Share

Terdampar

Ntah sudah berapa lama Senja mengapung lalu ia tersangkut batang pohon yang tumbang. Tiba-tiba sesuatu seperti terdorong dari dalam perutnya dan ia pun terbatuk. Pening menekan keras di dahi nya. Matanya terpejam erat lalu perlahan membuka. Ia mengangkat kepalanya dan melihat ke sekeliling.

"Dimana aku?" Kata Senja  sembari memijat keningnya

Ia mengingat-ingat kejadian sebelumnya. Ingatan saat seorang petugas SAR meneriakinya lalu ia terbawa arus masuk kedalam air lalu ia tak ingat lagi. Ia mengira, pasti keberuntungan besar yang membuatnya berada ditempat itu. 

Saat hendak bangun. Ia tersadar manakala tas ranselnyya nya masih menempel di punggungnya. Strep tas nya masih terikak di dadanya.

Senja kemudian berusaha bangun. Ia tak tahu itu hari apa, pukul berapa dan dimana. Ia melihat sekeliling, hanya hutan lebat dan sungai yang bisa ia amati. Ia segera melepas tas nya, meski beberapa bagian tas koyak tersobek namun bagian dalamnya aman. Tas nya  sudah ia lapisi dengan plastik besar untuk menampung segala isinya. Senja mengikatnya seperti balon besar di dalam tas. Itulah yang menjadikannya pelampung dan menyelamatkan hidupnya. Saat hendak melangkahkan kakinya

"Aduuh! Kenapa sakit sekali kakiku," kata Senja yang kemudian memeriksa kakinya

Ada luka cukup lebar menganga yang telah mengoyak celana jins panjang yang dikenakannya. Saat terbawa arus mungkin ia menghantam sesuatu atau ada sesuatu yang merobeknya sampai ke kulit kakinya. Lukanya cukup dalam.

Senja segera membuka tas nya. Ia ingat, ia membawa perlengkapan obat sederhana. Ia membersihkan lukanya. Lalu mengganti bajunya. Celana yang sobek itu ia tinggalkan begitu saja. Ada dua pilihan, menyusuri sungai atau masuk ke hutan. Dua cara yang ia pikirkan agar dapat kembali bertemu Tim SAR yang berangkat bersamanya.

'Jika aku menyusuri sungai, maka biasanya ujungnya adalah air terjun. Aku tidak selalu akan menemukan pemukiman. Jika masuk hutan, barangkali aku bisa bertemu seseorang, ataupun binatang buas' kata Senja dalam hati

Ia tahu. Bukan saatnya untuk takut. Itu adalah saatnya dia untuk bertahan hidup sampai ada orang lain yang dapat menemukannya. 

Senja mulai memasuki hutan. Ia memungut ranting dan kayu sebagai kayu bakar. Langit masih mendung, ia tak tahu apakah bitu pagi, siang atau sore. Namun, ia perlu membuat makanan. 

Ia juga membuat tempat berlindung. Semacam gubuk yang terbuat dari batang pohon. Senja membuatnya tak besar. Ia membuat atap dari daun-daun yang disusun. Ia pun mengalasi dengan tumpukan rumput yang ia dapat disekitarnya. Ia sering melihatnya di televisi. Senja tak menyangka, jika kini ia benar-benar melakukannya.

Hari mulai gelap. Senja mulai waspada dengan  sekitarnya. Ia mulai membuat perapian. Dengan cepat ia menyerut batang pohon basah dan mengulitinya. Ia  hanya mengambil bagian yang kering. Beruntung korek  api yang ia bawa tidak basah sama sekali. Sadar bahwa itu adalah hutan yang  sama sekali tak ia kenal. Ia bergegas membuat perapian untuk menghalau binatang buas mendekatinya.

Ia mengambil makanan yang ia bawa dari rumah. Senja tahu, makananya hanya cukup  untuk sampe besok pagi saja. Setelah itu ia harus berusaha mencari bahan makanan disekitarnya.

Tiba-tiba ia melihat sesuatu bercahaya diantara semak-semak.

'Semoga itu bukan hantu atau semacamnya. Atau lebih buruk, binatang buas sedang mengintai' kata Senja dalam hati 

Senja bersiaga. Ia mengambil pisau lipatnya. Spontan ia menelan saliva nya. Jantungnya berdegup kencang saat cahanya itu bergerak memutari nya. Ia tak bisa menerka apa yang sedang mendekatinya. 

