International Senior High School, Jakarta.
Katya Cessa Martin, atau yang biasa dipanggil Katya, ia adalah murid kelas satu Senior HighSchool International Jakarta.
Sekolah ini menjadi salah satu sekolah ter-elite di Indonesia, karena bangunannya yang luas lima tingkat dan megah serta fasilitasnya yang lengkap, modern dan juga mewah. Sekolah ini mempunyai lapangan bola sendiri dan bangunan olah raga terpisah dari bangunan utama. Guru yang mengajar di sekolah ini sudah pasti guru berkualitas dengan sertifikasi mengajar tidak diragukan lagi. bahkan kebanyakan dari mereka adalah guru dari luar negeri.
Paras Katya sangat cantik karena blasteran, berkulit putih dengan rambut hitam legam membuatnya cukup dikenal di sekolah.
Ini hari pertamanya masuk sekolah setelah libur panjang, teman-teman SHSnya adalah teman JHSnya dulu, jadi untuk Katya ia sudah mengenal teman teman sekelasnya dan sudah tidak asing lagi.
Hari itu Katya masuk ke kelas dan ia memilih untuk duduk di mana, langkahnya berhenti di deretan bangku paling tengah, Ia pun menarus tas sekolahnya kemudian duduk sambil melihat ke depan. Di dalam kelas tidak ada siapapun hanya dia sendiri. Katya berfikir, Sepertinya ia terlalu pagi datang ke sekolah.
Iapun melipat kedua tangannya kemudian menidurkan kepala di atas tangannya yang terlipat serta memejamkan matanya sejenak.
Suasana Hening menyelimuti kelas kosong tersebut.
"Katya?" sayup sayup seseorang memanggil namanya.
Katya sendiri tidak langsung mengangkat kepalanya. untuk sejenak Ia hanya mengerjapkan mata berkali kali dan tidak terlalu mengindahkan suara yang memanggil namanya, tapi ia menajamkan indra pendengarannya beberapa detik kemudian, memastikan kembali.
"Katya Cessa Martin?"Suara berat seorang laki-laki terdengar kembali memanggil namanya sekali lagi dengan lebih jelas, Katya kemudian menegakkan tubuh serta mengedarkan pandangannya kesetiap penjuru ruangan mencari asal muasal suara tadi. Matanya melihat seorang laki-laki tinggi berdiri di ambang pintu melihat kearahnya dengan tatapan tajam.
"Hmm?" Tanya Katya ragu.
Apa benar anak laki-laki itu yang memanggil namanya? Sejak kapan ada orang didalam kelas ini selain dia? Pikir Katya.
Katya tidak mendengar orang lain masuk ke dalam kelas padahal suasananya masih sepi dan tidak terdengar bunyi apapun.
"I...ya, kamu memanggilku?" Katya melihat anak laki-laki itu berjalan mendekat padanya. Dengan satu tangan di masukan ke saku, anak laki laki itu terlihat kalem, dengan wajah kaku tanpa ekspresi, rambutnya yang hitam sangat selaras di kulitnya yang kecoklatan, Badannya yang tinggi membuat Katya sedikit menengadah menatap wajah laki laki yang berdiri didepannya itu.
Katya baru pertama kali melihat wajah laki laki itu, Sepertinya dia bukan angkatannya karena tidak familiar.
Seperti dirinya, anak laki-laki itupun sepertinya blasteran dan terlihat tampan dimata Katya.
"Aku Aeron, Aeron Danadyaksa." Anak laki-laki itu memperkenalkan dirinya sendiri di depan Katya, sambil menundukan kepalanya sedikit, ia dapat melihat wajah kebingungan perempuan didepannya dengan jelas.
"Iya? apa aku mengenalmu? Apa kita saling mengenal?" tanya Katya ragu.
"Tidak, tapi aku mengenalmu." jawabnya datar dengan suara berat dan kaku.
Katya memiringkan sedikit kepalanya, bertanya-tanya ada maksud apa anak laki laki bernama Aeron ini mendatanginya ke kelas sampai menyapanya, ia bahkan tidak mengenalnya laki-laki ini sama sekali.
