Share

Who Are You?

Kirei menatap di depannya dengan pandangan kosong. Di sinilah ia sekarang, di kantor polisi untuk memberi keterangan mengenai kejadian mengerikan yang terjadi tadi malam. Pak Ardi menghampiri Kirei memberikan kopi untuk Kirei yang terlihat linglung.

“Tenang saja, ini hanya memberikan keterangan tentang apa yang kamu ketahui, kamu tidak akan jadi tersangka.” Ujar Pak Ardi menenangkan, Kirei menatap ayah sahabatnya itu.

“Kak Rena, Apa dia benar-benar meninggal?” Tanya Kirei, ia menundukan kepalanya dan menutup wajahnya lalu mengusapnya kasar.

“Itu semua salahku, seharusnya aku mengunci pintu rumahnya setelah pergi, seharusnya aku menemaninya.”

Air mata Kirei mengalir ia tidak percaya seseorang yang kurang dari 6 jam yang lalu bersamanya dan mengobrol bersamanya sudah meninggal dengan cara yang mengenaskan seperti itu.

Pak Ardi mengulurkan tangannya menepuk-nepuk pelan bahu Kirei.

“Ini bukan salahmu,” ujar Pak Ardi menenangkan.

“Apa pacarnya sudah diberitahu?” Tanya Kirei tiba-tiba. “Pacar? Dia punya pacar?” Pak Ardi menautkan alisnya bingung.

“Iya, Kak Rena memanggilku semalam dan mabuk-mabukan karena pacarnya mencampakannya,” ujar Kirei menjelaskan.

“Apa kau sudah bertemu dengan pacarnya?” Tanya Pak Ardi, Kirei menggelengkan kepalanya. “Kak Rena tidak mengetahui rumah pacarnya dimana, pacarnya juga tidak pernah mau di foto,” ungkap Kirei. Pak Ardi terlihat berpikir, dia mencurigai sesuatu (lagi).

                                 …

Setelah memberikan keterangan ditemani oleh Pak Ardi, Kirei diantar pulang oleh ayah sahabatnya itu. Mereka sedang berada di depan pintu kostan. Kirei sangat berterima kasih karena sejak tadi Pak Ardi selalu disampingnya dan terus menenangkannya, Kirei sudah merasa lebih baik sekarang.

Kirei dan Pak Ardi menoleh, mereka sama-sama terkejut melihat seorang gadis yang tengah berjalan kearah mereka dengan rambut berantakan. Gadis itu baru menyadari jika di depan kostan ada ayah dan sahabatnya, Jessica ingin berbalik pergi tapi sudah terlambat mereka sudah melihat kearahnya dengan tatapan galak.

Jessica melangkahkan kakinya mendekati mereka berdua.

“Kamu darimana saja baru pulang jam segini?” tanya Pak Ardi dengan nada tinggi. Jessica hanya tertawa renyah.

“Apa maksud ayah? Aku baru bangun, aku mengambil paket di depan,” ujar Jessica mencoba memberikan alasan. Ayah Jessica mendengus jengah dia menatap pakaian putrinya, mini dress selutut dan heels berwarna merah.

“Dengan pakaian dan sepatu itu? Membawa tas juga?” tanya ayahnya dengan nada menginterogasi.

Kirei mengusap tenguknya pelan dia bingung mau bereaksi apa dengan percakapan putri dan ayahnya ini, dia hanya tersenyum melihat mereka berdua. Disaat seperti ini dia sangat merindukan kedua orang tuanya, mungkin orang tuanya juga akan bersikap seperti itu karena dia pulang pagi.

“Iya ayah aku harus membawa tas untuk membayar tukang paketnya. Apa kau tidak tahu COD?” Kirei terkekeh mendengar alasan konyol Jessica, ayahnya menjitak kepala putrinya. Jessica mengaduh kesakitan.

“Kamu kapan akan bekerja? Berhenti sok sibuk kamu hanya pengangguran,” ujar ayahnya. Jessica menghembuskan napasnya kesal.

“Tenang saja ayah putrimu ini sudah mengetahui apa yang dia suka, dia akan belajar dibidang itu dan akan memberikan uang yang banyak pada ayah.”

                                  ...

Jessica menganga tidak percaya mendengar ucapan Kirei yang menjelaskan Renata meninggal dunia. Jessica saja terkejut jika perempuan yang ia temui tempo hari di Bar meninggal dunia terlebih karena dibunuh.

