Share

Bab 5 : Rencana Balas Dendam

"Rumah yang bercat putih. Itu rumahku." Seru Camelia memberitahu. 

Ali mengangguk lalu mengemudikan mobilnya ke rumah yang ditunjuk Camelia. Mobil hitam miliknya berhenti tepat di luar pagar rumah Camelia. 

Caesar melirik rumah bercat putih itu dari dalam kaca mobil. Menatap rumah Camelia yang sangat besar dan megah. Ia melirik sekilas Camelia yang turun dari mobil. Ia mendengus. Akhirnya gadis itu turun. 

Camelia mengetuk kaca mobil depan lalu tersenyum senang. "Terimakasih telah mengantarkanku pulang." Ujarnya pada Ali.

Ali membuka kaca mobilnya lalu mengangguk kecil. "Sama-sama." 

Sekilas Camelia menatap wajah Caesar dari luar kaca mobil. Terlihat sekali jika pria asing itu sangat berharap dirinya segera pergi. Camelia menyeringai memikirkan sesuatu. Kemudian dia mengetuk kaca mobil belakang. Caesar menoleh ke arahnya dengan tatapan sinis. 

"Buka dulu kaca mobilnya." 

Caesar mendengus lalu menekan tombol untuk membuka kaca mobil. 

"Ada a--" 

Cup. 

Camelia mencium pipi Caesar dengan sengaja. Mata Caesar langsung terbelalak kaget. Terkejut saat merasakan bibir gadis aneh tersebut mendarat di pipinya. Tubuhnya langsung menegang. Baru kali ini ada seseorang yang berani mencium pipinya. 

Camelia yang melihat itu menyeringai puas. Lalu mendekatkan bibirnya ke telinga Caesar yang masih kehilangan kesadarannya. "Itu baru namanya seorang jalang, paman." Ujarnya dengan nada mengejek. 

Mendengar itu langsung membuat kesadaran Caesar kembali. Ia melayangkan tatapan tajam ke Camelia. Matanya berkilat marah. "Beraninya kau!!" Ujar Caesar murka dengan wajah yang mengeras. 

Camelia ketakutan melihat ekspresi seram Caesar. Ia langsung melangkah mundur dan secepat kilat membuka pintu pagarnya. Kemudian berlari dengan kencang ke rumahnya. 

"Sampai jumpa, paman. Anggap saja itu hukuman dariku karena paman sudah mengataiku." Teriak Camelia sambil melambaikan tangannya. 

Caesar mengepalkan tangannya dengan kuat. Kuku-kukunya memutih. Wajahnya mengeras setelah mendengar ucapan Camelia. Apa katanya tadi? Hukuman? Caesar rasanya ingin menembak gadis itu saat ini juga! Beraninya gadis itu mencium pipinya! Bahkan mengatakan hal itu padanya! 

Dirinya benar-benar murka. Sebagai seorang pemimpin mafia. Baru kali ini Caesar merasa harga dirinya benar-benar diinjak oleh gadis aneh itu. 

Tapi Caesar tidak bisa melakukan apa-apa sekarang. Dia sedang berada di negara orang. Dan saat ini dia tidak memiliki kekuasaan apapun. Dia tidak akan bertindak gegabah dengan membunuh gadis itu saat ini juga. Tidak, Caesar akan tetap membunuh gadis itu. Tapi bukan sekarang. Nanti, jika nanti Caesar bertemu dengan gadis itu. Maka Caesar berjanji akan menembak kepala gadis itu dengan pistolnya. 

"Kau kenapa, Caesar? Kenapa wajahmu merah begitu?" Tanya Ali bingung melihat ekspresi Caesar. Karena dia sibuk mengotak-ngatik handphone-nya. Dia jadi tidak tau jika si mafia itu baru saja dicium oleh gadis aneh itu. 

Tapi Caesar bersyukur Ali tidak melihat adegan saat dirinya dicium. Mau ditaruh dimana mukanya nanti jika Ali melihat adegan tidak senonoh itu. 

"Tidak ada." Jawab Caesar ketus. Ia menendang kursi Ali dengan keras. "Apa yang kau tunggu?!Cepat jalankan mobilmu!" Titahnya kesal. 

"Ck, iya-iya. Kau aneh sekali." Balas Ali sambil mengemudikan mobilnya keluar dari perumahan elit tersebut. 

***

Di kediaman Wilson. 

Camelia membuka pintu rumahnya dan terkejut saat mendapati Regan, papanya berdiri di depan pintu dengan tubuh terkejut sama sepertinya. 

