Share

Bab 8 : Pertemuan Kedua

"Dia... Dia om tampan yang pernah gue cium." 

"WHAT?!" Alisya syok. Kaget dengan ucapan Camelia barusan. 

"Lo bercanda, kan? Jangan ngeprank gue, Ca!" Sambung Alisya berpikir jika Camelia hanya ingin mengerjainya saja. Tapi Camelia justru menggeleng. 

"Enggak, Alisya. Gue serius! Gue pernah cium om ini." Tukas Camelia serius. Seketika wajahnya berubah malu mengingat dirinya yang dengan tidak sopan mencium orang asing. Ah, memikirkan itu membuatnya ingin membenturkan kepalanya saat ini juga! Bagiamana bisa dia melakukan hal seperti itu pada orang asing?! 

"Setau gue lo nggak pernah mau cium orang. Bahkan sama kak Angga aja lo nggak pernah cium dia. Jangankan sama kak Angga, gue aja nggak pernah lihat lo cium papa lo. Gimana ceritanya lo bisa sampai cium om ganteng ini?" Tanya Alisya sulit percaya.

Camelia menatap Alisya dengan cemberut. Memang benar apa yang dikatakan Alisya. Ia belum pernah yang namanya mencium seseorang. Tapi masalahnya, ia benar-benar kesal dengan ucapan orang asing itu yang mengatai dirinya jalang. Alhasil akal sehatnya hilang sampai berani mencium orang asing itu.

"Ceritanya panjang, intinya gue udah pernah cium om ganteng ini." Tukas Camelia merasa malas menceritakan kronologinya. 

Bibir Alisya maju ke depan dan menatap Camelia dengan tatapan menggoda. "Tapi lo pasti senang kan bisa cium om ganteng ini, ya kan?" Goda Alisya sempat-sempatnya.

"Nggak! Senang enggak malu iya!" Ketus Camelia.

"Iya deh. Btw, nih om-om ganteng sesuai banget sama tipe lo. Mending lo sama..." 

"Ogah! Gue nggak mau!" Potong Camelia sensi.

"Tapi kan..." 

"Gue nggak mau. Titik!" Tekan Camelia tegas. Jangankan menjadi pacar pura-pura, bertemu langsung dengannya saja Camelia tidak berani. Jangan-jangan pria itu akan menghabisinya saat tau ia adalah perempuan yang waktu itu menciumnya. Lebih dari itu, ia juga sangat malu! 

"Padahal gue udah susah payah ngambil foto nih om bule." Sungut Alisya kesal. Mengingat perjuangannya untuk mendapatkan foto tersebut sangatlah susah.

"Yang lain?" 

"Nggak ada. Gue udah nyari 2 hari 2 malam nggak ketemu-ketemu. Pas ketemu yang cocok lo nya nggak mau." Cibir Alisya melirik Camelia sinis. 

"Aaaa terus gimana? Pesta pernikahannya besok, Alisya." Rengek Camelia panik. Pesta pernikahannya akan diadakakan besok. Sementara sekarang ia belum mendapatkan cowok yang cocok. 

"Gimana kalau lo minta bantuan papa lo, Ca. Papa lo kan pejabat, pasti papa lo punya banyak kenalan cowok-cowok ganteng." Ucap Alisya memberi ide.

Camelia langsung menggeleng. "Nggak bisa. Papa gue aja nggak setuju sama rencana balas dendam gue. Katanya lebih baik dia ledakin pesta pernikahan itu daripada lihat gue jalan sama cowok asing." 

Tubuh Alisya langsung merinding mendengarnya. Hanya dia yang tau seberapa posesifnya Regan pada Camelia. 

"Uh, posesif!" 

Camelia langsung melayangkan tatapan sinisnya pada Alisya. Tidak terima papanya dibilang posesif yah walaupun kenyataannya begitu. 

"Jadi gue harus gimana?" Tanya Camelia resah. 

"Otak gue buntu, Ca. Nggak bisa mikir. Gue perlu asupan makanan. Sebentar gue bikin mie dulu di dapur." Setelah mengatakan itu Alisya langsung bergegas pergi ke dapur. 

Camelia mendengus mendengar jawaban Alisya. Ia ingin menendang Alisya dari kamarnya saat ini juga. Tapi ia terlalu malas untuk melakukan itu. Sejenak, Camelia memperhatikan foto pria itu. Lama-lama tatapannya mulai menajam dan memperhatikan foto itu dengan saksama. 

Yah, emang ganteng sih. Wajahnya juga cool gitu. Batin Camelia.

Tiba-tiba sekelebat ingatan tentang bagaimana brengseknya Anggara menyembunyikan tentang pernikahannya. Lalu dengan tidak tau malunya dia meminta dirinya untuk menikah dengannya setelah anaknya lahir. Ingatan itu membuat tekad Camelia untuk balas dendan semakin membara.

