Share

Bab 3 Kesempatan Emas

Suara ketukan pintu terdengar membuat Flo yang menikmati tidurnya, terbangun. Padahal dia baru saja memejamkan matanya. Flo berangsur bangun dari tidurnya. Dia ingin melihat siapa gerangan yang mengetuk pintu. Saat membuka pintu, dia mendapati temannya masuk ke kamar kosnya.

 “Lihat fotomu beredar di internet,” ucap Shintia pada Flo menunjukan layar ponselnya.

“Astaga!” Alangkah terkejutnya Flo melihat fotonya bersama dengan Kafa beredar di internet. Terlebih lagi foto itu terlihat sanga vulgar karena tanpa sehelai benang pun. Rasanya Flo tidak pernah merasa berpose seperti itu. Beberapa komentar membanjiri foto-foto yang tersebar. Mereka rata-rata menanyakan siapa gerangan wanita yang bersama dengan Kafa. Ada beberapa yang mengatakan jika wanita yang bersama Kafa jelek.

“Bagaimana bisa ini terjadi?” tanya Shintia.

“Entahlah.” Flo masih bingung, otaknya seketika kesulitan untuk berpikir.

“Tenanglah, aku yakin ini hanya editan semata. Jadi jangan khawatir.” Shintia mencoba untuk menenangkan Flo. Kemudian berlalu meninggalkan Flo.

Flo hanya bisa menggeleng melihat foto dilihatnya tadi. Masih terus memikirkan bagaimana semua ini bisa terjadi.

Seminggu yang lalu.

Kesempatan emas menghampiri Flo kala usai melakukan pemotretan dan bersiap untuk pulang. Dari kejauhan dia mendengar suara managernya sedang berbicara pada temannya.

“Shintia, tolong antarkan berkas foto model kita ke K Management. Mereka akan memilih beberapa model kita. Jadi model kita akan masuk ke sana.”

Suara manager tempatnya bekerja membuat Flo yang bersiap untuk pulang menghentikan aktivitasnya. Dia jelas mendengar jika agensinya akan mengirim beberapa model audisi untuk masuk K Management.

“Aku tidak boleh sia-siakan kesempatan itu,” gumam Flo.

“Aku masih sibuk. Sepertinya tidak bisa sekarang. Suruh saja orang lain.”

Mendengar temannya tidak bisa mengantarkan berkas, Flo langsung berlari menghampiri manager. “Kak, biar saya saja yang antar,” ucap Flo dengan senyumannya.

Manager menimbang-nimbang ucapan Flo. Dia sadar jika Flo sangat gigih dalam bekerja, tetapi dia kurang yakin jika Flo yang akan mengantarkan.

“Saya pastikan jika berkas ini akan sampai pada orang yang dituju.” Flo merasa kali ini kesempatannya menuju ke K Management. Paling tidak, dia bisa mengetahui seperti apa tempat kakaknya dulu.

“Baiklah, berikan pada Manager Dinda,” ucap manager.

“Baik, Kak. Saya akan memberikan pada Manager Dinda.” Flo menganggukkan kepalanya. Meyakinkan jika dia akan memberikan pada orang yang diminta.

Sebuah keberuntungan untuk Flo, dia bisa pergi ke K Management. Dengan uang yang diberikan sang manager, Flo menuju ke kantor K Management dengan menaiki taksi. Sepanjang perjalanan Flo membayangkan apa yang akan dia lakukan di sana. Namun, satu hal yang akan dia lakukan. Menanyakan apakah ada yang mengenal kakaknya.

Taksi sampai di K Management. Saat turun Flo dibuat kagum dengan kantor yang begitu megah. Dia pikir K Management berada di perperkantoran di tengah kota, tetapi ternyata justru berada di pinggir kota. Yang lebih membuat Flo terkejut kantor berdiri di lahan yang sangat luas.

Mengayunkan langkahnya, Flo masuk ke lobi K management. Saat masuk ke lobi terlihat ruangan begitu sangat saat indah. Di sebelah sudut kanan terdapat coffee shop, sedangkan sebelah kiri terdapat sebuah ruangan tempat bersantai dengan lantai rumput sintetis dan bean bag untuk duduk. Semua terlihat jelas karena hanya dibatasi dengan kaca transparan. K management terlihat memberikan kenyamanan yang luar biasa untuk para karyawannya.

Flo terus mengayunkan langkahnya, menuju ke resepsionis. Satu hal yang ingin dia lakukan adalah mencari orang yang bernama Dinda sesuai dengan yang diminta oleh managernya.

“Maaf saya ingin bertemu dengan Ibu Dinda. Saya dari Zara Management,” ucap Flo pada resepsionis.

Resepsionis pun tersenyum. “Anda bisa menuju ke lantai lima,” ucapnya.

Flo mengangguk dan kemudian berjalan menuju ke lift. Dari kejauhan, Flo melihat pintu lift yang hampir saja tertutup. Dia lari sambil berteriak, “tunggu!” Flo berlari. Mengejar agar pintu lift tidak tertutup.

Namun, naas pintu lift tertutup. Tangan Flo yang memegangi pintu lift membuat tangannya terjepit. Orang yang berada di dalam lift langsung membuka lift kembali, takut terjadi sesuatu pada orang yang sedang membuka lift.

