Amor segera memarkirkan mobilnya di garasi yang ada di samping rumahnya, sebelum membuka pintu mobil dia berkata kepada Alena.
"Untuk sementara kamu bisa menginap di sini, sampai kamu tahu kemana kamu akan pergi," Amor berkata pada Alena.
Alena segera mengikuti Amor turun dari mobilnya, dia memperhatikan seluruh bagian yang ada di rumah itu.
Pembantu Amor datang menghampiri untuk membantu Amor membawakan barang-barangnya.
"Bik Suti siapkan kamar tamu, dan tunjukkan Alena kamar itu, sementara dia akan menginap di sini," Amor berkata tegas.
"Baik non, mari non Alena bibik tunjukan kamarnya," Bik Suti berkata kepada Alena.
"Waduh cantik sekali, pasti sahabat non Amor di kantor ya?" Bik Suti berkata kepada Alena sewaktu mereka berjalan.
"Bukan bik, nemu di jalan," Jawab Alena sekenanya.
"Ahh non bisa saja, masak secantik ini nemu di jalan," Jawab Bik Suti Sambil cekikikan tak percaya.
Alena memasuki kamar yang di tunjuk Bik Suti kepadanya. Sebuah kamar yang cukup luas dengan ornamen di dalam yang keseluruhan berwarna putih.
Alena segera mandi, walaupun dia tidak mandi setahun juga tak jadi masalah sebab keringat yang keluar dari tubuhnya mengeluarkan aroma melati.
"Tok... Tok..."
Ketokan di pintu mengagetkan Alena yang duduk termenung di dekat jendela kamar sambil memandang langit di luar.
"Iya, tunggu!" Jawabnya dari dalam kamar.
"Ada apa bi?" Tanya Alena melihat Bik Suti di depan pintu kamarnya.
"Non Alena ditunggu non Amor di teras samping, buat ngopi," Jawab Bik Suti.
"Baik bik," Jawab Alena singkat sambil mengeringkan rambutnya yang basah.
Dia kembali melangkah kedalam kamar mematutkan dirinya di cermin. Dari pantulan terlihat jelas tubuh Alena yang seputih pualam, dengan mata kebiruan sementara rambutnya hitam lurus.
Keseluruhan penampilan Alena memperlihatkan keanggunan tubuh seorang bidadari yang berasal dari kayangan.
Yang mana cerita bidadari selama ini hanya ada di dalam dongeng dan legenda buat pengantar tidur anak-anak.
"Duduk!" Amor berkata sambil mempersilakan Alena duduk di sebuah kursi yang ada di depannya.
Pandangan mata Amor membentur seluruh tubuh Alena, secara tak langsung dia mengagumi kecantikan wanita yang ada di hadapannya ini.
"Terima kasih," Jawab Alena sambil menarik kursi yang ada di hadapan Amor.
Alena menatap Amor dengan tatapan matanya yang bening namun sangat tajam seperti tatapan mata elang kepada mangsanya.
Dia tahun wanita di depannya yang bertemu dengannya baru berapa jam dalam hitungan bumi. Sementara kalau perhitungan kayangan sangat sebentar, sebab satu jam di bumi hanya satu menit waktu kayangan.
Walaupun Alena melihat sebuah masalah menggelayuti benak Amor namun dia tidak mau dianggap sok tahu kecuali kalau itu menyangkut nyawa ataupun memang Amor sendiri yang bertanya.
"Apakah di kayangan ada kopi juga?" Tanya Amor sekedar berbasa-basi.
"Tidak ada, minuman paling enak di kayangan merupakan air kenikmatan, yang mana air itu serupa dengan minuman susu di dunia, namun kenikmatan minumannya hampir seribu kali lipat kenikmatan susu yang ada di dunia," Jelas Alena kepada Amor.
"Hampir seribu kali kenikmatan susu yang ada di dunia, kenapa kamu tak membawanya ke bumi?" Tanya Amor mencoba bercanda.
"Kalau perjalanan biasa mungkin perjalanan bisa di tempuh hanya dalam kejapan mata, namun ini perjalanan yang aku lakukan merupakan hukuman, jadi di tempuh dalam perjalanan sangat lama," Jawab Alena sambil tersenyum walaupun terlihat mendung dari matanya yang indah tak bisa di sembunyikan.
