Ntah sudah berapa lama Senja mengapung lalu ia tersangkut batang pohon yang tumbang. Tiba-tiba sesuatu seperti terdorong dari dalam perutnya dan ia pun terbatuk. Pening menekan keras di dahi nya. Matanya terpejam erat lalu perlahan membuka. Ia mengangkat kepalanya dan melihat ke sekeliling.
"Dimana aku?" Kata Senja sembari memijat keningnya
Ia mengingat-ingat kejadian sebelumnya. Ingatan saat seorang petugas SAR meneriakinya lalu ia terbawa arus masuk kedalam air lalu ia tak ingat lagi. Ia mengira, pasti keberuntungan besar yang membuatnya berada ditempat itu.
Saat hendak bangun. Ia tersadar manakala tas ranselnyya nya masih menempel di punggungnya. Strep tas nya masih terikak di dadanya.
Senja kemudian berusaha bangun. Ia tak tahu itu hari apa, pukul berapa dan dimana. Ia melihat sekeliling, hanya hutan lebat dan sungai yang bisa ia amati. Ia segera melepas tas nya, meski beberapa bagian tas koyak tersobek namun bagian dalamnya aman. Tas nya sudah ia lapisi dengan plastik besar untuk menampung segala isinya. Senja mengikatnya seperti balon besar di dalam tas. Itulah yang menjadikannya pelampung dan menyelamatkan hidupnya. Saat hendak melangkahkan kakinya
"Aduuh! Kenapa sakit sekali kakiku," kata Senja yang kemudian memeriksa kakinya
Ada luka cukup lebar menganga yang telah mengoyak celana jins panjang yang dikenakannya. Saat terbawa arus mungkin ia menghantam sesuatu atau ada sesuatu yang merobeknya sampai ke kulit kakinya. Lukanya cukup dalam.
Senja segera membuka tas nya. Ia ingat, ia membawa perlengkapan obat sederhana. Ia membersihkan lukanya. Lalu mengganti bajunya. Celana yang sobek itu ia tinggalkan begitu saja. Ada dua pilihan, menyusuri sungai atau masuk ke hutan. Dua cara yang ia pikirkan agar dapat kembali bertemu Tim SAR yang berangkat bersamanya.'Jika aku menyusuri sungai, maka biasanya ujungnya adalah air terjun. Aku tidak selalu akan menemukan pemukiman. Jika masuk hutan, barangkali aku bisa bertemu seseorang, ataupun binatang buas' kata Senja dalam hati
Ia tahu. Bukan saatnya untuk takut. Itu adalah saatnya dia untuk bertahan hidup sampai ada orang lain yang dapat menemukannya.
Senja mulai memasuki hutan. Ia memungut ranting dan kayu sebagai kayu bakar. Langit masih mendung, ia tak tahu apakah bitu pagi, siang atau sore. Namun, ia perlu membuat makanan.
Ia juga membuat tempat berlindung. Semacam gubuk yang terbuat dari batang pohon. Senja membuatnya tak besar. Ia membuat atap dari daun-daun yang disusun. Ia pun mengalasi dengan tumpukan rumput yang ia dapat disekitarnya. Ia sering melihatnya di televisi. Senja tak menyangka, jika kini ia benar-benar melakukannya.
Hari mulai gelap. Senja mulai waspada dengan sekitarnya. Ia mulai membuat perapian. Dengan cepat ia menyerut batang pohon basah dan mengulitinya. Ia hanya mengambil bagian yang kering. Beruntung korek api yang ia bawa tidak basah sama sekali. Sadar bahwa itu adalah hutan yang sama sekali tak ia kenal. Ia bergegas membuat perapian untuk menghalau binatang buas mendekatinya.
Ia mengambil makanan yang ia bawa dari rumah. Senja tahu, makananya hanya cukup untuk sampe besok pagi saja. Setelah itu ia harus berusaha mencari bahan makanan disekitarnya.
Tiba-tiba ia melihat sesuatu bercahaya diantara semak-semak.
'Semoga itu bukan hantu atau semacamnya. Atau lebih buruk, binatang buas sedang mengintai' kata Senja dalam hati
Senja bersiaga. Ia mengambil pisau lipatnya. Spontan ia menelan saliva nya. Jantungnya berdegup kencang saat cahanya itu bergerak memutari nya. Ia tak bisa menerka apa yang sedang mendekatinya.
