Share

Kebetulan

Sudah beberapa hari berlalu sejak hari dimana Kirei meluapkan emosinya pada Faisal. Walaupun Faisal tidak tahu dengan jelas apa salahnya, dia menuruti perintah Kirei untuk tidak membahas masa lalu. Beberapa hari Kirei bekerja bersama Faisal, Faisal tidak pernah membahas hari itu ataupun masa lalu mereka hanya membahas mengenai pekerjaan. Kirei sedikit bersyukur.

Kirei melangkahkan kakinya menuju ranjang single size nyamannya, dia membaringkan tubuhnya melepas penat usai seharian bekerja. Kirei memejamkan matanya namun tiba-tiba pintu kamar terbuka membuat Kirei membuka matanya dan terkejut melihat sahabatnya Jessica masuk dengan penampilan yang tidak biasa.

Jessica mengenakan mini dress hitam ketat yang panjangnya diatas lutut, Kirei menatapnya bingung. “Kamu darimana? Pulang-pulang make up menor begitu.” Tanya Kirei sembari memposisikan dirinya menjadi duduk.

“Ayo kita ke bar!” serunya tiba-tiba, Kirei bingung sekaligus terkejut ternyata pertanyaannya salah bukannya darimana melainkan mau kemana.

“Mau kemana kau bilang? Apa aku tidak salah dengar? Tumben sekali kamu mengajak ke bar. Jika ayahmu tahu dia akan membunuh kita,” ujar Kirei tertawa geli. Jessica tidak menghiraukan perkataan sahabatnya itu dia mengeluarkan sesuatu dari paper bag yang dia jinjing sejak tadi, ternyata itu adalah mini dress berwarna hijau mint dan sepatu berwarna krem.

“Pakai ini ayo kita ke bar.” Ujarnya sembari memberikan sepatu dan mini dress itu pada Kirei. Kirei tentu saja tidak mau. Jessica duduk di samping Kirei menunjukan wajah memohon dan berkata “Kalau begitu aku akan pergi sendiri, minum disana sendirian dan mabuk lalu ada lelaki yang membawaku, setelah itu…”

“Ayo kite pergi. Dimana itu tempatnya?” Kirei segera bangkit membawa dress dan sepatu itu menuju kamar mandi untuk berganti pakaian. Jessica tertawa, sahabatnya itu memang gampang sekali dibujuk.

                                ...

Di sebuah ruangan dengan cahaya yang minim, pria-pria yang tengah duduk mengelilingi meja besar yang berada di tengah ruangan. Mereka adalah polisi yang tengah rapat mengenai pembunuhan berantai yang sudah menewaskan 6 orang wanita muda, yang saat ini membuat resah masyarakat karena pembunuhnya belum di ketahui.

“Korban pertama, Vionissa Azahra seorang pegawai bank yang hidup sebatang kara ditemukan tewas mengenaskan di rumahnya.”

“Korban kedua, Tiara Lidiya yaitu seorang mahasiswa yang merantau, korban ketiga dan keempat bernama Siti Nina dan Vina Anggraeni yang seorang pegawai karaoke. Korban kelima Monica pekerja bar. Dan korban terbaru yaitu Maria Inayah seorang pekerja paruh waktu di super market”

“Kesamaan dari keenam kasus ini sangat banyak yaitu pembunuhan terjadi tepat pada pukul 12 malam dan pelaku mencukur habis rambut korban setelah membunuhnya. Ini membuktikan jika pembunuhnya adalah seorang psikopat atau pembunuh yang sangat dendam terhadap korbannya karena seperti tidak cukup membunuh, dia juga membotaki rambut korban demi kepuasannya.”

Seorang Polisi yang sepertinya terlihat seperti pemimpin rapat menjelaskan mengenai kasus yang sudah hampir 2 tahun lamanya belum terpecahkan dan sekarang sudah ada korban baru. Polisi semakin meningkatkan penyelidikan agar tidak ada korban jiwa lagi.

“Tersangkanya?” Tanya seorang Polisi yang sepertinya berpangkat tinggi, hanya dia yang memakai pakaian seragam Polisi lengkap.

“Kami sudah menyelidiki semua tersangka yang memiliki motif untuk membunuh korban tapi tidak ada bukti yang cukup jadi sangat sulit melakukan penyelidikan Pak,” Jawab Polisi yang memimpin rapat itu. Beliau adalah Pak Ardi, Ayah Jessica.

“Akhir tahun ini kalian harus segera menemukan pembunuhnya. Masyarakat sangat geram karena pihak kepolisian tidak bisa menangkap pembunuhan yang sudah jelas dilakukan oleh orang yang sama.” Ujar Polisi berpangkat tinggi itu tegas.

Semua Polisi disana hanya menunduk. “Pak, sebenarnya ada satu tersangka yang berhubungan dengan semua korban yang saya curigai”

Pak Ardi tiba-tiba membuka suara, Polisi berpangkat tinggi itu terlihat tertarik “Tapi?” Tanya polisi itu.

