Martin's Family Mansion
"Kakak!!"
"Kakak!!"
"Bik, dimana kakak?" Tanya Katya pada salah satu pembantunya.
Katya berlari masuk kedalam rumah dan berteriak memanggil kakak laki lakinya.
"Katya, aku di dapur." Terdengar suara yang ia rinudkan dari dalam rumahnya.
Tidak menunggu lama Katya berjalan cepat menuju kitchen island karena suara kakaknya terdengar berasal dari sana.
Kyle Collen Martin, Kakak laki laki Katya, umur mereka terpaut cukup jauh. karena hal itulah Kyle sangat menyayangi dan memanjakan Katya apalagi setelah kematian ibunya saat katya masih kecil.
"Kakak, kapan pulang? kenapa tidak menelpon dulu sih?!" Katya sudah berdiri disebelah kakaknya dengan wajah cemberut yang cantik. Kyle yang sedang minum tersenyum tipis saat didekati adiknya itu. Ia yang masih mengenakan kemeja putih dengan dua kancing teratas yang dilepas serta lengan kemeja dilipat sampai siku membuat Katya bangga mempunyai Kakak seperti Kyle yang di kenal sangat sangat tampan.
"Baru saja kok, aku kan sudah memberi pesan kalau padamu tadi kalau sudah sampai rumah." jawab Kyle sambil menaruh gelas di atas meja.
Mata Katya berbinar cerah, "kalau begitu cepat kita pergi, kakak sudah janji akan membeli kan ku tas yang aku inginkan setelah pulang dari Perancis." Ajak Katya sambil menarik sebelah lengan Kyle dan laki laki itu hampir terjatuh dari kursinya. Kyle kemudian menahannya dan menarik kembali tangannya dari tangan Katya.
"Kau kan baru pulang sekolah, kakak juga habis naik pesawat Perancis-Indonesia, dan baru sampai di rumah. apa kau tidak tidak kasian sama kakakmu, kakak capek dan masih jetlag Katya. Perginya bisa besok kan?" Sela Kyle menatap adiknya dengan wajah yang dibuat lelah.
"Ah Drama!" ledek Katya, ia kemudian menggeleng dengan mata yang membola penuh tekad. Apapun yang dia inginkan, harus dia dapatkan sekarang. Bahkan kakaknya tidak bisa melarang ataupun menolak semua keinginannya.
"Sini, mana kartu kredit kakak?" Katya yang tidak menyerah sekarang membuka telapak tangannya.
Kyle menggelengkan kepalanya pelan, dan berbalik menghadap Katya. Sehingga mereka berhadapan.
"Mau apa kau dengan kartu kreditku?" Kyle melipat tangannya di dada sambil menaikan dagunya.
Katya melakukan sikap yang sama dengan kyle yaotu melipat tangannya juga.
"Tentu saja untuk memenuhi janjimu padaku, kau tidak ingin aku sebut 'kakak ingkar janji' kan?" Cibir Katya.
"Ck..."
"Bisa saja kau meranjuk." Kyle kemudian merogoh dompetnya di saku celena dan mengeluarkan salah satu kartu kredit.
"Awas kaujangan sampai membuatku bangkrut." Kyle mengacak rambut Katya dan memberi peringatan sebelum turun dari kursi tinggi Kitchen Island.
"Kakak mau kemana sekarang?" Katya berteriak tanpa melihat setelah mendapatkan kartu kredit kakaknya.
"Istirahat, jangan masuk ke kamarku dan menganggu tidurku dengan suaramu Katya." Kyle berteriak.
"Okay. Selamat tidur kakak sayang." lontar Katya dengan senyum lebar.
Kyle berhenti berjalan, dan membalikan badannya sambil memincingkan mata melihat kearah Katya." Apa yang kamu rencanakan sekarang Katya Cessa Martin?" tanya Kyle penuh curiga.
"Apa? Tidak kok.. hehehe." Katya tersenyum manis, menyembunyikan maksud jahil dibalik senyumnya.
"Ah.. terserah kamulah, awas jangan membuatku bangkrut!" Ucap Kyle sambil berbalik menuju kamarnya dilantai dua.
Katya merogoh tasnya guna mengambil ponsel sambil berjalan menuju kamarnya.
