Strang! Strang! Strang!
Suara senjata tajam saling beradu. Zoe datang ke gudang senjata bawah tanah untuk ikut bertanding. Ia menghampiri seseorang yang menentukan pertandingan itu.“Aku ingin ikut bertanding,” kata Zoe pada penjaga di sana.“Bertaruh atau bertanding?” tanya penjaga melihat Zoe yang baru datang, takutnya salah ucap. Bisa saja nyawanya akan melayang sia-sia.“Bertanding,” jawab Zoe yakin dengan kemampuannya pasti bisa. Ia yakin akan menang karena sudah berlatih. Jadi hanya ini kesempatannya untuk memang.“Baiklah. Dengan senjata atau tangan kosong?” tanya penjaga yang merasa tidak yakin dengan Zoe. Memang dari penampilannya tidak menunjukkan ia orang kuat atau memiliki tenaga dalam.“Senjata. Aku membawa pedang,” jawab Zoe dengan polosnya. Ia sendiri tak sadar persaingan di sana ketat.“Nama?” tanya Penjaga selanjutnya yang siap mencatat peserta yang akan bertanding.“Zoe,” jawabnya singkat sambil melihat orang-orang yang berdatangan.“Kau bisa ke sebelah sana.” Penjaga menunjukkan arah pada Zoe ke satu sisi ruang yang sudah ramai didatangi orang.Zoe berjalan sesuai instruksi penjaga. Ia menuju ruangan yang sudah ditunjuk. Suara pedang terdengar semakin keras, ia benar-benar bersemangat saat ia tahu akan bertanding.“Hei anak muda. Kau datang juga akhirnya.” Penjaga toko datang menepuk pundak Zoe. Ia terlihat serius saat memperhatikan Zoe.“Tua penjaga toko, jelas aku datang. Aku, kan, sudah bilang, aku akan bertarung,” jawab Zoe dengan polosnya. Menganggap itu semua seperti permainan biasa.“Panggil aku Bani,” kata Bani yang menyebutkan namanya. Ia tak mau dipanggil penjaga toko karena banyak bisnis yang ia lakukan.“Kau mau bertarung menggunakan pedang tumpul ini?” tanya Bani selanjutnya melihat senjata —pedang— Zoe yang tidak menyakinkan. Ia yang bekerja selama ini di toko senjata bahkan tak mengira ada anak muda yang memiliki tekad kuat saat senjatanya saja tumpul.Bani menatap Zoe dengan penuh kasihan. Selain penampilan Zoe yang sederhana, pedangnya pun tumpul. Ia terlihat benar-benar sangat malang.“Pasti anak muda ini sangat membutuhkan uang,” bantin Bani mulai tertarik pada tekad Zoe.“Jangan menghina pedangku jika kau tak ingin bertaruh,” kata Zoe merasa terhina dengan tatapan itu. Ia jelas tak mau harga dirinya terluka.“Baiklah, baiklah. Semoga berhasil,” kata Bani yang merasa kasihan pada Zoe. Ia juga tidak bertaruh karena takut kalah lagi. Melihat Zoe yang baru ada di sana sembari membawa pedang tumpul jelas tidak meyakinkan sama sekali.Bani langsung pergi menemui penjaga yang ditempatkan di pendaftaran untuk melihat nama Zoe di sana, “Kau lihat pemuda tadi? Aku sangat kasihan padanya. Sayang aku tak mengenalnya dan tak tahu asal usulnya.”“Bos tertarik dengan anak itu. Kkenapa tidak dijadikan budak?” tanya anak buahnya yang tahu jika Bani pemilik gudang senjata bawah tanah yang dijadikan arena pertarungan.Selain itu, ia juga menjalankan bisnis lain seperti menyewakan pembunuh bayaran. Untuk menyamarkan semua itu, ia memiliki toko senjata lengkap. Bahkan senjata curian dengan harga tinggi pun ada.“Tekad kuatnya akan sulit untuk mengendalikan anak itu. Jadi tidak mungkin aku jadikan budak,” ucap Bani sambil berlalu pergi untuk melihat pertandingan yang sedang berlangsung. Ia menantikan Zoe bertarung.Suasana mulai menegangkan saat nama Zoe dipanggil. Ia maju ke arena. Melihat lawannya juga menggunakan pedang, ia mulai lega.“Apa kau mau becanda?” tanya lawan Zoe yang ada di arena. Sontak semua mata tertuju pada Zoe dan menertawakannya.“Anak baru itu mau melawan dengan pedang tumpul.” Bani yang dari jauh melihat Zoe juga cemas.“Aku belum mulai. Peluit belum berbunyi, jadi jangan sombong dulu,” ucap Zoe sambil bersiap dengan kuda-kuda yang kokoh.Setelah peluit berbunyi, dengan cepat pedang yang tadinya tumpul langsung mengkilap, ketajamannya bahkan terlihat jelas oleh semua orang yang melihatnya.