"Keluar! Cepat keluar dan tunjukan dirimu, aku tidak takut," kata Senja menggertak mahluk itu
Teriakan Senja tak membuat mahluk itu menampakan diri. Ia terus berputar-putar disekitar Senja. Sesekali Cahaya itu hilang dan muncul lagi. Kini tak hanya cahaya, ada suara tawa terkikik setelahnya
"Hihihihihi,"
"Apa itu tadi? Sial! Kenapa aku bertemu hantu ditempat begini," grutu Senja
"Aku bukan hantu, hihihihi," jawab mahluk itu
"Siapa kau! Keluar! Dasar pengecut!" Teriak Senja berharap teriakannya dapat membuat mahluk itu pergi dan tak mengganggunya lagi
Kemudian cahaya itu bergerak cepat dari semak-semak dan keluar. Membuat Senja mengernyitkan dahinya. Ia takjub sekaligus takut akan sesuatu yang mendekatinya saat itu. Lalu keluarlah mahluk kecil bercahaya.
Mahluk berukuran tinggi 10cm dengan sayap tipis seperti capung. Ia bercahaya seperti kunang-kunang. Terbang ringan memutari Senja yang masih terpaku dengan apa yang dilihatnya. Senja menggosok matanya, ia pikir itu adalah halusinasinya.
"Siapa kau?" Tanya Senja
"Hihihihi. Aku Ella," jawab mahluk itu
"E... tolong hentikan tawamu, kamu lebih mirip kuntilanak mini, ataaaaau tuyul? Atau capung atau kunang-kunang yang bermutasi?" Tanya Senja menerka apa mahluk kecil yang sedang ia ajak bicara
"Hihihi. Aku peri hutan, saat kau pingsan aku telah menyentuh keningmu, itu membuat kita bisa berkomunikasi," kata Ella
"Peri? Sejak kecil aku tidak pernah percaya peri, aku yakin aku hanya berhalusinasi," kata Senja
"Hihihi. Siapa namamu?" Tanya Ella
"Senja, apa untungnya kita saling kenal. Kamu mungkin hanya mahluk halus yang akan menggangguku atau mungkin memakanku?" Kata Senja
"Hihihi. Dasar bodoh! Pikiranmu sangat bodoh. Baiklah aku akan memanggilmu Sen," kata Ella sembari terbang naik turun di depan Senja
" Apa? Sen? Tidak bisakah kau panggil namaku dengan lengkap, Senja. Panggil saja Senja. Terlalu asing untuk mendengar panggilan Sen." Kata Senja pada Ella
"Hihihi. Sen. Aku akan memanggilmu begitu. Bahasa diluar sana mengajarkan nama Sen juga berarti peri," kata Ella
"Aku jelas bukan sepertimu. Aku manusia, kita berbeda kenapa aku harus memiliki nama yang memiliki arti peri sepertimu?" kata Senja
"Hihihi. Itu terserah aku, Sen." Jawab Ella
"Tidak usah sok akrab. Kita bahkan baru saling tahu nama. Kita sama sekali tidak saling kenal," kata Senja
Ella kemudian meminta Senja memejamkan matanya. Ella menggunakan kekuatannya agar Senja dapat melihat peri lain dan mahluk ghaib lain disekitarnya.
"Bukalah matamu, Sen. Kini kau bisa melihat duniaku," kata Ella
Senja membuka matanya perlahan. Ia terperangah melihat pemandangan disekitarnya. Kini ia melihat begitu banyak mahluk seperti Ella. Mereka berterbangan disekitar Senja. Ia dapat melihat pintu-pintu rumah kecil di pohon sekelilingnya.
"Apa aku sudah mati?" Gumam Senja
"Hihihi, tentu saja belum. Aku hanya mengijinkanmu melihat duniaku lebih jelas saat malam hari. Saat siang, kau hanya bisa melihatnya samar-samar," kata Ella
Senja masih takjub melihat pemandangan ghaib itu. Ia melihat beberapa mahluk lain penunggu hutan selain peri.
"Siapa itu? Bukankah dia lebih mirip manusia?" Tanya Senja
"Dia, adalah pendaki gunung yang tersesat di hutan ini. Akhirnya meninggal. Jasadnya masih ada dihutan ini, ia kesepian. Sehingga ia terlihat terus memandang langit saat malam," jelas Ella.
