Share

Bab 6

[Aku tau kau akan menjawab seperti itu, tapi tetap saja aku terkejut mendengar kamu menerima tugas ini]

"Aku berhutang budi pada seseorang, anggap saja ini salah satu balasan ku."

[......begitu, baiklah aku sangat sibuk sekarang aku tutup dulu. Tolong jaga mereka untuk ku, sampai jumpa Sami]

Cahaya dibola itu mulai menghilang, Madam Sami menghela nafas lelah. Dia menyandarkan dirinya kekursi.

"Apa anda yakin akan mengambil tugas ini Nyonya?"

Madam Sami mengalihkan pandangan nya menatap Sian yang sedari tadi ada di sampingnya.

"Ya, dan juga sudah berapa kali ku bilang jangan bicara formal pada ku."

"Maaf tapi saya tidak bisa Nyonya."

"Hah.... kau masih saja keras kepala."

"Maafkan saya."

Madam Sami diam tidak menjawab Sian, Dia tau mau berapa kalipun dia mengatakan bahwa Sian bisa berbicara santai dengannnya.

Jika Sian tidak mau itu tidak akan pernah berhadih bahkan jika mulutnya berbusa, sifat keras kelapa Sian sama keras nya dengan berlian.

******

"Bagaimana ini."

"Tidak tau, ini salah kalian berdua jika kalian tidak mengataiku gila, ini tidak akan terjadi."

"Apa maksudmu, ini jelas salah mu yang bergumam tidak jelas sembari senyum- senyum seperti orang gila."

"Apa katamu aku gila? Kau lah yang gila dasar wanita kasar."

"Kau mau mati? Ayo kemari dengan senang hati aku akan membunuh mu Ray."

"Sudah hentikan kalian berdua."

Tak satu pun dari mereka berdua yang mendengarkan perkataan Arion, Arion menghela nafas. Dia lelah melihat mereka terus bertengkar.

Arion menatap patung emas yang tidak sengaja mereka pecahkan saat bermain kejar- kejaran dilorong tadi.

Arion mendekati pecahan patung emas, lalu mengambil salah satu pecahan terbesar. Dia berniat untuk membereskan pecahan- pecahan ini agar tidak berserakan dilantai.

CRAK....

Suasana hening seketika, semua pasang mata menatap kearah suara berasal. Pecahan patung yang tadi Arion ambil kini dengan mudahnya pecah menjadi potongan kecil.

"Bukan salahku." Guman Arion, dengan hati- hati Arion meletakan pecahan patung di lengannya ke lantai.

Arion perlahan mundur, berbalik badan lalu berlari dengan kencang. Raymond dan Liora yang melihat semua itu terdiam, setelah sadar. Buru- buru Mereka berlari mengejar Arion sembari berteriak marah.

"SIALAN ARION, JIKA KAU TERTANGKAP AKU PASTI AKAN MEMBUNUHMU."

"BERHENTI KAU ARION."

Tentu saja Arion tidak berhenti, Dia malah berlari lebih kencang. Dengan sekuat tenaga Arion berlari menelusuri lorang demi lorang.

Tapi apa daya tubuhnya yang belum sembuh total menghambat gerak Arion, membuat larinya semakin lambat. Sebelum akhirnya dia tertangkap dan dipukuli habis- habisan oleh Raymond dan Liora.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang."

"Untuk sekarang lebih baik kita bersembunyi."

"Bersembunyi? Ada apa dengan kalian bertiga?"

Raymond, Liora dan Arion tersentak kaget atas kedatangan tiba- tiba Madam Sami, tak sampai disitu kedatangan Sian si kepala pelayan dengan pecahan patung emas di tangannya.

Cukup untuk membuat jantung mereka berhenti berdetak.

"Apa itu Sian?"

"Pecahan patung emas kesayangan anda Nyonya, saat menuju kesini tidak sengaja saya melihatnya berserakan di lantai."

"Begitu, aku ingin tau siapa orang bodoh yang berani memecahkan patung kesayangan ku."

"Ya, saya juga penasaran dengan tikus bodoh itu."

Raymond, Liora dan Arion diam- diam melangkah mundur.

"Mau kemana kalian bertiga?"

"Ka-kami akan membawa Arion ke kamarnya, Di-dia akan segera mati ja-jadi kami ingin menemaninya sampai akhir."

Arion menatap tak percaya pada Raymond, dengan teganya dia bilang bahwa dirinya akan segera mati, ditambah Liora yang menganggukan kepala tanda setuju.

"Alah.. kasian, Sian belikan peti mati untuk Arion. Oh.. sekalian belikan juga untuk mereka berdua."

"Baik Nyonya."

"Jadi kalian ingin peti mati seperti apa?"

Mereka bertiga terdiam mematung, menatap Madam Sami dan Sian dengan ngeri. Wanita tua dan Pria tua tengah mendiskusikan peti mati apa yang cocok untuk mereka dengan senyuman dan sesekali tertawa seperti tengah membicarakan cuaca hari ini.

"Ka-kami salah, maafkan kami."

Raymond dan Arion mengangguk ikut menyesal, melihat mereka yang akan menangis bila tidak Madam Sami maafkan seperti anak kecil yang ketauan berbuat  salah oleh ibunya.

Bagaimana mungkin Madam Sami tidak luluh, mata berkaca- kaca dengan kepala menunduk sesekali melirik kearah nya.

"Ba-baiklah akan ku maafkan untuk ini."

'Berhasil.' Sorak mereka dalam hati.

"Tapi...kalian harus membayar 3 juta gold." 

Ternyata tidak, tipuan yang mereka bukan tidak sepenuhnya mempan, Madam Sami sangat kuat.

"Kenapa?" Teriak mereka tak percaya.

"Apa maksudmu dengan kenapa, aku membelinya seharga 6 juta gold. Berterima kasihlah pada wajah imut kalian hingga ku beri setengah harga."

"Cih menyebalkan."

"Apa kamu mengatakan sesuatu Nona?"

Buru- buru Liora menggeleng kepala, puas dengan itu Madam Sami berjalan pergi dengan Sian mengikutinya.

*****

"Aku lapar."

"Berhenti mengoceh Liora, Berisik."

"Tapi aku lapar, dari pada itu mau sampai kapan kita bersembunyi?"

"Setidaknya sampai Nenek Tua itu sedikit tenang."

"Tapi ini sudah malam."

"Aku tau dan berhentilah merusak bunga yang ada disini Rion."

"Maaf, tapi bukan aku yang merusaknya."

"Apa maksudmu, sudah jelas kamu yang merusaknya."

"Itu tanganku bukan aku."

"Ray aku lapar, kapan kita akan makan."

"Kalian berdua diam lah sebentar."

"Apa yang kalian bertiga lakukan disini?"

Seketika tubuh mereka terdiam mematung mendengar suara yang tidak asing dibelakang mereka.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status