"Fine! Gue bakal nemuin om ganteng itu! Demi penghianatan mantan!!!" Seru Camelia berapi-rapi.

Camelia langsung bergegas turun dari kasurnya dan mengganti pakaiannnya. Setelah berdandan singkat ia langsung bergegas membuka pintu.

Cklek

"Eh, lo mau kemana? Mienya udah jadi nih." Seru Alisya kaget saat masuk ke kamar. Kedua tangannya menenteng mie goreng. 

"Gue mau ketemu sama om bule." Ujar Camelia cepat dan langsung keluar dari kamar. Meninggalkan Alisya dengan wajah cengo setelah mendengar kalimatnya barusan. 

"WHAT?!" 

***

Camelia masuk ke dalam cafe dengan memakai topi putih dan masker putih. Setelah memesan minuman, ia berjalan dengan santai ke meja bundar di sudut cafe. Matanya menoleh ke kiri dan ke kanan memperhatikan orang-orang yang ada di cafe. Lalu, tatapan matanya berhenti saat melihat seorang pria dengan punggung tegap, duduk dengan angkuh di meja ujung. 

Camelia bergeser sedikit lalu menajamkan matanya untuk meyakinkan jika itu adalah orangnya. Dan benar saja! Itu adalah om bule yang Camelia cari. Camelia tersenyum lega karena om bule itu masih ada di cafe. Ia sempat mengira om bule itu sudah pergi dari cafe. 

Seorang barista datang ke mejanya lalu menyajikan sebuah cafe panas yang sama sekali tidak Camelia sukai. Camelia tidak suka kopi. Tapi demi om bule itu ia rela membeli minuman pahit ini. 

Yang Camelia lakukan sedaritadi hanyalah menatap bagaimana pria itu minum. Meletakkan cangkir kopi sampai menaruhnya kembali. Semua itu dilakukan dengan sangat elegan. Camelia bahkan menyanggah wajahnya dengan tangan kiri seolah menikmati pemandangan itu. 

Tiba-tiba, pria itu bangkit dari duduknya lalu membayar pesanannya. Sepertinya pria itu ingin pergi. Camelia yang melihat itu buru-buru membayar pesanannya lalu keluar dari cafe. Ia berjalan pelan mengikuti kemana pria itu akan pergi. 

"Sebenarnya dia mau kemana?" Ujar Camelia bingung mengikuti pria itu yang masuk ke sebuah gang kecil. Gang itu ternyata punya banyak cabang. 

Camelia membalikkan tubuhnya melihat kebelakang. Ia berusaha mengingat jalan mana saja yang sudah ia lalui. Karena jujur Camelia sendiri tidak tau jalan keluar gang ini. Camelia tidak mau tersesat lagi. 

Saat Camelia menoleh ke depan. Tiba-tiba orang yang diikutinya hilang. Mata Camelia terbelalak menyadari ia sudah kehilangan pria itu. Camelia panik! Bukan, bukan karena ia kehilangan jejak pria itu. Tapi... Hei! Dia tersesat lagi! 

"PA--Hupp" Camelia terkejut saat mulutnya tiba-tiba dibekap oleh seseorang. Seseorang menarik tubuhnya dengan kuat ke tembok. Camelia memejamkan matanya karena kaget. Dia bisa merasakan ada seseorang di depannya. 

"Sudah puas mengikutiku?" 

Suara itu? Camelia sontak membuka matanya begitu mendengar suara orang itu. Matanya membola saat melihat wajah orang itu. Bola mata hijau emerald itu menatapnya dengan tajam. Diikuti dengan alisnya yang menukik tajam. Camelia merasakan jantungnya berdegup dengan kencang. 

"Hai, om bule... " Camelia melayangkan senyum manisnya di tengah situasi menegangkan ini. 

Pria itu, Caesar terkejut mendengar suaranya. Sedetik kemudian tatapannya bertambah tajam begitu menyadari siapa perempuan ini. 

Caesar menyeringai. "Kau, gadis gila itu?" 

"Eh, tidak gadis aneh lagi?" Beo Camelia. 

Tangan yang semula berada di mulutnya, berpindah ke leher jenjangnya. Camelia kaget saat tangan Caesar tiba-tiba mencekiknya. 

Caesar tersenyum sinis. Ia pikir rencananya untuk membunuh perempuan ini tidak akan terjadi. Tapi justru perempuan inilah yang mengantarkan nyawanya pada Caesar. Di gang ini tidak ada orang, kan? Tempat yang cocok sekali untuk melenyapkan nyawa seseorang. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status