“Pusaka pedang langit,” kata Bani yang terperanjat dari tempat duduknya. Ia langsung berdiri melihat pedang itu tanpa berkedip.Pedang legendaris yang sudah hilang ribuan tahu kini ada di depan matanya. Semua mata yang melihat langsung kagum dengan Zoe.Dalam hitungan menit, secepat cahaya kilat, Zoe langsung bisa memotong pergerakan lawan dan mengacungkan ujung pedangnya tepat di leher musuh.“Aku menyerah,” ucap lawannya yang tahu nyawanya dalam pengampunan. Bisa saja ia mati, tapi Zoe menghentikan pedangnya tepat di leher lawan.Sontak semua penonton bersorak kagum. Zoe yang benar-benar hebat dengan cepat, langsung jadi pusat perhatian.“Saat pemuda itu memenangkan pertandingan, langsung saja suruh dia menemuiku,” kata Bani pada pengawalnya.Bani langsung terkesima dengan kemampuan Zoe. Ambisi dan tekad kuat yang terpancar dari matanya, seimbang dengan kekuatan pedang legendaris yang tiada duanya.Bani juga sadar dia salah telah meremehkan Zoe. Sekarang banyak pertanyaan dalam benaknya. Tapi Zoe masih di arena. Pertandingan yang menang dan bisa bertahan sampai akhir dialah pemenang sesungguhnya.Tanpa lelah Zoe masih terus bertanding, ia bahkan menikmati pertandingan itu. Satu demi satu lawannya berguguran. Tak heran juga ia bahkan sampai melukai lawan, karena berbahaya baginya.Keterampilan pedang yang sudah ia pelajari berbulan-bulan membuahkan hasil yang luar biasa. Saat-saat terakhir yang paling menentukan.Zoe yang sudah kelelahan hari ini melawan satu orang lagi yang terlihat kuat. Ia sudah mulai mendapatkan beberapa luka. Serangan Zoe juga melambat karena rasa lelah.“Sekali lagi. Jangan bimbang!” batin Zoe pada dirinya yang merasa lelah. Ia tidak boleh mati di sana sebelum ia bisa membalas dendam. Sebelum ia bisa membuktikan kekuatannya.Pertarungan makin imbang, Zoe terus bertahan berusaha melawan sekuat tenaga. Suara pedang yang nyaring memecah keheningan. Penonton dengan serius melihat pertandingan penentuan itu. Pertandingan terakhir. Sang pemenanglah yang akan jadi sang juara.Satu tusukan mengenai lengan Zoe. Darah mengalir membasahi bajunya yang sudah robek. Ia tak bisa terus bertahan dan ia pun mulai menyerang dengan brutal.Seakan tak takut membunuh membuat Zoe hilang kendali. Satu tusukan mengenai perut musuh seketika itu lawan tumbang.Sorak Sorai penonton mendapat hasil yang setimpal dengan kemenangan Zoe. Semua yang tadinya meremehkan Zoe kini bersorak untuk sang juara.Zoe yang mendapatkan luka di sekujur tubuh langsung mendekat lawan.“Apa dia baik-baik saja?” tanya Zoe khawatir padahal dirinya sendiri terluka. Karena sering mendapatkan siksaan dari kakak tirinya, Zoe seperti tak sanggup melihat orang lain terluka karena dirinya.“Tidak apa-apa, Nak. Aaku masih bernafas. Petugas akan merawatku. Kau juga butuh pengobatan.” Lawan Zoe yang mengakui kehebatan Zoe, tak dendam sedikitpun pada Zoe. Sebagai seorang pendekar, ia tahu jika Zoe selalu menyerang dengan hati-hati agar tidak membuat lawannya mati.Zoe sadar jika tubuhnya mulai melemah. Dia segera pergi dari sana, karena bisa saja ia pingsan. Hal itu pasti akan jadi aib. Tanpa berpikir panjang, apalagi tentang hadiah, ia segera pergi untuk memulihkan diri.Pengawal yang diutus Bani dengan susah payahnya mencari Zoe. Sayang Zoe sudah pergi kembali ke hutan dengan tubuh penuh luka. Ia bahkan dapat merasakan jika tenaga dalammya perlahan hilang.“Kekuatanku mulai menurun. Aku lelah,” ucap Zoe memejamkan mata di dalam gua tempat ia beristirahat.Bani yang kehilangan Zoe murka. Seluruh anak buahnya diperintahkan untuk mencari Zoe. Sudah berhari-hari tidak ada yang dapat menemukan keberadaan Zoe.Keributan yang ditimbulkan oleh anak buah Bani, menyebar dengan cepat, hingga kabar itu sampai ke telinga Farhan. Nama Zoe yang semakin terkenal dengan kehebatannya, yang bahkan pemilik gudang senjata sampai mencarinya keseluruhan penjuru kota.