Sama seperti Camelia. Regan ikut terkejut melihat putrinya sudah berdiri di ambang pintu. Dia baru saja ingin keluar dari rumah untuk mencari keberadaan putrinya. Saat mendapat kabar jika putrinya hilang. Dia langsung menyuruh anak buahnya untuk mencari dimana putrinya. Karena tidak ada hasil dari pencarian anak buahnya. Dia pun langsung bergegas keluar rumah untuk mencari putrinya yang hilang. 

Dan tanpa disangka putrinya itu sudah berdiri di depannya dengan keadaan yang sangat berantakan. Rambut yabg acak-acakan, baju yang kotor, dan mata yang bengkak seperti habis menangis. Apa yaang terjadi pada putrinya?! 

"Darimana saja kau?!" Regan bertanya dengan nada marah yang terselip kekhawatiran. Sorot matanya dingin menatap Camelia. Wajahnya mengeras melihat kondisi Camelia yang berantakan. 

Camelia yang ditatap begitu tidak merasa takut. Ia menatap wajah Regan dengan mata yang berkaca-kaca. Lalu tanpa apa-apa ia memeluk tubuh Regan dengan erat. Lalu isakan tangis keluar dari mulutnya. 

"Huaaa papa!!" Tangisnya pecah. 

Regan yang mendengar itu menghela napas pelan. Rasa marah dan cemas karena melihat kondisi putrinya yang tidak baik-baik saja langsung menghilang. Dia membawa Camelia duduk di sofa. Lalu memeluk tubuh Camelia dengan tangannya. Tangannya ia gunakan untuk merapikan rambut Camelia yang berantakan. 

"Ada apa?" Tanyanya. 

"Hiksss laki-laki brengsek itu sangat bajingan! Aku membencinya!!" Adu Camelia pada Regan. 

"Siapa?" 

Camelia melepaskan pelukannya lalu menatap ke depan dengan mata yang berkorban marah. "Namanya Angga ayah!! Dia adalah laki-laki brengsek dan bajingan!! Dia berani sekali mencampakkanku demi perempuan jelek itu! Lalu dengan tampang brengseknya itu dia berani memintaku untuk menunggunya! Akhh.. Rasanya aku ingin mencakar wajahnya dengan kuku ku yang tajam!! Dia--" 

"Dia adalah pacarmu, kan?" 

Jlek. 

Tangisan dan teriakan Camelia langsung berhenti seketika. Ia meneguk ludahnya kasar. Darimana Regan bisa tau kalau Angga adalah pacarnya? Selama ini Camelia sudah sangat berhati-hati agar Regan tidak tau tentang Angga. Apalagi mengetahui tentang hubungan pacaran mereka yang ia rahasiakan diam-diam. 

Camelia menoleh ke samping. Regan menatapnya dengan wajah datar sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Regan menatap Camelia dengan sorot mata yang mengintimidasi. 

Camelia menyengir, "Haha, apa maksud papa? A-aku tidak punya pacar." 

Regan menjentik dahi Camelia. "Aduh, papa itu sakit!" 

"Jangan pura-pura tidak mengerti. Papa tau kau berbohong." Balas Regan. 

Camelia langsung bungkam. Ia memalingkan wajahnya ke samping. Tidak ingin melihat wajah papanya yang menyeramkan kalau sudah marah. 

"Kamu pikir papa tidak tau?! Kalau kamu diam-diam pacaran dengan pria bajingan itu!" Ucap Regan dengan nada tegas seraya menatap Camelia yang menundukkan kepalanya. 

"Kalau papa tau kenapa papa baru marah sekarang?" Tanya Camelia dengan polosnya, tanpa menatap balik lawan bicaranya. 

"Karena papa ingin kamu sadar kalau pria itu adalah pria bajingan yang tidak pantas untuk kamu. Selama ini papa diam dan menahan diri agar kamu bisa paham kalau apa yang papa bilang selama ini untuk kebaikan kamu. Papa bosan terus melarang dan menasehati kamu yang tidak pernah mau nurut sama papa." 

"Sekarang setelah tau kalau pria itu adalah seorang bajingan. Kamu menangis dan merengek seperti anak kecil. Apa ini yang selama ini papa ajarkan padamu?! Menjadi perempuan lemah yang menangis hanya karena pria bajingan itu!" Regan melontatkan kalimat yang tajam dan sangat menusuk hati Camelia. Dia tidak akan luluh lagi oleh air mata Camelia. Biarkan saja putrinya itu menangis karena kalimat pedasnya. Regan hanya ingin Camelia sadar bahwa apa yang dilarangnya selama ini hanya agar Camelia tidak merasa terluka oleh siapapun. 