"Hana temani aku jalan-jalan." Panggil Katya.
"aku baru sampai rumah."
"Aku jemput sekarang!"
"Tunggu! Ada apa kok tiba-tiba ngajak pergi? Kau mau mentraktirku?"
"Tenang saja, kakakku yang akan mentraktir kita." Ujar Katya.
"Hah?! Kakakmu yang ganteng sudah pulang ya? Apa dia akan pergi dengan kita juga nanti?" tanya Hana.
"Ya enggalah, cuma kartu kreditnya yang akan ikut dengan kita." Ucap Katya sumringah.
" Tunggu, aku akan sampai 1jam lagi."
"Okay.."
***
Plaza Indah Mall, Jakarta
"Katya, aku lapar, kau sudah selesai belanja kan?"
Katya mengangguk sambil mengangkat beberapa paper bag hasil belanjaannya di mall." Kau mau makan apa?"
"Sushi.."
"Kalau gitu kita makan ditempat biasa ya? Ayo.." ajak Katya sambil berjalan.
Katya dan Hana duduk di sebuah restoran sushi terkenal di mall ini dan Hana tidak sengaja melihat seseorang yang dia kenal di sudut ruangan.
"Katya, itu kak Aeron kan?" tunjuk Hana diam diam sambil berbisik pada Katya.
Katya berbalik melihat apa yang ditunjuk Hana padanya, dan ternyata benar saja terlihat Aeron bersama seorang Pria paruh baya, seperti ayahnya, duduk di meja tidak jauh dari meja mereka.
Kok bisa kebetulan sih! Batin Katya.
"Ya ampun, dia tampan sekali! Rasanya aku tidak akan bosan melihat wajahnya setiap saat." Hana mulai histeris tertahankan dengan mata berbinar kearah Aeron.
Katya menyenggol Hana agar temannya itu sadar karena mereka sedang berada ditempat umum. Katya mulai malas dengan ocehan Hana tentang Aeron.
"Eh lihat, ayahnya pergi tuh dan kak Aeron ditinggal sendiri." Kembali Hana menunjuk kearah kursi Aeron.
Katya kembali berbalik untuk melihat, dan ternyata tanpa disangka-sangka Aeron dari tempat duduknya malah balik melihat kearah Katya dan Hana. Pandangan merekapun bertemu membuat Aeron yang berwajah datar menyipitkan matanya.
Deg.
Katya dengan cepat kembali membalikan badannya, jantungnya berdebar karena malu sempat terlihat memperhatikan seniornya. Tapi tidak sedikit ada rasa takut dalam dirinya saat melihat Aeron dengan tatapan tajamnya.
"Ka-tya, Kak Aeron berjalan kearah kita." Ucapnya takjub tidak percaya, Hana membolakan matanya mengikuti arah gerakan Aerondimulai dari tempatnya sampai mendekati meja Katya dan Hana.
"Ah, jangan bohong kau Han." cibir Katya tanpa tahu kebenarannya.
Tidak lama seseorang menarik kursi dengan suara berderit dan duduk di kursi sebelahnya. Katya pun menoleh dan sontak kaget karena mendapati Aeron, si senior berada tepat disebelahnya.
Ternyata Aeron melihat mereka dari tadi dan mencoba mendatangi meja mereka.
Hana hanya bisa tersenyum sambil menganga tidak percaya, senior incarannya yang terkenal tampan duduk satu meja dan mereka saling berhadapan dalam jarak dekat. Hana berfikir mungkin ini mimpi, dan ia menepuk nepuk pipinya berkali-kali untuk memastikan.
"Hana, tutup mulutmu yang berliur! Kau membuatku malu!" Bisik Katya mencondongkan sedikit badannya pada Hana.
Hana lalu tersadar dan menutup mulutnya dengan tissu, wajah Hana berbubah merah seketika itu juga.
"Ma.. af kak, kenapa kakak duduk disini ya?" tanya Hana basa basi padahal ia senang karena pandangannya tidak bisa teralih dari wajah tampan Aeron.
"Apa kalian keberatan aku duduk disini?" tanya Aeron sambil melipat tangannya dimeja. Melihat pada Hana dan Katya bergantian sambil menunggu persetujuan.
Hana menggeleng, dan Katya hanya diam tidak mau menjawab.