Bulukudug berdiri dirasakan Senja. Ia yakin, tak pernah melihat hantu sebelumnya. Kini ia justru seperti berada di dunia mereka.
"Babbaiklah, cukup. Bagaimana aku mengendalikan penglihatanku ini, Ella?" Tanya Senja
'Jujur aku lebih suka penglihatanku terbatas, daripada aku harus melihat banyak hantu begini' kata Senja dalam hati
"Hihihi, kedipkan matamu tiga kali, Sen. Lakukan hal yang sama agar kau bisa melihatnya lagi," jawab Ella
Senja mengangguk. Lalu ia mempraktekan apa yang dicoba apa yang dikatakan Ella. Akhirnya Senja pun lega karena ia kembali hanya melihat hutan yang gelap.
"Aku akan melanjutkan makan, apakah kau mau ikut makan? Tapi tolong, jangan tertawa seperti itu. Itu membuatmu lebih terdengar seperti kuntilanak ketimbang peri," kata Senja
"Apakah kau takut hantu, Sen?" Goda Ella
Senja tak menjawab pertanyaan itu. Ia pura-pura tak mendengarnya. Sesekali Senja melihat ke arah lain. Dimana sebelumnya ia melihat arwah pendaki laki-laki yang duduk diatas batu dan selalu melihat ke arah langit. Hatinya sedih, sebelumnya ia juga terbawa arus banjir, namun bedanya ia selamat sedangkan pendaki itu tidak. Bahkan jasadnya belum ditemukan orang lain.
"Apa yang kau pikirkan, Sen?" Tanya Ella
" Tidak ada. Aku hanya sedang merasa sedih dengan apa yang aku alami. Sampai akhirnya aku terdampar disini," kata Senja
"Percayalah, Sen. Selalu ada alasan jika itu sesuatu itu terjadi. Alasan itu belum kau ketahui namun itu bisa jadi adalah baik untukmu," kata Ella
Senja merenungi apa yang dikatakan Ella. Ia kembali memakan makananya. Lalu mencoba berpikir positif bahwa esok akan lebih baik. Meski bekal makanannya akan segera habis, bukan berarti ia takkan hidup lebih lama. Seperti kata Ella, ada alasan kenapa Senja bisa sampai ditempat itu.
"Aku tidur dulu. Besok aku akan pm
. jalan keluar dari hutan ini," kata Senja"Baiklah, Sen. Besok akan kutemani kau berkeliling," kata Ella
"Terimakasih," jawab Senja yang kemudian terlelap tidur hingga pagi sampai akhirnya ia terbangun karena mendengar suar juza isak tangis seseorang.
"Siapa yang menangis?" Kata Senja lirih memaksa matanya terbuka sembari melihat sekeliling
Pagi masih gelap. Namun cahaya biru sudah terlihat di langit. Senja mencari suara seseorang yang sepertinya sedang menangis.Senja keluar dari shelter yang dibuatnya. Lalu berjalan menuju arah suara. Awalnya terdengar jauh, hingga ahirnya ia merasa suaranya begitu dekat dengannya. Kini, ia sampai di sekitar sungai. Sambil melihat dengan jeli, Senja terus mencoba mencari sumber suara itu. Ia kemudian terkejut melihat sosok perempuan ada disana.Hari sudah pagi. Jelas itu bukan hantu atau semacamnya. Pikirannya lebih kepada korban selamat dari banjir sungai seperti dirinya. Ia memberanikan diri mendekati perempuan itu. Perlahan ia berjongkok agar tidak mengagetkannya."Bu, apakah ibu butuh bantuan?" Tanya SenjaIbu itu menjawab. Namun, Senja tidak tahu apa yang dikatakan ibu itu. Ia semacam menggunakan bahasa yang tidak Senja mengerti. Tiba-tiba Ella mengejutkannya dengan berada tepat didepan wajah Senja."Sen, apa yang terjadi?" Tanya Ella"Aku pikir ibu ini adalah korban banjir ya
