Share

Bab 3

Raymond dengan penuh amarah merobek surat itu sampai seperti gula pasir yang menumpuk ditanah, merasa tak puas Liora menginjak potongan kertas hingga menyatu dengan tanah.

Walau pun Arion marah dengan L tetap saja dia merasa kasian pada surat tak bersalah yang di hancurkan dengan cukup mengerikan oleh kedua teman barunya.

Setelah merasa cukup puas, mereka kembali kedalam gua mengganti pakaian dan melanjutkan perjalanan keluar dari hutan kematian.

"Hutan Kematian, mengapa L menyebut Hutan yang damai ini Hutan Kematian?, bukankah aneh."

"Kau benar, mungkin agar terdengar keren bukankah begitu rion?"

"Hm..., menurutku Liora benar hutan ini aneh."

"Tapi apa yang aneh?"

Raymond dan Liora menatap Arion menunggu jawaban nya, dengan tangan didagunya Arion menatap mereka berdua dengan serius.

"Hewan dan Pohonnya mungkin?"

"Tidak mungkin, tapi apa kalian sadar kalau Hutan disini beda dengan hutan disisi lain gua?"

"Kau benar."

Perjalanan terus berlanjut, hari semakin gelap udara menjadi lebih dingin, setelah seharian berjalan mereka sepakat untuk istirahat sejenak.

Kebetulan didekat mereka ada pohon yang cukup besar, mereka duduk dibawah pohon itu.

"Aku meresa ada yang memperhatikan ku sedari tadi, perasaanku tak enak."

Mereka terlalu lelah untuk memperhatikan perkataan Liora, mungkin karena cuaca malam yang cerah dan tubuh mereka yang terlalu lelah rasa ngantuk menguasai mereka hingga tertidur lelap.

Cabang- cabang pohon yang dari tenang, perlahan mulai melilit tubuh Raymond, Liora dan Arion yang tertidur.

Pepohonan dihutan mulai tumbuh besar, semakin banyak cabang pohon yang meliliti tubuh mereka dan semakin kencang pula mililitannya. Membuat mereka sulit bernapas.

•••••

Nafasnya memakin sesak, dengan cepat Arion meraih pedang dipinggang nya dan memotong batang pohon yang melilitnya, tak lupa dia memotong batang pohon yang melilit Liora dan Raymond.

Mereka berlari, tapi tak secepat kemarin. Tubuh mereka terlalu lelah akibat pertarungan kemarin malam, batang pohon yang tadi Arion potong mulai tumbuh kembali.

Pohon- pohon di sekeliling mereka mulai menyerang, situasi mulai membuat mereka terdesak.

"Sial, jika terus seperti ini kita akan mati! Liora Arion bersiaplah untuk bertarung."

Segera mereka bersiaga di posisi masing- masing, dengan pedang ditangan nya Arion menyerbu menyerang monster pohon, dia juga memotong pohon- pohon kecil yang ada didekat nya.

Asap hitam keluar dari pohon- pohon mati, Asap tersebut perlahan mengarah kepada Raymond dan menghantam nya dengan keras.

Dia terjatuh, Raymond berteriak kesakitan, rasanya seolah seribu pedang menusuk jantung nya.

Situasi semakin tak terkendali, mereka tak punya waktu untuk menghawatirkan Raymond. Serangan monster pohon semakin sengit dan ganas.

Malam penuh darah terus berlanjut, mau sebanyak apapun mereka menyerang, monster pohon terus tumbuh semakin kuat dan mereka sudah sangat kelelahan.

Teriakan Raymond sesekali terdengar disela - sela pertarungan, sebanyak apapun mereka memotong dan memukul batang pohon akan tumbuh lagi dan semakin kuat.

"Ugh... hah.. hah.... sial apa apaan asap ini, begitu menyakitkan dan terus menerua memaksa masuk kedalam tubuh ku ugh..." Raymond terlahan berdiri tubuh nya gemetaran.

Pemandangan didepan nya tak begitu baik, Liora sudah kelelahan dan Arion berusaha menjaga tubuh nya tetap stabil.

Mereka berdua sudah diambing batas, pakaian mereka penuh dengan darah, mereka terluka parah.

Rasa sakit ditubuhnya perlahan menghilang mungkin karena Raymond tidak lagi menolak asap hitam memasuki tubuhnya.

Tubuhnya semakin riang dan penuh kekuatan seperti ada sesuatu yang baru lahir didalam dirinya, seperti sihir yang sering paman sebutkan dan tak pernah Raymond percayai.

"Kau tau Ray? Saat mana bahan penting menciptakan sihir memasuki tubuh kita, rasanya akan tubuh kita sangat ringan dan penuh kekuatan seperti terlahir kembali."

"Cih... mengapa aku jadi mengingat omong kosong Paman."

Raymond memejamkan mata meningat ocehan Paman nya tentang sihir, dia merasa kalau omong kosong yang selalu tidak dia percayai akan berguna saat ini.

"Ray, Ray apa kamu mau tau gimana cara melalukan sihir?"

"Gak."

"Pertama - tama kau harus mengucapkan matra karena bagi kebanyakan penyihir mengucapkan matra itu sangat penting tapi aku bisa menggunakan sihir tanpa matra, kau tau kenapa? Karena aku jenius!"

Raymond menatap Paman nya seolah mengatakan 'kau menjengkelkan', merasa malu karena nya paman melanjutkan kembali ocehan tak pentingnya.

"Ekm... kedua yang harus kau lakukan adalah memusatkan fikiran mu dan mengumpulkan mana yang ada disekeliling pada satu titik, Lebih mudah mengumpulkan nya ditelapak tangan mu."

"Ya ada banyak hal lain yang harus diperhatikan juga sih tapi aku yakin kamu bisa mengatasinya, karena kau juga jenius seperti ku."

"Hah... tak ada pilihan lain selain percaya pada ocehan tak berguna paman." Raymond mulai melakukan apa yang Paman perna sebutkan.

Tentu saja tidak semudah itu mengendalikan mana lebih sulit dari yang Raymond pikirkan, seringkali asap hitam atau mana berbenturan dan menghilang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status