“Apa kau melihat pembunuhnya?” tanya Jessica penasaran, Kirei menggeleng “Tidak, aku kesana dan kak Rena sudah meninggal,” jelas Kirei.

“Kau sendiri darimana saja? Mengapa baru pulang jam segini? Mengambil paket? Alasan konyol macam apa itu?” tanya Kirei dengan pertanyaan bertubi-tubi, Jessica menatap sahabatnya itu dengan senyuman.

“Aku ketiduran di tempat kerjanya takdirku.”

Kirei menautkan alisnya bingung, kemudian dia berseru “Jangan bilang kamu terjerat lagi dengan seorang pria!” Jessica menatap sahabatnya itu tidak terima “Apa maksudmu terjerat? Aku serius kali ini, aku akan mendapatkan hatinya.”

“Aku baru pertama kali jatuh cinta pada seseorang sedalam ini,” lanjut Jessica lagi.

Kirei terkekeh mendengar sahabatnya itu, dia yakin saat mereka putus Jessica hanya akan mengutuk mantan pacarnya. Dia sudah hapal dengan kebiasaan sahabatnya itu.

                                ...

Polisi-polisi sedang sibuk menyelidiki kasus kematian Renata, Polisi menyimpulkan jika Renata adalah korban terbaru dari pembunuhan berantai kepala gundul. Kirei tidak dijadikan tersangka karena saat itu dia terlihat kamera cctv di jalanan sekitar sedang mengendarai taksi setelah mengantar Renata, dan seperti keterangannya Kirei kembali lagi dan menemukan Renata sudah tidak bernyawa, Kirei langsung menelepon polisi saat itu. Jadi, dalam waktu sesingkat itu Kirei tidak mungkin membunuh Renata.

Polisi menyelidiki pacar Rena yang sesuai kecurigaan Pak Ardi ia adalah Haru. Pak Ardi tidak terburu-buru memanggil Haru dia menyelidiki semua alibi Haru dari seminggu yang lalu hingga saat hari kejadian.

Pak Ardi tersenyum puas “Tidak ada alibi. Bocah itu tidak punya alibi,” ujarnya yakin. Begadang selama beberapa hari ini membuahkan hasil, ia tidak menemukan Haru tertangkap CCTV manapun.

                               ...

Setelah pemakaman Renata, Kirei diajak bertemu oleh Pak Ardi. Pak Ardi memberikan beberapa barang milik Renata untuk Kirei. Ternyata Renata adalah wanita yatim piatu, dia tinggal sebatang kara. Pak Ardi tidak tahu harus memberikan barang peninggalan Renata pada siapa karena bukan hanya yatim piatu, setelah di selidiki Renata ternyata tidak punya teman selain Kirei.

Kirei sedang ada di halte bus menunggu bus untuk pulang ke rumahnya. Kirei melihat kotak yang ada di pangkuannya kotak itu berisi peninggalan Rena yang tadi di berikan Pak Ardi, Kirei mengulurkan tangannya untuk membuka penutup kotak itu.

Melihat disana ada beberapa buku diary dan beberapa barang lainnya yang Kirei tidak yakin apa itu, dia membuka salah satu diary berwarna hitam itu dan tidak sengaja sebuah foto polaroid terjatuh mengenai kakinya. Kirei melihat foto itu dan mengambilnya. Kirei terkejut melihat foto itu.

Foto polaroid itu adalah foto Renata dengan seseorang yang terlihat tidak sadar difoto, sosok itu memang tidak jelas tapi Kirei masih mengenalinya. Dia adalah pria yang sudah tiga kali bertemu dengannya. Dibawah foto itu ada tulisan ‘bersama sayangku yang tidak pernah mau difoto’.

Pacar Renata adalah pria itu? Pria yang ponselnya tertukar dengannya, Kebetulan macam apa ini?

Kirei menoleh dan terkejut melihat sosok di depannya, saking terkejutnya dia menjatuhkan semua barang yang ada di dalam kotak hingga berserakan termasuk foto polaroid itu. Sosok itu adalah Haru, Haru menatap barang-barang yang berserakan itu dia mengenali barang itu, dia lalu menatap Kirei yang terlihat sangat terkejut melihatnya.

“Kita bertemu lagi.” Ujarnya dengan senyum tipis.

Kirei yang tersadar segera memunguti barang-barang yang berserakan, Haru membantunya.

