Share

Ketertarikan

Hari ini adalah akhir pekan, Kirei tengah berolahraga di taman. Ini adalah caranya melepas penat dan mengembalikan energinya. Minggu ini sedikit melelahkan bagi Kirei terlebih karena setiap hari dia harus satu ruangan dengan Faisal, atasannya.

Kirei sudah sekitar hampir 1 jam berlari mengelilingi taman dia mendudukan dirinya di salah satu bangku taman itu, dia menarik napasnya dan menghembuskannya. Udara segar pagi hari memenuhi indra penciumannya.

Tiba-tiba seseorang dengan memakai baju olahraga berwarna ungu muda mendekatinya, Kirei tidak bisa melihat jelas orang itu karena orang itu memakai kacamata hitam dan masker hingga akhirnya dia membuka kacamata dan maskernya lalu duduk di samping Kirei. Dia adalah Renata rekan kerjanya.

Kirei yang mengenalinya tersenyum “Ibu juga olahraga di sini?” sapanya ceria, wanita itu menatap Kirei terlihat wanita itu sama sekali tidak berkeringat. Apakah dia kemari untuk olahraga? pikir Kirei.

“Jangan panggil Ibu kalo di luar walaupun kamu lebih muda daripada saya, kita hanya beda 5 tahun tahu? Panggil saja kak Rena.” Ujarnya dia meminum air mineral yang sedaritadi dia pegang. Kirei tersenyum mengangguk tanda mengerti.

Rena mendekatkan diri pada Kirei “Kirei, apa kamu sudah punya pacar?” Rena tiba-tiba bertanya dengan semangat, Kirei menautkan alisnya bingung “Tidak. Tidak ada,” jawabnya.

“Aku punya pacar tampan sekali. Aku sangat mencintainya, aku tidak bisa hidup tanpanya.”

Kirei hanya terkekeh geli persis sekali seperti sahabatnya Jessica ketika punya pacar tetapi saat putus dia hanya akan mengumpati mantan pacarnya. Kata-kata dusta seperti itu Kirei sudah terbiasa.

“Benarkah? Apakah kak Rena mau menjodohkanku dengan dia?” Tanyanya bercanda.

“Enak saja, jika dia ketauan berselingkuh aku akan membunuh selingkuhannya.” Kirei menatapnya pura-pura ngeri mendengar kalimat dari seorang pacar posesif. Benar-benar bukan gaya dia. Renata menoleh dan tertawa melihat ekspresi Kirei. “Bercanda,” ujar Rena lagi. Mereka tertawa bersama.

“Seru juga ngobrol dan curhat sama kamu, mau jadi teman ngopi aku? Kita harus sering bertemu,” ujar Rena tiba-tiba. Kirei mengangguk tanda setuju.

                                    ...

Tidak terasa Kirei dan Rena sudah menghabiskan akhir pekan bersama, dengan karakter Kirei yang merupakan pendengar yang baik dan pemberi saran yang baik sedangkan Rena dengan karakter banyak bicara dan peduli membuat Kirei dan Rena semakin akrab. Mereka berjanji untuk bermain bersama jika akhir pekan.

Jam sudah menunjukan pukul 18.00. Kirei tengah berada di halte bus, dia lelah sekali hari ini dia bahkan masih memakai pakaian olahraga. Rena tidak bisa berhenti bicara jika bersama Kirei. Dia menghabiskan hari ini dengan mendengarkan curhatan dari Rena tentang pacarnya. Setelah seharian bersama mereka berpisah, Rena pulang naik taksi sedangkan Kirei memilih naik bus karena lebih hemat. Kirei meluruskan kakinya menunggu bus datang tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depannya. Dia mendongak dan melihat seseorang itu adalah Faisal, dia mengisyaratkan Kirei untuk masuk ke mobilnya.

                                     ...

