi pendekar hebat setelah mempelajari jurus pedang dari sang Kakek. Bahkan ia masih terkapar dan terbaring lemah tak berdaya.“Kau jangan mengumpat ku, padahal peti matiku saja masih ada disampin
Farhan yang kembali ke perguruan bersama empat orang pengawalnya, melaporkan apa yang sudah ia lihat pada sang Ayah. Dengan langkah gagah, Farhan berjalan menuju aula beladiri. Ia berjalan menghadap sang ayah, di hadapan para guru.Farhan memiliki cara tersendiri untuk bisa menarik perhatian. Dengan begitu semua orang akan segan dengannya.“Lapor, Ayah. Aku sudah menemukan Zoe.” Farhan membungkuk di hadapan sang Ayah, untuk memberikan laporan apa yang sudah ia lakukan tadi.“Benarkah dia yang dicari Bani?” tanya Anglo yang tak sabar mendengar kabar anak tirinya yang sedang dihukum di pengasingan.“Bukan, Ayah. Zoe tidak memiliki kekuatan sama sekali, dia masih tetap sama,” jawab Farhan penuh dengan keyakinan. Setelah ia puas menghajar Zoe, tentunya ia tak ragu jika Zoe itu benar tak punya kekuatan.“Sudah kuduga, lalu siapa yang sedang dicari Bani?” tanya Anglo yang penasaran dengan orang yang dicari oleh rivalnya itu. Selama ini keberadaan Bani dan gudang senjata sudah bukan lagi ra
Zoe yang sudah meninggalkan hutan kematian, baru sampai di gudang senjata. Ia bingung karena suasananya sangat berbeda. Terlihat disana sepi tak berpenghuni, bahkan tak ada satu orangpun yang lewat sana.“Kenapa sepi?” batin Zoe akhirnya pergi mencari tempat makan. Siang hari yang terik, ia tak bisa menemui siapapun di gudang senjata. Ia yang mulai berjalan menuju kedai makan. Akhirnya ia menemukan kedai makan yang ramai, segera saja ia duduk dan memesan makanan.Dari sebelah mejanya, ada segerombolan orang yang sedang makan sambil bercakap-cakap. Meski Suasana ramai dan bising. Tapi percakapan mereka terdengar jelas.“Sudah beberapa hari ini gudang senjata tutup,” ucap salah seorang dengan antusias semua warga setiap malam sering datang untuk menonton pertandingan atau berjudi di sana.“Iya, kau benar. Aku dengar pemilik gudang itu sedang mencari pendekar pedang yang kemarin baru saja menang,” sahut temannya yang ternyata juga sudah tahu kabar tentang pencarian pendekar pedang itu. Y
Zoe kaget dan langsung bersiaga, matanya tertuju pada sosok yang dia kenal, pedang yang masih berlumuran darah itu dipegang oleh penjaga gudang senjata. Walau sebentar bertemu Zoe tidak lupa dengan sosok itu. Sosok yang tidak asing, tapi tidak ia kenal.“Ada apa ini sebenarnya, kenapa dia tersenyum padaku seakan menemukan sesuatu,” batin Zoe langsung bersiaga. Walau ia tidak merasa terancam, tapi pembunuhan baru saja terjadi di hadapannya.Penjaga gudang senjata itu, tersenyum lagi pada Zoe sambil membawa mayat itu pergi dari hadapannya. Ia masih tak mengerti dengan situasi yang sedang terjadi.Plukk!Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundak Zoe, dengan cepat ia menarik tangan orang tersebut dan membantingnya. Tapi ternyata orang itu tidak lemah dan bisa menghindar. “Aku hampir saja mati,” ucap Bani yang berhasil menghindar. Ia tahu Zoe bukan orang sembarangan.“Aku hanya kaget. Karena kau datang dari belakang,” jawab Zoe melihat Bani sekarang ada di hadapannya.Kedatangan Bani
“Lalu apa salah dari orang tadi? “ tanya Zoe lagi yang belum mendapatkan jawaban atas pertanyaannya tadi.Pembunuhan yang jarang ia lihat, mungkin akan menjadi hal biasa untuk Zoe. Apalagi ia baru saja keluar dari hutan dan baru mulai mencari kitab pedang Tak disangka ia langsung menyaksikan pembunuhan di depan matanya. Selama ini hidup di perguruan juga belum pernah melihat pembunuhan secara langsung.Meski kadang ada pendekar yang ditugaskan keluar dan kembali dengan keadaan mati. Tapi bagi dirinya yang tak memiliki kekuatan belum paham jika mereka harus bisa bertahan. “Kau tidak tahu orang itu sudah mengusir dan menghina, padahal sepekan ini aku berusaha paya mencari mu,” jawab Bani yang jelas kesal. Pegawai barunya tadi hampir mengacaukan keinginannya. “Jadi itu semua karena aku?” tanya Zoe merasa ia yang mengakibatkan orang itu mati.Tak peduli seberapa kerasnya hidup, tapi hati nurani Zoe belum siap dengan melihat kematian orang lain. Meski itu orang jahat sekalipun.“Bukan.