Camelia menundukkan kepalanya. Matanya berkaca-kaca mendengar semua perkataan pedas dari papanya. Benar apa yang dikatakan Regan. Seharusnya ia tidak boleh cengeng hanya karena pria bajingan itu. Selama ini ia bodoh karena sudah mempercayai Angga! Pada akhirnya Angga lah yang meninggalkan dirinya. Camelia benar-benar merasa bodoh karena sudah percaya dengan semua janji manis yang pria itu ucapkan. 

Dan sekarang Camelia merasa bersalah pada papanya. Ia sudah tega membohongi papanya dengan merahasiakan hubungannya dengan Angga. Demi melindungi Angga dari Regan yang akan melukainya karena telah berani berhubungan dengannya. Ia sampai tega melukai hati papanya. 

"Maaf pa." Hanya dua kata itu yang bisa Camelia ucapkan pada papanya. Ia tidak berani menatap wajah papanya karena rasa bersalahnya.

Detik berikutnya, Camelia merasakan tubuhnya dibawa ke pelukan seseorang. Sebuah tangan melingkar dengan erat di punggungnya. Membawanya pada pelukan hangat seorang papa. 

Camelia mendongak lalu menangis sambil menenggelamkan wajahnya. "Hiksss.. Papa maaf. Aku janji nggak akan bohongin papa lagi. Hiksss... Maaf pa." Sesal Camelia meminta maaf dalam pelukan Regan. 

Regan hanya membalasnya dengan anggukan kecil. "Ya, lain kali jangan melakukan hal itu lagi." Tuturnya lembut. Berbeda dengan nadanya tadi yang terdengar tegas dan sinis. 

Camelia mengangguk. "Iya. Aku janji pa." 

"Papa masih belum tau apa yang dilakukan pria bajingan itu hingga membuatmu seperti ini. Kau bahkan menghilang selama berjam-jam. Darimana saja, kau?" Regan bertanya penasaran seraya merapikan rambut Camelia yang berantakan. Wajahnya terlihat santai saat menanyakan hal itu. Tapi tidak ada yang tau jika saat ini ia sedang merencakan sesuatu yang buruk untuk orang yang telah berani melukai hati putrinya. 

Camelia mulai menceritakan semua kejadian siang tadi. Dari saat dia menerima telpon dari Alisya, pertengkarannya dengan Angga, sampai pada dirinya yang berakhir tersesat, lalu bertemu dengan dua orang pria asing yang mengantarnya pulang ke rumah. 

Regan yang mendengar cerita Camelia menahan emosinya yang ingin meledak. Berani sekali pria bajingan itu ingin menikahi putrinya! Rasanya dia ingin menghajar pria itu sampai babak belur. 

"Tapi aku sama sekali tidak mencintainya, pa. Aku hanya kesal karena dia meninggalkanku  demi perempuan itu. Seharusnya aku yang meninggalkannya!" Seru Camelia berapi-rapi. Masih teringat jelas dalam benaknya bagaimana hancurnya dia saat Angga meninggalkannya karena sudah menghamili Jian. 

Regan tersenyum menyadari putrinya yang ternyata tidak mencintai pria bajingan itu. Dia jadi lebih bersemangat untuk memberikan pelajaran pada pria bajingan itu. 

"Jadi, apa kau hanya akan menangis dan diam saja setelah dicampakkan oleh mantan pacarmu itu?" Tanya Regan sengaja menekankan kata 'mencampakkan' untuk membuat putrinya marah. Dan benar saja, kata itu berhasil membuat kemarahan Camelia keluar. 

"Tidak akan! Orang yang telah berani membuat seorang putri Regan Wilson menangis harus diberi pelajaran! Aku akan membalasnya!!" Tegas Camelia berapi-rapi. 

Regan tersenyum puas mendengar hal itu. Ia menepuk puncak kepala putrinya dengan bangga. "Itu baru putriku. Lakukan apapun yang kau inginkan. Papa akan mempermudah rencana balas dendammu." 

"Kau ingin membalas pria itu dengan cara seperti apa? Apa kau ingin mengacaukan acara pesta pernikahan mereka? Itu mudah. Papa akan menyuruh orang untuk mengurus hal itu. Atau kau ingin meledakkan acara pesta pernikahan itu dengan melemparkan bom? Itu mudah. Papa akan mengurus hal itu. Katakanlah apa rencanamu?" 

Camelia menggeleng. Dia tidak berniat melakukan satupun dari rencana balas dendam yang dibuat Regan. Bukan itu yang dia inginkan. Dia ingin Angga menyesal telah mencampakkannya. 

Ia menyeringai, "Aku akan membawa pacar baruku di hari pernikahannya." 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status