"Hukuman, jadi kamu di buang ke bumi karena hukuman, memangnya kamu melakukan kesalahan apa?" Tanya Amor dengab mata terbelalak menahan kaget.
"Iya, aku di buang ke bumi karena hukuman atas kesalahanku," Jawab Alena sambil menatap Amor yang menyimak di depannya.
"Memangnya berapa besar kesalahan yang kamu lakukan sampai kamu di buang?" Tanya Amor penasaran.
"Sangat besar, namun aku belum bisa menjelaskannya sekarang," Jawab Alena lagi menahan rasa sedihnya.
"Baiklah kamu bisa tinggal di sini untuk berapa lama sebelum kamu menemukan tempat tinggal yang baru," Jawab Amor kepada Alena.
"Terima kasih, aku merasa sekarang kalau kamu merupakan saudaraku, aku akan berusaha mencari pekerjaan mungkin aku bisa menjadi penerjemah di sini," Jawab Alena kepada Amor.
"Memangnya kamu bisa berapa bahasa yang ada di dunia ini?" Tanya Amor.
"Hampir semua bahasa," Jawab Alena ringan sembari menyeruput kopi yang ada di dalam gelasnya.
"Hampir semua bahasa?!" Tanya Amor kaget bukan kepalang.
"Iya hampir semua bahasa termasuk bahasa binatang, kenapa kaget wajar saja bukan sebab aku bidadari," Jawab Alena sembari tersenyum.
"Iya.. Iya," Jawab Amor sambil menganggukkan kepalanya berulang kali.
"Namun ada satu hal yang ingin aku katakan kepada kamu, kamu harus berhati-hati sebab aku melihat sebuah bahaya mengintai kamu," Alena berkata kepada Amor, sambil menatap tajam Amor.
"Masalah apa?, apakah masalah pekerjaan atau masalah apa?" Tanya Amor penasaran.
Walaupun Amor sebenarnya tak percaya mengenai cenayang, terawang dan hal-hal lain yang menurutnya kurang nalar, namun mengingat apa yang di katakan Alena tentang kecelakaan mau tak mau dia menjadi penasaran.
"Bukan masalah pekerjaan atau yang lainnya, melainkan masalah laki-laki," Jawab Alena begitu yakin.
"Masalah laki-laki?, apa maksud kamu?, aku belum mengerti?" Jawab Amor sambil menatap bingung ke arah Alena.
"Iya, sekarang kamu sedang dekat dengan seorang laki-laki, tapi ada satu orang lagi laki-laki yang mendekati kamu namun selama ini tidak pernah kamu gubriskan," Jelas Alena.
"Iya terima kasih, namun hari sudah malam sebaiknya kita istirahat sebab besok aku akan kerja!" Amor memutus acara minum kopi yang mereka lakukan.
Alena yang hampir seharian ada di kamar tidak kemana-mana dan tidak melakukan apapun.
Termasuk makan dia juga tidak, sebab sebagai seorang bidadari dia bisa mengendalikan keinginan untuk makan.
Namun entah kenapa pikirannya hampir seharian ini merasa gelisah, dia selalu teringat pada Amor.
"Apa yang harus aku lakukan, kenapa pikiranku selalu ingat pada Amor?" Suara batin Alena berkata.
Untuk membuang rasa sumpeknya dia dengan cepat keluar dari dalam kamar dan menuju ke dapur untuk membantu pekerjaan Bik Suti.
"Ada yang bisa aku bantu bi?" Tanya Alena kepada Bik Suti yang terlihat sibuk di dapur.
"Ohhh nggak usah non, biar bibik saja yang mengerjakannya, Non Alena sebaiknya istirahat saja," Jawab Bik Suti melihat Alena ingin membantunya.
"Bik, kalau kantor Amor di daerah mana bik?" Tanya Alena kepada Bik Suti.
"Bibik kurang tahu pasti non, namun kalau bibik tak salah ingat kantornya di daerah Jakabaring, setahu bibik sih begitu," Jawab Bik Suti.
"Daerah Jakabaring ya bik?" Alena menegaskan lagi.
"Setahu bibik sih seperti itu non, namun bibik kurang tahu pasti juga sih non, emang ada apa non?" Tanya Bik Suti penasaran.
"Tidak apa-apa bik, aku merasa ada bahaya yang mengintai Amor," Jawab Alena.