“Musuh kita ternyata sama,” ucap Bani sambil memeluk Zoe. Ia rasa ia bisa bekerja sama dengan Zoe. Mendengar nama aula beladiri sudah membuat Bani semangat.“Apa kau juga tidak suka dengan mereka?” tanya Zoe tak menyangka jika aula beladiri ternyata punya musuh.Tapi melihat cara kerja mereka selama ini Zoe juga paham. Mereka ingin menguasai seluruh daerah selatan. Padahal di sana ada dua kekuatan besar, salah satunya Bani yang masih bisa bertahan dan bersaing dengan aula beladiri. Selebihnya semua mati dibantai kalau sampai ada yang tidak mau mengakui dan bergabung dengan aula beladiri.“Iya, citra mereka terlalu buruk setelah pemerintahan Anglo. Dia terlalu berambisi,” kata Bani yang menjadi musuh bebuyutan aula beladiri. Bani juga paham sejarah aula beladiri, ia juga ingin menghancurkan tempat itu. Tapi belum bisa mengumpulkan masa dan orang hebat seperti Zoe.Melihat Zoe yang memiliki musuh yang sama dengan dirinya, membuat Bani bersemangat lagi. Ia juga tak mau terus berada dalam
Zoe menimbang keputusannya, jika ia tetap tinggal tentunya akan berguna untuk meningkatkan latihan. Tapi ia juga tidak bisa membiarkan orang lain yang malah sibuk mencari kitab pusaka itu.“Aku akan pergi mencari kitab itu,” keputusan Zoe yang akhirnya pergi sendiri. Ia merasa tidak enak harus merupakan orang lain.Mungkin dilain kesempatan ia bisa ikut bertanding lagi di gudang senjata. Kali ini Zoe harus fokus dengan tujuan utamanya.“Baiklah, aku akan mengutus Azil untuk ikut bersamamu,” kata Bani yang ternyata tidak membiarkan Zoe pergi sendiri. Selain Medan yang berbahaya, Bani tahu jika Zoe Balum banyak pengalaman. Terlihat jelas dari sikap naifnya yang ditujukan Zoe. Jadi Ia sengaja mengutus anak buahnya untuk membantu Zoe.“Kenapa? Sepertinya aku bisa sendiri,” jawab Zoe yang merasa tidak enak. Padahal mereka kenal belum lama. Tapi Bani sudah banyak membantu, hanya karena musuh mereka sama. Zoe sendiri jadi terbebani, padahal ia tak memiliki hubungan apapun yang bisa mengunt
Brakkk! Zoe menabrak sosok tinggi besar yang tak asing. Ia yang tidak toko karena terlalu memikirkan orang baru yang akan menemani perjalanan hingga tak sengaja menabrak seseorang.“Kau melihat kemana?” tanya orang itu datar membuat Zoe ingat kejadian di depan toko. Karena orang yang ia tabrak barusan penjaga gudang senjata. “Ah, maaf aku sedang melamun,” jawab Zoe yang memang tak sengaja menabrak orang itu. Rasanya baru tadi ia bertemu. Sekarang sudah berpapasan lagi.“Ah kau sudah kembali, bagaimana dengan tugasmu?” tanya Bani pada anak buahnya. Ia orang yang disuruh membereskan pegawai yang tak kompeten.“Aku sudah menguburkannya dan sesudah membersihkan semua,” jawab orang itu yang seperti sudah biasa dengan tugas seperti itu Penjaga gudang yang tidak Zoe ketahui namanya. Ia hanya bisa menatap dan mendengarkan percakapan Bani.“Baiklah, nanti malam kau sudah bisa mulai membuka gudang senjata,” ucap Bani yang sudah menemukan Zoe maka ia sudah mulai tenang dan bisa memulai lagi b