Aeron menunduk dengan meletakan kedua tangan pada meja yang menjadi pembatas mereka. Tubuh tingginya mulai membungkuk demi mendekatkan wajahnya pada Katya yang tertegun menatap ketampanan wajah rupawan di hadapannya itu. Bibir tipisnya sedikit terbuka sehingga aroma mint mulai menjelajahi indera penciuman Katya, lalu suara berat itu terdengar berbisik dan lebih mendekat padanya sebelum berbicara.
"Katya Cessa Martin, kau mau jadi pacarku?" tanya Anak laki laki itu tiba tiba.
International School."Hah? Apa kau bilang?" Katya memastikan indra pendengarannya, wajahnya mulai menunjukan kebingungan yang kentara dan ia kembali bertanya untuk memastikan yang di dengarnya."Kau mau jadi pacarku Katya?" Ulang anak laki laki yang bernama Aeron itu dengan wajah yang serius.Katya mengerjapkan matanya berkali-kali, ternyata ia tidak salah dengar, anak laki-laki di depannya sedang menembaknya.Dengan wajah santai Aeron seperti menunggu Katya membuka mulut untuk
Martin's Family Mansion"Kakak!!""Kakak!!""Bik, dimana kakak?" Tanya Katya pada salah satu pembantunya.Katya berlari masuk kedalam rumah dan berteriak memanggil kakak laki lakinya."Katya, aku di dapur." Terdengar suara yang ia rinudkan dari dalam rumahnya.Tidak menunggu lama Katya berjalan cepat menuju kitchen island karena suara kakaknya terdengar berasal dari sana.Kyle Collen Martin, Kakak laki laki Katya, umur mereka terpaut cukup jauh. karena hal itulah Kyle sangat menyayangi dan memanjakan Katya apalagi setelah kematian ibunya saat katya masih kecil."Kakak, kapan pulang? kenapa tidak menelpon dulu sih?!" Katya sudah berdiri disebelah kakaknya dengan wajah cemberut yang cantik. Kyle yang sedang minum tersenyum tipis saat didekati adiknya itu. Ia yang masih mengenakan kemeja putih dengan dua kancing teratas yang dilepas serta lengan kemeja dilipat sampai siku membuat Katya bangga mem
At Resturant Sushi, Plaza Indah Mall. "Kau mau menerimaku dan kita pacaran." Ujar Aeron . Katya tersenyum mencemooh. "Kalau aku tidak mau, kakak mau bagaimana?" Tantang Katya. "Aku akan menunggu sampai kau mau menerimaku." Balas Aeron tanpa beban. "In your dream! Tidak akan pernah! Setahu aku, banyak yang mau jadi pacar kakak, kenapa kakaa ngejar aku terus sih ?" Dumel Katya. Sebelum menjawab pertanyaan Katya tidak lama Hana kembali dari toilet dan duduk kembali di depan Katya dan Aeron. "Apa yang kalian bicarakan?" Dengan polosnya Hana bertanya. Aeron yang masih menatap Katya tidak bereksi sama sekali dengan kedatangan Hana. Berbeda dengan katya menjawab Hana dengan senyuman kaku untuk menyembunyikan kegugupannya. "Ah tidak, oiya kau masih mau makan Han? Aku sudah selesai nih." "Kenapa?" "Ayo kita pulang." Ajak Katya mengindahkan Aeron di sampingnya. Hana mengerutkan dahinya tanda tidak
Martin's Family MansionKatya menutup mata sambil menghembuskan nafas tercekat dengan jantung berdebar karena rasa marah merambat naik keatas kepalanya setelah apa yang Aeron ucapkan di depan kakaknya.Katya mengepalkan tangan kuat ingin rasanya tangan terkepal ini mengeplak kepala Aeron agar bisa berjalan normal dan semestinya, tidak melenceng seperti saat ini.Kyle tertegun sejenak dan menatap Katya, "bisa kau jelaskan apa maksud dari temanmu ini Katya?" tanya Kyle menuntut jawaban pada adiknya.