“Tidak perlu, biar aku saja.” Haru tidak mengindahkan perkataan Kirei tetap membantu, ia mengambil polaroid dan melihat ada fotonya disana. Kirei melihat itu segera merebut fotonya ia selesai membereskan dan segera bangkit, Haru mendongak dan mengikuti Kirei bangkit.

“Itu aku,” ujar Haru menatap Kirei.

Kirei balik menatap Haru. “Kenapa kau tidak datang?” tanya Kirei tiba-tiba,

Haru menatapnya terlihat bingung. “Kemana?” Ia balik bertanya.

“Pemakaman. Foto itu adalah kamu kan, kamu pacarnya kak Rena. Aku tidak melihatmu di pemakaman, mengapa tidak datang?” tanya Kirei lagi.

Haru menatap dalam Kirei sebelum akhirnya menjawab “Mengapa aku harus?” lagi-lagi Haru tidak menjawab pertanyaannya hanya bertanya balik. Kirei mendengus tidak percaya.

“Bagaimana bisa ekspresimu begitu datar saat pacarmu sendiri meninggal?” tanya Kirei, Haru terdiam tidak menjawab.

Bus datang, mereka berdua masih saling tatap dengan serius. Tidak mau terlibat lebih jauh dengan pria di depannya, Kirei segera masuk bus dia duduk di kursi pojok paling belakang. Haru mengikutinya memasuki bus dan duduk di kursi tengah. Seperti adegan de javu.

Kirei menatap punggung Haru, entah mengapa Kirei merasa aneh melihat punggung itu. Dia terus menatap Haru hingga Haru menoleh ke belakang melihat Kirei yang terus melihat kearahnya setelah balik di tatap pun Kirei masih tidak mengalihkan pandangannya, Haru terdiam dia bangkit.

Kirei terkejut karena Haru tiba-tiba duduk di sampingnya. Kirei menatap Haru, mereka saling bertatapan beberapa saat.

“Apa kau mau mengatakan sesuatu?” tanya Haru dengan senyuman di wajahnya.

Kirei mengerjapkan matanya dia masih setia menatap bola mata dingin milik Haru. “Kamu sebenarnya siapa?” tanya Kirei serius. Haru terkekeh sebelum akhirnya menjawab,

“Haru. Aku Haru.”

                                ...

Haru tengah diinterogasi oleh Polisi, Haru terlihat sangat santai karena dia terlalu sering merasakan sensasi ini. Ini adalah kali ke tujuh dia dia di interogasi, di ruangan yang sama, oleh polisi yang sama yaitu Pak Ardi.

Haru menggigit bibir bawahnya menahan tawa, dia tidak tahan melihat ekspresi serius dari Polisi di depannya. Saking seringnya bertemu dia bahkan sudah menganggap polisi di depannya ini sahabatnya.

“Tertawa? Kamu tertawa saat seseorang meninggal?” tanya pak Ardi kesal, Haru segera menutup mulutnya melihat polisi di depannya emosi.

“Bukan begitu, aku tertawa dengan situasi ini. Apa bapak tidak bosan memanggilku kemari? Bapak begitu merindukanku?” Ujar Haru santai, sekarang giliran Pak Ardi yang tersenyum

“Aku pastikan ini adalah kali terakhir aku memanggilmu karena kamu akan membusuk di penjara.” Ujar Pak Polisi, Haru menyunggingkan senyum.

“Kenapa? Apa bapak tidak menemukan alibiku?” tanya Haru, Pak Polisi mengangguk

“Tertangkap kau sekarang.”

Ponsel Haru yang berada di atas meja tiba-tiba berdering, Pak Polisi dan Haru melihat ponsel yang berdering itu dan melihat siapa seseorang yang memanggil Haru.

‘Jessica’ nama itu tertera di layar ponsel Haru. Pak Ardi terdiam, Haru menatap pak Ardi melihat ekspresinya. Haru menyunggingkan senyumnya.

‘Haru kamu dimana? Mengapa tidak ada di cafe?’

Setelah ponsel itu berhenti berdering, sebuah pesan tiba-tiba masuk. Pak Ardi terlihat semakin bingung.

“Dia alibiku. Saat kejadian aku menghabiskan malamku dengan dia.” Ujar Haru lagi dengan senyuman misterius di wajahnya. Pak Ardi menatap Haru, mengepalkan tangannya emosi dan segera memukul Haru hingga ia jatuh tersungkur.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status