“Setiap pembunuhan terjadi, si tersangka ini selalu tertangkap kamera sedang berada di tempat lain. seperti sengaja membuat alibi” jelas Pak Ardi lagi, Pak polisi berpangkat tinggi itu menatap pak Ardi dan berkata, “Kalau begitu ada kemungkinan dia adalah seorang komplotan?”

Pak Ardi mengangguk membenarkan.

                               …

Kirei dan Jessica berjalan menyusuri bar yang sangat dipenuhi dengan orang-orang yang datang kesana untuk bersenang-senang, mereka menari mengikuti alunan musik. Kirei dan Jessica yang asing dengan tempat seperti ini hanya menatap sekeliling canggung. Sesekali mereka menolak ajakan pria-pria yang datang mendekati mereka.

“Mau apasih mengajak ke tempat seperti ini. Lihatlah dirimu? Seperti anak kecil yang kehilangan induknya” teriak Kirei karena musik yang begitu keras. Jessica mengerucutkan bibirnya dia melihat sekeliling mencari seseorang. Kirei menyadarinya.

“Jangan bilang kita kemari untuk mencari pacarmu yang brengsek itu? Kau mau apa mencarinya?” Tanya kirei berteriak lagi, Jessica mendelik menatap sahabatnya itu dia bahkan tidak sudi mendengar tentang mantan pacarnya itu, Jessica sudah memblokir semua nomor pacarnya itu.

“Aku mencari takdirku,” ujar Jessica yang sama sekali tidak Kirei mengerti. Kirei lelah berdiri dia melihat sekeliling dan matanya melihat sosok yang tidak asing, sosok itu tengah duduk sendirian.

Ia adalah Renata. Teman kerja yang paling dekat dengannya, Kirei dan Renata sering minum bersama setelah pulang bekerja. Dia tidak menyangka bertemu dengan Renata di tempat ini. Kirei melambaikan tangannya saat melihat Renata melirik padanya, Renata terlihat sedikit terkejut dia tersenyum dan memberikan kode untuk menyuruh Kirei duduk di sampingnya. Kirei menarik tangan Jessica berjalan mendekati Renata.

“Kirei? Kamu juga ke tempat seperti ini? Aku pikir kamu bukan type yang seperti itu, ternyata kamu tahu cara bersenang-senang,” ujar Renata tidak menyangka. Kirei dan Jessica duduk di samping Renata.

“Sebenarnya... ini pertama kali.” Ujar Kirei pelan tapi masih terdengar oleh Renata, Renata tertawa.

“Siapa?” Renata melirik seorang gadis di samping Kirei, Kirei baru sadar belum memperkenalkan temannya.

“Oh? Ini temanku kak, teman sekostan juga. Tidak tahu ada angin apa tiba-tiba mengajak ke tempat seperti ini,” jawab Kirei.

Jessica tersenyum ramah dan mengulurkan tangannya “Jessica,” ujarnya memperkenalkan diri.

Renata membalas uluran tangan Jessica “Renata. Teman sekantor Kirei,” ujarnya tersenyum.

“Kak Rena ngapain disini?” tanya Kirei. “Kau serius menanyakan itu? Tentu saja untuk bersenang-senang. Iya kan kak?” Jessica yang membalas pertanyaan Kirei, Kirei mendengus mendengar Jessica yang menjawab.

Renata tertawa geli mendengar percakapan mereka. “Aku kesini bersama pacarku, dia sedang ada pekerjaan disini. Aku menunggunya” 

"Dengar kan? Bukan untuk bersenang-senang," ujar Kirei pada Jessica.

"Pacar tampan kakak itu? Dia ada disini? Aku penasaran siapa orangnya yang membuat seorang kak Rena selalu membicarakannya sepanjang hari,” ujar Kirei lagi, Renata hanya tertawa renyah.

“Nanti kau lihat saja. Tapi jangan jatuh cinta padanya ya?”

                               ...

“Menu barunya akan ada perpaduan kopi. Pelanggan kami sangat menyukai minuman baru yang anda buat, semoga kita bisa bekerja sama Pak Haru” 

Dua orang pria tengah berbincang, di sekeliling tempat itu terlihat banyak minuman. Seorang pria mengulurkan tangannya pada Haru, Haru tersenyum singkat dan membalas uluran tangan pria itu tanda menyetujui kesepakatan. Tiba-tiba ponsel Haru berdering dia meminta ijin untuk mengangkat teleponnya sebentar.

“Sayang masih lama?” suara seorang gadis terdengar di seberang telepon, “Tidak, sebentar lagi.” Jawab Haru seperti biasa ia menjawab dengan nada datar. “Temanku disini. Aku mau ngenalin kamu,” ujar gadis itu lagi. Haru membalikan badannya melihat pria tadi, ia sedang mencicipi minuman. 

“Iya aku segera kesana."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status