"Bagaimana denganmu Katya? Aku boleh duduk bersama kalian di sini?" tanya Aeron. Ada nada jahil terselip dalam pertanyaannya. Mana mungkin Katya menolak, Aeron kan senior mereka terlebih Hana sudah melotot memberi kode bahwa dia tidak keberatan sama sekali Aeron duduk bersama mereka disini.
"Aku tadi ditinggal orang tuaku." Ujarnya santai terdengar ramah.
"Aku tidak ingin makan sendiri dan kebetulan aku melihat kalian. Kita kan satu sekolah, aku berfikir lebih baik kalau kita makan bersama. Bagaimana?" tawar Aeron melihat pada Katya. Pnadangan mata Aeron yang hanya melihatnya membuat Katya gugup setengah mati."Ah, silahkan kak. Kami senang kakak duduk bersama kami." Ujar Hana tersenyum lebar. Aeron sesaat mengalihkan pandangannya dari Katya pada Hana.
Katya tidak bisa berkata- kata, mulutnya terlalu kaku hanya untuk sekedar menjawab. Dia hanya mengangguk sebagai persetujuan.
Tidak lama pesanan mereka datang, karena ada Aeron, rasa lapar Katya menguap begitu saja. Hana berubah jadi jaim sambil bersikap anggun saat mencoba memakan makananya, tapi di dalam hati Katya tahu Hana sangat lapar.
Untuk beberapa saat tidak ada yang berbicara.
Hana mulai meletakkan sumpit dan mulai bertanya untuk mencairkan suasana, "Kakak mengenal Katya? soalnya kakak sudah mengetahui nama teman saya ini." Ujar Hana.
Katya yang kaget menoleh dan melotot pada Hana, kenapa membawa topik dirinya di situasi yang canggung ini sih? Batin Katya.
Aeron hanya tersenyum, dan mengangguk. Anggukan Aeron membuat Katya malu an seakrang ia menunduk karena teringat kejadian di kelas pagi itu.
"Sepertinya kalian dekat ya?" tanya Hana lagi, karena mendadak ia curiga pada Katya.
"Cukup dekat, aku meminta Katya untuk... aww..." Katya mencubit paha Aeron sebelum laki-laki itu menyelesaikan ucapannya, refleks.
Aeron langsung mangaduh pelan, sangat pelan, dan melihat kearah katya dengan tatapan kesal sambil mengusap-ngusap pahanya yang sakit akibat cubitan Katya.
"Kenapa kak?" Hana yang berhadapan dengan Katya dan Aeron tidak tahu kejadian tadi karena terhalang meja.
"Hana, mukamu blepotan makanan, sana bersihkan dikamar mandi." Katya berbisik mengalihkan perhatian Hana dari Aeron.
Hana kaget dan langsung memegang wajahnya dan berdiri untuk pamit ke kamar mandi.
Aeron sekarang melihat Katya setelah pengusiran secara halusnya terhadap Hana.
Tanpa menunggu lagi Katya mendelik sebal pada Aeron,"Maksud kakak apa mengatakan kejadian kemarin pada Hana?!" tuntut Katya.
"Aku tidak ada maksud apa-apa kok." jawab Aeron tenang sambil kembali memasukan sushi ke dalam mulutnya.
Katya menghembuskan nafas, "Sebaiknya jaga mulut kakak, aku tidak ingin Hana dan orang lain tahu kakak pernah menembakku. Kita tidak pernah ada hubungan apapun. Ingat itu!" Peringat Katya dengan tegas.
"Kenapa? Aku memang pernah menembakmu, dan sekarang aku masih menunggu jawaban 'iya' darimu." Balas Aeron.
"Apa kakak lupa, Aku sudah menolak kakak kemarin!" Sungut Katya dengan berani.
"Tapi aku tidak menerima penolakan, Katya." Ujarnya datar.
Sulit berbicara dengan orang keras kepala. BAtin Aeron.
"Aku tidak mau diganggu kak Aeron lagi disekolah ataupun diluar, jadi mau kakak apa sekarang?!" tanya Katya, ia ingin mengakhiri semua kecanggungan ini.
"Yang aku ingin adalah kau menerimaku, dan kita pacaran." Jawab Aeron dengan tersenyum manis.