International Hospital, Jakarta.Kyle kembali ke kamar perawatan setelah dari ruangan dokter yang memerikasa ayahnya. Dokter mendiagnosa Ayahnya mengalami kelelahan, stres, dan Hipoksia.Hipoksia adalah gejala dimana pasokan oksigen dalam tubuh sangat minin atau kekurangan oksigen dalam darah yang akan dialirkan ke otak, mengakibatkan otak tidak bekerja semestinya dan berefek orang tersebut menjadi linglung, dan hilangnya kesadaran secara tiba-tiba.Ayahnya memang sudah tidak muda lagi, tapi tidak tua juga. Keadaan tubuhnya terlihat bugar walaupun organ tubuhnya tidak sesehat dulu. Kyle sebagai anak sulung harus mulai belajar mengurus perusahaan agar tidak terlalu membebani Ayahnya untuk masalah pekerjaan.Kyle membuka pintu kamar dan melihat Ayah sedang bercengkrama bersama putri bungsunya. Waktu kebersamaan mereka seperti sekarang dipakai Katya untuk bermanja-manja dengan Ayahnya karena sudah hampir sepuluh hari mereka tidak berte
International Senior HighSchool, Jakarta. "Ayo pergi, aku akan mengantarmu pulang." Ajak Aeron. Suasanapun terasa canggung setelah ajakan Aeron pada Katya di depan teman temannya. Apa dia sudah gila?! batin Katya. "Maaf kak, kenapa kakak mengajak saya pulang? Saya bisa pulang sendiri kok." cicit Katya sambil melepas pegangan Aeron pada tangannya. Mulai terdengar bisik bisik disekitar Katya. "...apa mereka pacaran?" "Bukannya kak Aeron sedang dekat dengan kak Dini senior kita." "... Katya gak cantik-cantik amat, cantikan gue..." itu beberapa bisikan yang sempat Katya dengar Hana yang ikut melongo menyenggol lengan Katya, "katanya tidak terjadi apa-apa antara kalian berdua. Tapi kenapa kak Aeron datang ke sini mengajakmu pulang bersama Katya Cessa Martin?!" Hana mengeram tertahan sambil menatap Katya. "Tidak terjadi apa-apa!! Sumpah!" Katya
Martin Building Tower.Katya berdiri sendiri di lobby kantor ayahnya, sudah hampir setengah jam ia menunggu kedatangan Aeron. Setelah itu tidak lama sebuah sedan putih milik Aeron terlihat masuk dan berhenti di depan lobby dan menurunkan kaca jendelanya."Masuk." perintah Aeron pada Katya.Katya membuka pintu mobil dan langsung masuk kemudian mengenakankan seatbeltnya."Maaf, Aku tiba tiba menelpon kakak."Laki laki itu tidak membalas dan hanya fokus melajukan kendaraannya.Katya merasa kalau Aeron marah padanya, terlihat dari sikapnya yang tidak ramah seperti biasa."Kak, maaf untuk perkataanku yang tadi. Aku tidak bermaksud apa-apa hanya saja kesehatan ayah menjadi prioritasku sekarang jadi..." Katya coba menjelaskan dengan canggung.Aeron melirik Katya lewat sudut matanya."Kau tidak bisa masuk ke sana masih mengenakan seragam sekolah." Aeron melirik Katya dari atas sampai bawah. "Ada urus
Martin's Family Mansion. Aeron merasakan panas menjalar ditubuhnya. Katya mulai mendekatkan wajahnya dan menyentuhkan bibirnya pada bibir Aeron kemudian memagutnya pelan. Aeron membolakan matanya kaget karena Katya melakukan hal di luar dugaan. Katya memang belum berpengalaman, bibirnya hanya bergerak dan menyesap bibir Aeron pelan. Aeron pun menggeram. "Hentikan Katya! Apa yang kau lakukan?" Cegah Aeron menarik bibirnya. Katya menunjukan wajah sedih dengan bibir mengerucut karena kegiatannya terhenti. "Mencium mu, bukankah kau menyukaiku kak?" cengir Katya dengan wajah merah, ia kembali menarik Aeron dan mencium bibir laki laki itu. Aeron bisa merasakan bau alkohol yang menguar dari mulut katya. Aeron mulai panas karena Katya sedikit demi sedikit hampir meruntuhkan pertahanannnya. "Aku memang menyukaimu, tapi tidak begini caranya!" Aeron kembali memundur