"Ahhh mungkin perasaan non Alena saja," Jawab Bik Suti.
"Tok... Tok... Tok..."
Pintu depan tiba-tiba ada suara ketokan dengan cepat Bik Suti bersama Alena berlari kedepan.
Begitu pintu terbuka di depan pintu terlihat banyak orang, di antara orang-orang itu mereka melihat Amor di bopong berapa orang.
######
Tubuh Amor tergolek lesuh di kasur, matanya terlihat sayu, mata yang biasanya bercahaya nampak redup seperti hilang cahaya hidup.Sementara orang-orang yang mengangkat tubuhnya tadi satu persatu pergi, sekarang hanya tinggal satu laki-laki di sana.Alena yang melihat pria itu segera tahu kalau orang yang tersisa ini merupakan pacar dari Amor yang kemarin dia lihat di dalam pikiran wanita itu."Kamu pasti Riki pacarnya Amor," Sapa Alena kepada pria itu."Iya," Jawab Riki yang bingung melihat Alena sebab dia belum pernah melihat wanita ini."Aku saudara Amor yang baru datang," Jawab Alena yang melihat kebingungan di wajah pria itu."Oooo," Hanya itu kata-kata yang keluar dari mulut Riki."Apa yang terjadi dengan Amor, apakah sudah di bawak ke dokter?" Tanya Alena kepada Riki."Itulah yang membuatku bingung, kami sudah membawanya ke dokter namun kata d
Setelah bunyi ledakan keras di atap, air yang berada di dalam botol nampak bergoyang-goyang.Berapa tetes air ada yang tertumpah membasahi lantai rumah, melihat air yang ada di dalam botol bergoyang seperti mendidih, Alena yang dari tadi duduk santai berdiri dari duduknya.Tangan kanannya terangkat ke atas kemudian dengan cepat tangan yang terangkat ke atas itu menarik ke bawah.Bukkk!Terdengar bunyi tubuh tak kelihatan jatuh di hadapan mereka, setelah bunyi suara terjatuh kedua tangan Alena terbentang kesamping.Tangan itu bergerak bertemu di atas kepalanya seperti menepuk sesuatu, dari empat penjuru rumah secara ajaib air yang berada di dalam botol melesat cepat membentur tubuh tanpa wujud.Dalam sekejap di tempat itu terlihat satu sosok tubuh yang berdiri dengan raut muka seram dan seluruh tubuhnya berwarna hitam."Jin gompalda ternyata kalian tidak berubah, mas
Suasana yang hening di dalam kamar Amor tiba-tiba di hancurkan oleh suara kaki berjalan cepat di ikuti suara bantingan pintu kamar.BRAKKKK!Riki masuk ke dalam kamar dengan muka pucat, begitu sampai di dalam kamar dia langsung mengambil botol air mineral di meja dan menenggaknya."Ada apa?" Tanya Amor yang kaget melihat kelakuan Riki.Berbeda dengan Amor yang kaget di pihak lain Alena hanya tersenyum saja melihat kelakuan Riki.Seakan-akan dia sudah tahu apa yang menimpa dan di di alami oleh Riki yang tadi dia suruh menyiramkan air pada sebatang pohon."Api besar menghantam pohon," Jawab Riki dengan napas memburu."Biarkan saja, itu serangan balasan dari si dukun karena kekuatannya berhasil di patahkan, serangan itu membentur pohon tempat air di siramkan sebab air itu menjadi alamat rumah ini secara gaib," Jelas Alena.