At Resturant Sushi, Plaza Indah Mall. "Kau mau menerimaku dan kita pacaran." Ujar Aeron . Katya tersenyum mencemooh. "Kalau aku tidak mau, kakak mau bagaimana?" Tantang Katya. "Aku akan menunggu sampai kau mau menerimaku." Balas Aeron tanpa beban. "In your dream! Tidak akan pernah! Setahu aku, banyak yang mau jadi pacar kakak, kenapa kakaa ngejar aku terus sih ?" Dumel Katya. Sebelum menjawab pertanyaan Katya tidak lama Hana kembali dari toilet dan duduk kembali di depan Katya dan Aeron. "Apa yang kalian bicarakan?" Dengan polosnya Hana bertanya. Aeron yang masih menatap Katya tidak bereksi sama sekali dengan kedatangan Hana. Berbeda dengan katya menjawab Hana dengan senyuman kaku untuk menyembunyikan kegugupannya. "Ah tidak, oiya kau masih mau makan Han? Aku sudah selesai nih." "Kenapa?" "Ayo kita pulang." Ajak Katya mengindahkan Aeron di sampingnya. Hana mengerutkan dahinya tanda tidak
Martin's Family MansionKatya menutup mata sambil menghembuskan nafas tercekat dengan jantung berdebar karena rasa marah merambat naik keatas kepalanya setelah apa yang Aeron ucapkan di depan kakaknya.Katya mengepalkan tangan kuat ingin rasanya tangan terkepal ini mengeplak kepala Aeron agar bisa berjalan normal dan semestinya, tidak melenceng seperti saat ini.Kyle tertegun sejenak dan menatap Katya, "bisa kau jelaskan apa maksud dari temanmu ini Katya?" tanya Kyle menuntut jawaban pada adiknya.
International Hospital, Jakarta.Kyle kembali ke kamar perawatan setelah dari ruangan dokter yang memerikasa ayahnya. Dokter mendiagnosa Ayahnya mengalami kelelahan, stres, dan Hipoksia.Hipoksia adalah gejala dimana pasokan oksigen dalam tubuh sangat minin atau kekurangan oksigen dalam darah yang akan dialirkan ke otak, mengakibatkan otak tidak bekerja semestinya dan berefek orang tersebut menjadi linglung, dan hilangnya kesadaran secara tiba-tiba.Ayahnya memang sudah tidak muda lagi, tapi tidak tua juga. Keadaan tubuhnya terlihat bugar walaupun organ tubuhnya tidak sesehat dulu. Kyle sebagai anak sulung harus mulai belajar mengurus perusahaan agar tidak terlalu membebani Ayahnya untuk masalah pekerjaan.Kyle membuka pintu kamar dan melihat Ayah sedang bercengkrama bersama putri bungsunya. Waktu kebersamaan mereka seperti sekarang dipakai Katya untuk bermanja-manja dengan Ayahnya karena sudah hampir sepuluh hari mereka tidak berte
International Senior HighSchool, Jakarta. "Ayo pergi, aku akan mengantarmu pulang." Ajak Aeron. Suasanapun terasa canggung setelah ajakan Aeron pada Katya di depan teman temannya. Apa dia sudah gila?! batin Katya. "Maaf kak, kenapa kakak mengajak saya pulang? Saya bisa pulang sendiri kok." cicit Katya sambil melepas pegangan Aeron pada tangannya. Mulai terdengar bisik bisik disekitar Katya. "...apa mereka pacaran?" "Bukannya kak Aeron sedang dekat dengan kak Dini senior kita." "... Katya gak cantik-cantik amat, cantikan gue..." itu beberapa bisikan yang sempat Katya dengar Hana yang ikut melongo menyenggol lengan Katya, "katanya tidak terjadi apa-apa antara kalian berdua. Tapi kenapa kak Aeron datang ke sini mengajakmu pulang bersama Katya Cessa Martin?!" Hana mengeram tertahan sambil menatap Katya. "Tidak terjadi apa-apa!! Sumpah!" Katya