Kirei dan Faisal tengah berada di sebuah restoran mewah dengan interior elegan dengan banyak lampu-lampu krystal yang menghiasi. Pelayan menghampiri mereka berdua dan menyajikan makanan di atas meja. Kirei hanya menatap makanan itu dan sekeliling restoran dengan canggung begitu pula dengan Faisal sama canggungnya dengan Kirei.

Sejak mereka duduk di sana keheningan menyelimuti mereka tidak ada yang berani membuka suara, Kirei sangat canggung karena di tempat mewah seperti ini dia hanya memakai pakaian olahraga dan masih bau dengan keringat. Sebenarnya apa alasan Kirei masuk ke mobil Faisal adalah dia pikir Faisal mau mendiskusikan pekerjaan dengannya, dia tidak tahu jika Faisal akan membawanya makan malam ke tempat seperti ini.

“Silahkan dinikmati.” Ucapan pelayan membuat mereka berdua tersadar dari pikiran mereka sendiri lalu hanya mengangguk canggung pada pelayan. Mereka mulai mengambil alat makan dan memakan makanan mereka. Faisal memesan steak sapi dan Kirei memesan pasta. Kirei menatap Faisal yang berpakaian rapi lalu menatap pakaiannya sendiri.

'Apa dia sengaja ingin mempermalukanku dengan membawaku yang kucel seperti gembel ini ke restoran mewah?' batinnya kesal.

“Bagaimana kabarmu?”

Ucapan Faisal barusan menginterupsi Kirei yang tengah asik mengutuk Faisal di dalam hati, Kirei bingung dengan pertanyaan Faisal mereka kan bertemu setiap hari dan hampir 12 jam ada di ruangan yang sama pula kenapa menanyakan kabar?

Melihat Kirei diam saja Faisal kemudian mengganti pertanyaannya “Kabar ayah sama ibu kamu gimana? Baik kan?” Kirei terdiam mendengar ucapan Faisal. Dia menghentikan kegiatan makannya dan meletakan garpunya di meja, Kirei menghela napas berat sebelum akhirnya berkata dengan sinis “Apakah kamu menanyakan itu karena benar-benar tidak tahu?”

Faisal menautkan alis bingung, apa yang salah dengan pertanyaannya. “Apa maksudnya?” dipikirkan berapa kali pun dia tidak mengetahui dimana letak kesalahannya mengapa wajah Kirei terlihat sangat marah.

“Apakah kamu bahagia sekarang? Setelah membuat hidupku seperti ini. Apa kau puas?” Kirei menahan tangisnya, Faisal semakin tidak mengerti. Apakah Kirei begitu sakit hati padanya? Karena dia mencampakan Kirei?

“Maaf, Aku hanya sedang kesal dan marah pada diriku karena nilaiku yang buruk hingga berkata seperti itu dulu padamu. Aku tidak bermaksud untuk mengatakan tidak ingin bertemu denganmu lagi,” Faisal menjelaskan panjang lebar. Dia menatap Kirei yang masih terlihat marah.

“Karena kekesalan dan kemarahanmu itu dua orang yang paling berharga di hidupku kini sudah tidak ada.”

“Apa kamu tahu apa yang membuatku marah? Aku tidak tahu harus menyalahkan siapa, karena aku merasa bodoh menangisimu yang bahkan tidak peduli padaku. Kau bahkan tidak menemuiku sejak hari itu. Tapi bagiku, hari itu adalah hari penyesalan terbesarku karena pergi menemuimu.” Kirei bangkit ingin meninggalkan tempat itu dia berdiri sejenak dan berkata pada Faisal tanpa menatapnya.

“Aku harap kita tidak saling mengenal saja. Tolong berpura-puralah tidak mengenalku”

Kirei melangkahkan kakinya tapi terhenti karena seseorang menghalanginya. Tidak itu bukan Faisal, lagi-lagi dia melihat dada bidang yang tidak asing baginya. Kirei mendongakan kepalanya untuk melihat sosok itu dia terkejut karena dia melihat siapa yang ada di depannya. Orang itu menatapnya datar.