Saat pintu terbuka, Flo masuk ke dalam lift. Dia langsung menuju pojokan lift sambil memandangi kukunya yang patah. “Kuku cantikku patah,” regeknya. Dia merasa kukunya adalah aset berharganya, jika patah bisa-bisa dia tidak akan dapat pekerjaan lagi. “Kalau begini aku bisa mati kelaparan!” Rasanya Flo ingin menangis.

Melihat Flo, seorang pria di sebelah memandangi dengan pandangan penuh cibiran. Merasa aneh dengan perempuan di sebelahnya. Hanya kuku saja gadis di sebelahnya itu menangis.

Flo masih menunduk memandangi kukunya yang patah. Meratapi nasibnya. Rambutnya yang jatuh saat menunduk membuat wajahnya tidak terlihat.

Sejenak dia ingat tujuannya datang ke K Management. Menegakkan tubuhnya, Flo melihat layar yang tertera angka. Saat mendapati layar menujukan angka lima, dia buru-buru keluar dari lift.

Flo menunggu ke ruangan Manager Dinda untuk menyerahkan berkas yang berisi foto-foto model di tempatnya. Sepanjang duduk menunggu, Flo melihat beberapa model yang lalu lalang. Flo mengakui jika model-model itu sangat cantik. Tubuhnya begitu proporsional, hingga membuatnya kecil hati. Membenarkan jika dirinya tidak punya nilai jual untuk menjadi seorang model.

“Rasanya, aku tidak yakin bisa masuk ke sini,” gumamnya. Flo merasa angan-angannya sudah terbang jauh sekali. Hingga sulit untuk meraihnya.

“Dari Zara Management.”

Suara lembut seorang wanita membuat Flo yang sedang melamun tersadar dan langsung mengangguk. Kemudian, mengikuti wanita itu untuk menemui Manager Dinda.

“Permisi,” ucap Flo sopan.

“Silakan masuk.”

Flo melihat seorang wanita cantik terlihat tersenyum manis padanya, menyambut dengan ramah. Flo tersenyum membalas senyuman itu seraya menyerahkan berkas yang dibawanya.

“Apa kamu juga model?” tanya Manager Dinda.

“Iya,” jawab Flo ragu. Baru kali ini ada yang tepat menebak dirinya seorang model. Hal itu membuat Flo merasa senang. Biasanya, Flo jelaskan jika dia seorang model saja orang tidak percaya.

“Sering pemotretan produk apa?” Dinda tahu jika di agensi tempat Flo hanya menerima pemotretan. Belum ada modelnya yang berlenggak-lenggok di atas catwalk.

“Produk perhiasan tangan dan jam tangan. Belakangan ini produk lipstik,” jawab Flo malu-malu.

“Jadi wajah kamu tidak kelihatan?” tanya Dinda tersenyum tipis.

“Iya, kata mereka wajah saya tidak menjual.”

Dinda tersenyum mendengar jawaban polos dari Flo. Sayang sekali mereka tidak melihat berlian, batin Dinda. Dia melihat wajah Flo begitu cantik natural. Jika dibanding model di Kafa, mungkin wajah Flo memang jauh berbeda. Model-model di K Mangement terlihat cantik dengan riasan, sedangkan Flo sudah cantik tanpa riasan.

Dinda sedikit membenarkan jika wajah Flo menurut agensinya tidak akan laku jika dijadikan model. Karena yang Dinda tahu, agensi itu memilih model-model sensual dengan wajah-wajah menggoda untuk dijadikan katalog perhiasan toko mas kelas menengah.

“Baiklah, sampaikan pada atasanmu aku sudah menerima foto-foto ini.”

“Baiklah, terima kasih,” ucap Flo menganggukkan kepalanya. Kemudian keluar dari ruangan.

Flo keluar dari ruangan menunggu lift terbuka. Menunggu bersama dengan para model. Para model itu saling bercerita. Membuat Flo mau tidak mau mendengarkan mereka yang asyik bercerita.

“Apa kamu tahu jika Pak Kafa sudah kembali dan akan mengurus perusahaan ini?” tanya seorang model pada temannya.

 “Oh … ya? Aku tidak sabar melihat pria tampan itu. Rasanya aku ingin berpose dengannya.”

Kafa? tanya Flo dalam hati ketika mendengar cerita model di sebelahnya. Namanya hampir sama dengan nama perusahaan, Flo pikir jika pasti itu adalah pemilik perusahaan.

“Dia model papan atas, mana mau pose dengan kita.”

“Iya, juga. Aku pikir juga begitu.” Sang model tertawa. “Yang terpenting sekarang dia akan di sini dan kita akan sering melihat dia. Kapan lagi melihat anak dari pemilik perusahaan.” Dua model itu cekikan tertawa membahas atasan mereka.

Flo mendengar dengan saksama jika ternyata Kafa itu benar anak dari pemilik perusahaan sekaligus seorang model.

Tepat saat itu juga, pintu lift terbuka. Terdapat dua pria tampan di dalam lift dan membuat dua model itu menunduk dan mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam lift. Flo yang melihat pemandangan itu merasa heran. Karena Flo ingin segera pulang, dia masuk ke dalam lift. Tanpa memedulikan kenapa hal itu terjadi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status