“Kau dengar kabar jika Bani mencari Zoe,” kata Anglo yang mendengar kabar yang sedang santer dibicarakan orang, tentang seorang pendekar pedang yang sedang dicari Bani, karena tak mau mengambil hadiahnya setelah memenangkan pertandingan.Anglo yang tak ragu dengan kabar Zoe mencoba menanyakan itu pada Farhan, ia duduk bersama anaknya dan beberapa tetua. Apalagi Zoe hanya diasingkan dan bisa saja ia keluar dari pengasingan. Anglo tak pernah tahu apa yang sudah dilakukan Farhan selama ini, jika Zoe sudah di buang ke hutan kematian yang penuh misteri. “Iya Ayah, tapi itu jelas bukan Zoe kita,” jawab Farhan dengan yakin, belum genap satu tahun masa hukuman Zoe. Tidak mungkin ia bisa jadi pendekar, sekalipun Zoe bisa lolos dari kematian.Mendengar
Sungguh kesal perasaan Zoe saat ini, ia yang sudah berlatih keras tak dapat melakukan apa-apa saat di serang oleh Farhan. Kekuatan yang menghilang membuat ia sakit hati, apalagi hasil latihannya sia-sia karena ia tak bisa menghajar Farhan.“Ini menyebalkan. Bagaimana aku bisa memiliki tubuh selemah ini,” gerutu Zoe yang masih belum bisa dikatakan kuat padahal ia sudah mempelajari semua jurus pedang yang ada di kitab.Zoe yang terbaring dekat peti mati Kakek tua, ingat kejadian saat pedang langit memilihnya dan kitab pedang pemberian sang Kakek. Seakan semua tak berguna karena ia masih saja lemah, membuatnya kesal dengan semua keinginannya untuk jadi lebih hebat.“Wahai kakek hantu apakah kitab pedang yang kau berikan itu jurus lemah. Sialnya aku percaya begitu saja,” kesal Zoe yang tak bisa jadi pendekar hebat setelah mempelajari jurus pedang dari sang Kakek. Bahkan ia masih terkapar dan terbaring lemah tak berdaya.“Kau jangan mengumpat ku, padahal peti matiku saja masih ada disampin
Farhan yang kembali ke perguruan bersama empat orang pengawalnya, melaporkan apa yang sudah ia lihat pada sang Ayah. Dengan langkah gagah, Farhan berjalan menuju aula beladiri. Ia berjalan menghadap sang ayah, di hadapan para guru.Farhan memiliki cara tersendiri untuk bisa menarik perhatian. Dengan begitu semua orang akan segan dengannya.“Lapor, Ayah. Aku sudah menemukan Zoe.” Farhan membungkuk di hadapan sang Ayah, untuk memberikan laporan apa yang sudah ia lakukan tadi.“Benarkah dia yang dicari Bani?” tanya Anglo yang tak sabar mendengar kabar anak tirinya yang sedang dihukum di pengasingan.“Bukan, Ayah. Zoe tidak memiliki kekuatan sama sekali, dia masih tetap sama,” jawab Farhan penuh dengan keyakinan. Setelah ia puas menghajar Zoe, tentunya ia tak ragu jika Zoe itu benar tak punya kekuatan.“Sudah kuduga, lalu siapa yang sedang dicari Bani?” tanya Anglo yang penasaran dengan orang yang dicari oleh rivalnya itu. Selama ini keberadaan Bani dan gudang senjata sudah bukan lagi ra
Zoe yang sudah meninggalkan hutan kematian, baru sampai di gudang senjata. Ia bingung karena suasananya sangat berbeda. Terlihat disana sepi tak berpenghuni, bahkan tak ada satu orangpun yang lewat sana.“Kenapa sepi?” batin Zoe akhirnya pergi mencari tempat makan. Siang hari yang terik, ia tak bisa menemui siapapun di gudang senjata. Ia yang mulai berjalan menuju kedai makan. Akhirnya ia menemukan kedai makan yang ramai, segera saja ia duduk dan memesan makanan.Dari sebelah mejanya, ada segerombolan orang yang sedang makan sambil bercakap-cakap. Meski Suasana ramai dan bising. Tapi percakapan mereka terdengar jelas.“Sudah beberapa hari ini gudang senjata tutup,” ucap salah seorang dengan antusias semua warga setiap malam sering datang untuk menonton pertandingan atau berjudi di sana.“Iya, kau benar. Aku dengar pemilik gudang itu sedang mencari pendekar pedang yang kemarin baru saja menang,” sahut temannya yang ternyata juga sudah tahu kabar tentang pencarian pendekar pedang itu. Y