“Sayang ngapain? Katanya mau ke kamar mandi?” Sebuah suara menginterupsi mereka yang asik berpandangan, Kirei melirik ke sumber suara tidak jauh di meja dia dan Faisal duduk seorang gadis cantik menggunakan dress hitam tengah menatap kemari.

Pria itu Haru, menoleh dan tersenyum “Iya aku segera kembali.”

Haru kembali menatap Kirei. Menyadari dia menghalangi jalan, Kirei segera menyingkir dan pergi meninggalkan tempat itu.

                                   ...

Di sinilah Kirei sekarang di halte bus yang kosong. Kirei tidak bisa menahan tangisannya, dia menangis. Hatinya benar-benar hancur jika harus mengingat hari itu hari dimana dia kehilangan kedua orang tuanya. Itu salahnya dan dia tidak bisa menyalahkan siapapun karena itu dia sangat malu melampiaskan kemarahannya pada Faisal.

Tiba-tiba sebuah pesan masuk pada ponselnya, dia merogoh ponsel yang berada di sakunya menatap layar ponsel itu dan membaca pesannya.

‘Kapan kamu gajian? Keponakanmu sedang sakit aku tidak punya uang karena sudah di PHK, cepat kirim uang ke rekening kakak'

Tangisan Kirei pecah membaca pesan dari kakanya itu, dia benar-benar tidak tahan mengapa dunia seperti ini padanya? Dia menangis tersedu tanpa dia sadar Haru duduk di ujung kursi halte, dia duduk berjauhan dengan Kirei. Haru menoleh menatap Kirei yang tengah menangis. Setelah puas menangis, Kirei sepertinya menyadari keberadaan Haru, dia menoleh dan menghela napas.

Lagi-lagi pria itu, mereka sudah tiga kali bertemu. Kirei benar-benar tidak nyaman dengan tatapannya. Sekarangpun begitu entah sejak kapan pria itu terus menatap Kirei, terlebih sepertinya dia juga mendengar percakapan Kirei dan Faisal tadi.

“Apa tadi pacarmu?” tanya Haru datar, Kirei mendengus kesal dia menatap pria itu sinis.

“Tidak sopan menguping percakapan orang asing kau tahu?” ujar Kirei ketus.

Pria itu tersenyum singkat “Aku tidak menguping hanya tidak sengaja mendengar. Lagipula siapa di restoran tadi yang tidak mendengar ucapanmu,” jawabnya. Kirei semakin kesal saja mendengarnya, harinya sudah buruk dia tidak ingin memperburuk harinya dengan meladeni ucapan orang asing tidak sopan seperti dia.

“Kalau begitu berpura-puralah tidak mendengar apapun. Itu yang orang asing lakukan untuk kesopanan.” Kirei menatap kedepan dia memutuskan untuk tidak membalas pria itu lagi, dia lelah hari ini.

Haru mengangguk mengerti dan menatap kedepan juga. Setelah itu, Hanya keheningan dan angin sepoi sepoi mengenai kulit mereka, mereka sama sama terdiam menatap lurus ke depan terhanyut dalam pikiran masing-masing. Hingga akhirnya sebuah bus berhenti di depan mereka, Haru bangkit dan lebih dulu masuk ke dalam bus, Kirei menatap Haru kesal, ternyata mereka harus satu bus terlebih saat masuk bus ternyata tidak ada satupun penumpang hanya mereka berdua.

Haru terlihat duduk di bangku pojok paling belakang, pria itu membuka jendela dan menatap keluar. Kirei yang melihatnya memilih duduk di bangku tengah dekat jendela.

Bus mulai berangkat mereka berdua lagi-lagi hanyut dengan pikiran masing-masing sambil menatap keluar jendela. Di bus kosong ini hanya mereka berdua dan pak supir. Kemudian Haru melihat Kirei yang tengah memejamkan matanya, angin malam yang masuk melalui jendela mengenai rambut panjang gadis itu. Haru terdiam dengan pemandangan di depannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status