Tiba- tiba sesuatu terdengar mendekat. Senja kembali waspada. Apapun bisa menyerangnya. Ia segera mengambil pisau ditangan kanannya dan mengambil kayu dengan api menyala di tangan kiri nya. Ella pun tidak tahu apa yang akan datang menghampiri mereka. "Ibu Upe. Cari tempat berlindung! Kita tidak tahu, sesuatu apa yang menghampiri," kata Senja dengan cemasIbu Upe menggendong Kalyani. Ia bersembunyi dibalik pohon. Sesekali ia mengintip ke arah Senja. Kalyani di dekapnya. Tangan lain Ibu Upe memegang batang pohon untuk berjaga-jaga. Senja memasang kuda-kuda. Kemudian tampak seekor babi hutan besar berlari kearahnya. Lalu berhenti kala melihat api unggun yang dibuat Senja. Binatang itu memekik keras di ikuti suara lain yang ntah datang darimana."Kau berani padaku! Tidak usah panggil temanmu!" Kata Senja menggertak. Jurus andalan yang biasa ia gunakan untuk menakuti lawannya. Babi hutan itu justru semakin ganas. Seolah hendak menabrak Senja. Ia bersiaga akan berlari ke arahnya. BR
Whooooosh! Slash!'Apa ini?' Nafas Senja tersengal-sengal. Jantungnya berdegup tak karuan. Ia melihat ada semacam tombak jatuh tepat depanya. Matanya mengarah keatas, ia berusaha mencari ujung benda yang terlihat tinggi menjulang. Tubuhnya berbalik mengikuti sumber si empunya. Benda yang ia kira adalah semacam senjata atau tombak adalah kaki laba-laba besar. Senja mencoba tenang. Ia melihat mata laba-laba besar itu. Mata berputar dan terus bergerak. Di mulutnya ada sesuatu yang berwarna biru. Itu mirip dengan batu yang ia temukan sebelumnya. 'Aku akan diam, baiklah aku akan diam dan berusaha untuk tidak bernafas,' kata Senja dalam hatiMata mahluk itu terus bergerak seperti sedang mencari sinyal. Tiba-tiba sinar matahari mengenai mata mahluk besar itu, ia pun meloncat tinggi ntah kemana arahnya. Senja bergegas kembali ketempat dimana teman-teman nya berada. Ia berlari tergopoh-gopoh menerobos semak belukar. "Ella, Ella, aku bertemu dengan mahluk besar seperti laba-laba, hampir s
"Apa idemu?" tanya Senja"Aku punya kekuatan mengecilkan ukuran benda-benda mati, itu akan memudahkanmu untuk bergerak dan menyimpan bawaan mu dalam sakumu," Kata Ella"Wow, itu sangat keren Ella. Lalu apakah kamu bisa membuatku terbang sepertimu?" Tanya Senja"Aku tidak yakin dapat melakukannya tapi akan aku coba. Sarang monster itu ada diatas pohon. Aku pikir kamu bisa memanjat nya dengan bantuan tali. Lalu aku akan membantumu dengan membuat badanmu terasa lebih ringan, aku bisa mengurangi gravitasi benda," Kata Ella"Bagaimana dengan rencana untuk melarikan diri saat monster itu datang? Bagaimana kau akan menjaga Kalyani?" Tanya Senja"Kamu hanya harus diam dan menahan nafas agar ia tidak menyadari gerakanmu," Kata Ella"Hahaha, apakah itu akan efektif? Aku sangat takut melihat mata Monster itu saat bergerak-gerak," Kata Senja menyiapkan peralatan yang mesti ia bawa. Ia menaruh barang bawaan itu ditanah. Lalu dengan kekuatan Ella semua barang itu menjadi berukuran sangat kecil sehi
Setelah makan malam. Ella kembali menghilang seperti biasa. Senja mencoba menutup matanya dan mengedipkan matanya tiga kali untuk melihat dunia peri disekitarnya. Terdengar riuh rendah penghuni pohon dihutan itu. Suasana damai dan tenang seperti suasana di pedesaan. Ibu Upe tak tahu jika kemampuan yang diberikan Ella untuk bisa melihatnya juga bisa digunakan untuk melihat dunia peri di setiap tempat. Bahkan saat ini Kalyani sedang dihibur oleh beberapa peri, sehingga Kalyani tampak bahagia karenanya. Bayi itu pasti bisa melihatnya juga meski tanpa bantuan kekuatan dari Ella sekalipun. Tiba-tiba Senja mendengar seseorang memanggil namanya. Senja melihat kesana kemari untuk mengetahui sumber suaranya. "Sen! Kemarilah," "Sen, disini,""Sen, ini takdirmu,""Sen, kau bisa kemari bukan tanpa alasan,""Sen, ikuti aku,"Sumber suara itu makin dekat. Seekor capung bercahaya mengarahkan jalannya. Senja mengikuti capung bercahaya menuju hutan yang lebih gelap. Capung itu menghilang yang arti