Zoe kaget dan langsung bersiaga, matanya tertuju pada sosok yang dia kenal, pedang yang masih berlumuran darah itu dipegang oleh penjaga gudang senjata. Walau sebentar bertemu Zoe tidak lupa dengan sosok itu. Sosok yang tidak asing, tapi tidak ia kenal.“Ada apa ini sebenarnya, kenapa dia tersenyum padaku seakan menemukan sesuatu,” batin Zoe langsung bersiaga. Walau ia tidak merasa terancam, tapi pembunuhan baru saja terjadi di hadapannya.Penjaga gudang senjata itu, tersenyum lagi pada Zoe sambil membawa mayat itu pergi dari hadapannya. Ia masih tak mengerti dengan situasi yang sedang terjadi.Plukk!Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundak Zoe, dengan cepat ia menarik tangan orang tersebut dan membantingnya. Tapi ternyata orang itu tidak lemah dan bisa menghindar. “Aku hampir saja mati,” ucap Bani yang berhasil menghindar. Ia tahu Zoe bukan orang sembarangan.“Aku hanya kaget. Karena kau datang dari belakang,” jawab Zoe melihat Bani sekarang ada di hadapannya.Kedatangan Bani
“Lalu apa salah dari orang tadi? “ tanya Zoe lagi yang belum mendapatkan jawaban atas pertanyaannya tadi.Pembunuhan yang jarang ia lihat, mungkin akan menjadi hal biasa untuk Zoe. Apalagi ia baru saja keluar dari hutan dan baru mulai mencari kitab pedang Tak disangka ia langsung menyaksikan pembunuhan di depan matanya. Selama ini hidup di perguruan juga belum pernah melihat pembunuhan secara langsung.Meski kadang ada pendekar yang ditugaskan keluar dan kembali dengan keadaan mati. Tapi bagi dirinya yang tak memiliki kekuatan belum paham jika mereka harus bisa bertahan. “Kau tidak tahu orang itu sudah mengusir dan menghina, padahal sepekan ini aku berusaha paya mencari mu,” jawab Bani yang jelas kesal. Pegawai barunya tadi hampir mengacaukan keinginannya. “Jadi itu semua karena aku?” tanya Zoe merasa ia yang mengakibatkan orang itu mati.Tak peduli seberapa kerasnya hidup, tapi hati nurani Zoe belum siap dengan melihat kematian orang lain. Meski itu orang jahat sekalipun.“Bukan.
“Musuh kita ternyata sama,” ucap Bani sambil memeluk Zoe. Ia rasa ia bisa bekerja sama dengan Zoe. Mendengar nama aula beladiri sudah membuat Bani semangat.“Apa kau juga tidak suka dengan mereka?” tanya Zoe tak menyangka jika aula beladiri ternyata punya musuh.Tapi melihat cara kerja mereka selama ini Zoe juga paham. Mereka ingin menguasai seluruh daerah selatan. Padahal di sana ada dua kekuatan besar, salah satunya Bani yang masih bisa bertahan dan bersaing dengan aula beladiri. Selebihnya semua mati dibantai kalau sampai ada yang tidak mau mengakui dan bergabung dengan aula beladiri.“Iya, citra mereka terlalu buruk setelah pemerintahan Anglo. Dia terlalu berambisi,” kata Bani yang menjadi musuh bebuyutan aula beladiri. Bani juga paham sejarah aula beladiri, ia juga ingin menghancurkan tempat itu. Tapi belum bisa mengumpulkan masa dan orang hebat seperti Zoe.Melihat Zoe yang memiliki musuh yang sama dengan dirinya, membuat Bani bersemangat lagi. Ia juga tak mau terus berada dalam
Zoe menimbang keputusannya, jika ia tetap tinggal tentunya akan berguna untuk meningkatkan latihan. Tapi ia juga tidak bisa membiarkan orang lain yang malah sibuk mencari kitab pusaka itu.“Aku akan pergi mencari kitab itu,” keputusan Zoe yang akhirnya pergi sendiri. Ia merasa tidak enak harus merupakan orang lain.Mungkin dilain kesempatan ia bisa ikut bertanding lagi di gudang senjata. Kali ini Zoe harus fokus dengan tujuan utamanya.“Baiklah, aku akan mengutus Azil untuk ikut bersamamu,” kata Bani yang ternyata tidak membiarkan Zoe pergi sendiri. Selain Medan yang berbahaya, Bani tahu jika Zoe Balum banyak pengalaman. Terlihat jelas dari sikap naifnya yang ditujukan Zoe. Jadi Ia sengaja mengutus anak buahnya untuk membantu Zoe.“Kenapa? Sepertinya aku bisa sendiri,” jawab Zoe yang merasa tidak enak. Padahal mereka kenal belum lama. Tapi Bani sudah banyak membantu, hanya karena musuh mereka sama. Zoe sendiri jadi terbebani, padahal ia tak memiliki hubungan apapun yang bisa mengunt