Martin Building Tower.Katya berdiri sendiri di lobby kantor ayahnya, sudah hampir setengah jam ia menunggu kedatangan Aeron. Setelah itu tidak lama sebuah sedan putih milik Aeron terlihat masuk dan berhenti di depan lobby dan menurunkan kaca jendelanya."Masuk." perintah Aeron pada Katya.Katya membuka pintu mobil dan langsung masuk kemudian mengenakankan seatbeltnya."Maaf, Aku tiba tiba menelpon kakak."Laki laki itu tidak membalas dan hanya fokus melajukan kendaraannya.Katya merasa kalau Aeron marah padanya, terlihat dari sikapnya yang tidak ramah seperti biasa."Kak, maaf untuk perkataanku yang tadi. Aku tidak bermaksud apa-apa hanya saja kesehatan ayah menjadi prioritasku sekarang jadi..." Katya coba menjelaskan dengan canggung.Aeron melirik Katya lewat sudut matanya."Kau tidak bisa masuk ke sana masih mengenakan seragam sekolah." Aeron melirik Katya dari atas sampai bawah. "Ada urus
Martin's Family Mansion. Aeron merasakan panas menjalar ditubuhnya. Katya mulai mendekatkan wajahnya dan menyentuhkan bibirnya pada bibir Aeron kemudian memagutnya pelan. Aeron membolakan matanya kaget karena Katya melakukan hal di luar dugaan. Katya memang belum berpengalaman, bibirnya hanya bergerak dan menyesap bibir Aeron pelan. Aeron pun menggeram. "Hentikan Katya! Apa yang kau lakukan?" Cegah Aeron menarik bibirnya. Katya menunjukan wajah sedih dengan bibir mengerucut karena kegiatannya terhenti. "Mencium mu, bukankah kau menyukaiku kak?" cengir Katya dengan wajah merah, ia kembali menarik Aeron dan mencium bibir laki laki itu. Aeron bisa merasakan bau alkohol yang menguar dari mulut katya. Aeron mulai panas karena Katya sedikit demi sedikit hampir meruntuhkan pertahanannnya. "Aku memang menyukaimu, tapi tidak begini caranya!" Aeron kembali memundur
Martin's Family Mansion. Kyle pulang kerumah dini hari dengan wajah kusut, ia berkali-kali ditelpon Ayahnya menanyakan kabar Katya, sedangkan Katya sendiri tidak mengangkat telponnya sama sekali. Dengan berjalan tergesa-gesa kedalam rumah, Kyle menanyakan kepada pembantunya yang saat itu sudah bangun karena ini baru jam lima pagi. "Katya mana bik?" Tanya Kyle. "Katya dikamar den, tapi..." pembantunya terlihat bingung. "Saya lihat mobil temannya masih disini, apa dia menginap disini?" "Itu masalahnya den, teman non Katya masih di dalam kamarnya non Katya dan belum keluar dari semalam. Bibi tidak berani masuk ke dalam, karena pintunya di tutup." gumam pembantunya. Wajah Kyle langsung pias, tanpa menunggu ia berlari menaiki tangga menuju lantai dua rumahnya, seluruh badan Kyle bergetar karena perasaannya tidak enak. Tanpa mengetuk Kyle membanting pintu kamar Katya dengan suara keras dan berjalan ke
Danadyaksa's Family MansionHampir satu jam Aeron termenung di dalam mobilnya yang terparkir di halaman rumah Danadyaksa. Dengan tatapan kosong Ia menyandarkan kepalanya pada setir mobil tanpa melakukan apa-apa.Tok! Seseorang mengetuk pelan kaca mobil Aeron dari luar."Den tidak apa-apa?" Tanya satpam.Aeron bangun kemudian menurunkan kaca mobil. "Tidak pak, saya keluar sebentar lagi." Jawabnya.Setelah menaikan kaca mobilnya lagi, Aeron mematikan mesin dan keluar dari mobil. Dengan langkah berat berjalan ke rumah."Dari mana saja semalam sampai tidak pulang Aeron?" Suara berat masuk ke indera pendengaran Aeron, langkah kakinya berhenti tepat di depan tangga.Aeron tidak menjawab, ia mulai membalikkan tubuhnya melihat kearah Asher, Ayahnya."Kau tidak pulang karena berkelahi lagi?" Tanya Asher Danadyaksa sambil tersenyum mencemooh karena melihat anaknya yang pulang pagi dengan babak belur.