Senja selesai membalur luka Ular itu. Sang ular pun segera bergerak pergi masuk ke hutan lebih dalam. Seolah ia memang harus segera pergi untuk mengobati diri. Hari sudah semakin gelap. Tiba-tiba Kalyani menangis tanpa alasan. Senja menyadari segera bahwa itu bisa jadi tanda bahaya. Ada mahluk yang membuat Kalyani merasa takut atau tidak nyaman. Bayi itu semakin histeris dalam beberapa saat. "Sepertinya kita tidak dapat bermalam disini, kita harus mencari tempat lain," Kata Senja"Tidak, Sen. Kita tidak tahu apa yang akan kita hadapi. Lebih baik segera membuat perapian. Terlalu ceroboh jika kita melakukan perjalanan malam dengan membawa Kalyani," Kata Ella"Baiklah kalau begitu. Semoga hanya ada hal baik setelah ini," Kata SenjaAkhirnya Senja memilih untuk menetap dan mulai mengumpulkan ranting disekitarnya. Kali ini pemantik miliknya tidak bekerja dengan baik. "Bagaimana bisa begini. Disaat sudah kemalaman begini malah kamu tidak bekerja dengan baik," Grutu Senja yang kemudian m
Hujan mulai turun. Di dalam hutan lebat itu, hujan hanya terasa seperti gerimis tak berarti. Senja menampung air hujan dengan wadah yang ia punya. Ia membuat parit kecil disekitar shelter nya. Kalyani dan ibunya sudah tertidur lelap. Namun Senja masih terjaga hingga malam larut. Pikirannya mengawang, apakah besok ia harus melewati perkampungan raksasa atau memilih jalan dengan medan berbukit. Perapian mulai padam karena hujan. Senja yang melamun memainkan tongkat yang baru saja diberikan oleh Akai Loo. Ia tak tau cara menggunakannya jadi ia mencoba menggoyangkan tongkat itu. Tiba2 cahaya berpendar diseluruh badan tongkat. "Wah, ini benar-benar seperti lampu LED, mari dicoba, apa saja yang bisa dilakukan tongkat dari Sang Legenda ini," Kata Senja yang kemudian memperhatikan Kalyani yang sedang tertidurSenja berpikir bisa saja membawa mereka mati jika memaksa harus melewati perkampungan raksasa. Meski menurut Ella itu lebih dekat dengan perkampungan. Senja akan memilih jalan berbukit
"Oh, betul kita pernah bertemu. Iya beruntung saya bisa selamat dari monster itu. Perkenalkan, nama saya Salaar Bayu, Ranger hutan sungai hitam," Katanya"Owh, anda seorang jagawana? Anda pasti sangat terbiasa dengan mahluk besar di dalam hutan sana. Saya lega anda selamat," Kata Senja"Apakah anda bisa membantu saya untuk bertemu kepala desa? Saya akan membantu Ibu Upe bertemu dengan keluarganya," Kata Senja lagi"Tentu saja," Jawab Bayu"Terimakasih sebelumnya, Pak Bayu," Kata Senja"Tolong jangan panggil, Bapak. Sepertinya usia kita tidak jauh berbeda, panggil saja Bayu, orang desa sini juga memanggil saya begitu," Kata Bayu"Baiklah, Bayu. Owhya, maaf saya lupa memperkenalkan diri. Saya Senja, anda bisa memanggilnya begitu atau cukup panggil saya Sen," Kata Senja"Baiklah. Apakah anda bisa membantu saya untuk bertemu dengan kepala desa disini? Sepertinya saya akan menginap sementara di desa ini," Kata Senja lagi"Tentu saja. Mmm apakah ibu ini bersamamu?” tanya Bayu menunjuk Ibu