Mendengar Bik Suti berteriak dengan kencang, Riki buru-buru memarkir mobil Amor yang dia kendarai.Begitu mobil berhenti Alena dan Amor langsung berlari mendekati Bik Suti yang meringkuk ketakutan di dekat pagar rumah.Dengan cepat tangan Alena mengusap kepala Bik Suti yang mengirimkan kekuatan yang bisa membuat Bik Suti merasa tenang."Ceritakan apa yang terjadi bik," Alena berkata lembut kepada Bik Suti."Anu non, di dalam ada keanehan yang Membuat bibik merasa takut," Jawab Bik Suti yang sudah merasa tenang."Keanehan bagai mana bik?" Tanya Alena lagi dengan lembut."Di dalam tiba-tiba tercium bau busuk yang menyengat di sertai suara seperti menggembor marah, namun bibik tidak melihat apapun, makanya bibi ketakutan dan berlari keluar rumah," Jawab Bik Suti dengan tubuh gemetar."Sudah sekarang bibik tenang saja," Jawab Amor yang
Siang yang terik di kota Palembang membuat siapa saja akan merasakan kepanasan.Begitu juga dengan beberapa pekerja konstruksi jalan, mereka bekerja dengan keringat bercucuran.Beberapa pekerja yang tugasnya memasang kayu cerucuk untuk pondasi jalan, bahu membahu pekerja itu menanamkan kayu-kayu tersebut.Namun sekelompok pekerja berhenti bekerja karena kayu yang mereka tanamkan membentur sesuatu yang keras."Panggil pengawas," Salah seorang pekerja berkata kepada kawannya.Mandor yang di panggil pekerja itu datang dengan terburu-buru, dia merupakan seorang lelaki muda yang merupakan sarjana arsitekstur.Begitu seorang pekerja melaporkan apa yang mereka temui dengan cepat dia mendatangi lokasi tempat para pekerja itu bekerja."Ada apa?" Tanya pengawas itu penasaran."Cerucuk yang kami tanamkan membentur benda keras," Jawab para pekerja dengan cepat.
Riki melihat badan Alena tersentak mundur segera menghampiri Alena."Ada apa?" tanya Riki penasaran.Alena menarik napas berulang kali untuk menenangkan gejolak yang merasuki hatinya."Aku yakin ini perbuatan dari makhluk yang berasal dari alam gaib, melihat dari bentuk jenazah ini hampir mirip dengan kematian yang pernah terjadi pada zaman dahulu yang di sebabkan oleh Iblis Kematian," jawab Alena."Iblis kematian, makhluk apa itu?" tanya Amor yang sudah berdiri di dekat mereka."Makhluk ini merupakan makhluk jahat, namun setahu yang aku ketahui kekuatannya sudah di segel oleh Dewa Keabadian sementara badannya sudah di masukkan ke dalam peti mati dan di kunci di sebuah tempat," jelas Alena kembali."Kalau kekuatannya sudah di segel kenapa sekarang bisa bangkit lagi?" tanya Riki yang juga bingung."Aku tidak tahu kenapa dia bisa bangkit la
"Bidadari Merah, makhluk itu sudah menyerap seluruh elemen alam semesta ini di samping itu juga dia menjadi lebih berbahaya karena membawa kemarahan dari masa lalu, untuk itu kebangkitannya sekarang akan sangat berbahaya," Jawab Dewa Keabadian dengan muka khawatir."Walaupun begitu aku yakin pasti ada cara untuk mengalahkannya?" Tanya Alena sembari menatap Dewa yang ada di depannya."Walaupun begitu ada satu rahasia yang terlupakan oleh Iblis Kematian, dia sudah menyerap unsur alam raya ini namun dia melupakan satu unsur untuk di serap yakni unsur besi, iblis itu akan mampu di hancurkan dengan memakai besi ladam kuda," Jawab Dewa Keabadian dengan mimik muka serius."Baiklah aku akan mencari ladam kuda untuk mengalahkannya, namun yang menjadi masalah untuk mencari keberadaan Iblis Kematian akan sangat sulit, apakah kamu mempunyai petunjuk untuk mencarinya?" Tanya Alena kembali."Ini merupakan satu hal yang sulit seba
Alena yang sedang tidur di kamarnya tersentak bangun begitu mendengar suara gedoran di pintu."Iya tunggu," Jawab Alena dengan malas dari dalam kamar.Begitu pintu kamar di buka dia melihat muka Amor sudah nongol di depan pintu dengan senyuman yang manis."Ada apa?" tanya Alena kepada Amor."Ada tamu yang datang bersama Riki dia minta bantuan karena dia merasa ada keanehan dari tubuhnya," Jawab Amor menjelaskan."Iya tunggu," jawab Alena Singkat.Alena yang baru bangun tidur berjalan ke ruang tamu di sana dia melihat tamu seorang laki-laki yang sudah duduk di sana dengan muka ketakutan.Di hadapan laki-laki itu ada Riki yang memang menemani lelaki itu untuk datang ketempat ini."Alena kenalkan ini Mahmud dia merupakan kawanku yang tinggal di Daerah Jakabaring, mau minta bantuan kepada kamu sebab dia mengalami beberapa teror di dalam keluarganya," Je