"Keluar! Cepat keluar dan tunjukan dirimu, aku tidak takut," kata Senja menggertak mahluk itu

Teriakan Senja tak membuat mahluk itu menampakan diri. Ia terus berputar-putar disekitar Senja. Sesekali Cahaya itu hilang dan muncul lagi. Kini tak hanya cahaya, ada suara tawa terkikik setelahnya

"Hihihihihi,"

"Apa itu tadi? Sial! Kenapa aku bertemu hantu ditempat begini," grutu Senja

"Aku bukan hantu, hihihihi," jawab mahluk itu

"Siapa kau! Keluar! Dasar pengecut!" Teriak Senja berharap teriakannya dapat membuat mahluk itu pergi dan tak mengganggunya lagi

Kemudian cahaya itu bergerak cepat dari semak-semak dan keluar. Membuat Senja mengernyitkan dahinya. Ia takjub sekaligus takut akan sesuatu yang mendekatinya saat itu. Lalu keluarlah mahluk kecil bercahaya.

Mahluk berukuran tinggi 10cm dengan sayap tipis seperti capung. Ia bercahaya seperti kunang-kunang. Terbang ringan memutari Senja yang masih terpaku dengan apa yang dilihatnya. Senja menggosok matanya, ia pikir itu adalah halusinasinya.

"Siapa kau?" Tanya Senja

"Hihihihi. Aku Ella," jawab mahluk itu

"E... tolong hentikan tawamu, kamu lebih mirip kuntilanak mini, ataaaaau tuyul? Atau capung atau kunang-kunang yang bermutasi?" Tanya Senja menerka apa mahluk kecil yang sedang ia ajak bicara

"Hihihi. Aku peri hutan, saat kau pingsan aku telah menyentuh keningmu, itu membuat kita bisa berkomunikasi," kata Ella

"Peri? Sejak kecil aku tidak pernah percaya peri, aku yakin aku hanya berhalusinasi," kata Senja 

"Hihihi. Siapa namamu?" Tanya Ella

"Senja, apa untungnya kita saling kenal. Kamu mungkin hanya mahluk halus yang akan menggangguku atau mungkin memakanku?" Kata Senja

"Hihihi. Dasar bodoh! Pikiranmu sangat bodoh. Baiklah aku akan memanggilmu Sen," kata Ella sembari terbang naik turun di depan Senja

" Apa? Sen? Tidak bisakah kau panggil namaku dengan lengkap, Senja. Panggil saja Senja. Terlalu asing untuk mendengar panggilan Sen." Kata Senja pada Ella

"Hihihi. Sen. Aku akan memanggilmu begitu. Bahasa diluar sana mengajarkan nama Sen juga berarti peri," kata Ella

"Aku jelas bukan sepertimu. Aku manusia, kita berbeda kenapa aku harus memiliki nama yang memiliki arti peri sepertimu?" kata Senja

"Hihihi. Itu terserah aku, Sen." Jawab Ella

"Tidak usah sok akrab. Kita bahkan baru saling tahu nama. Kita sama sekali tidak saling kenal," kata Senja

Ella kemudian meminta Senja memejamkan matanya. Ella menggunakan kekuatannya agar Senja dapat melihat peri lain  dan mahluk ghaib lain disekitarnya.

"Bukalah matamu, Sen. Kini kau bisa melihat duniaku," kata Ella

Senja membuka matanya perlahan. Ia terperangah melihat pemandangan disekitarnya. Kini ia melihat begitu banyak mahluk seperti Ella. Mereka berterbangan disekitar Senja. Ia dapat melihat pintu-pintu rumah kecil di pohon sekelilingnya. 

"Apa aku sudah mati?" Gumam Senja

"Hihihi, tentu saja belum. Aku hanya mengijinkanmu melihat duniaku lebih jelas saat malam hari. Saat siang, kau  hanya bisa melihatnya samar-samar," kata Ella

Senja masih takjub melihat pemandangan ghaib itu. Ia melihat beberapa mahluk lain penunggu hutan selain peri. 

"Siapa itu? Bukankah dia lebih mirip manusia?" Tanya Senja

"Dia, adalah pendaki gunung yang tersesat di hutan ini. Akhirnya meninggal. Jasadnya masih ada dihutan ini, ia kesepian. Sehingga ia terlihat terus memandang langit saat malam," jelas Ella.

Bulukudug berdiri dirasakan Senja. Ia yakin, tak pernah melihat hantu sebelumnya. Kini ia justru seperti berada di dunia mereka.

"Babbaiklah, cukup. Bagaimana aku mengendalikan penglihatanku ini, Ella?" Tanya Senja

'Jujur aku lebih suka penglihatanku terbatas, daripada aku harus melihat banyak hantu begini' kata Senja dalam hati

"Hihihi, kedipkan matamu tiga kali, Sen. Lakukan hal yang sama agar kau bisa melihatnya lagi," jawab Ella

Senja mengangguk. Lalu ia mempraktekan apa yang dicoba apa yang dikatakan Ella. Akhirnya Senja pun lega karena ia kembali hanya melihat hutan yang gelap.

"Aku akan melanjutkan makan, apakah kau mau ikut makan? Tapi tolong, jangan tertawa seperti itu. Itu membuatmu lebih terdengar seperti kuntilanak ketimbang peri," kata Senja

"Apakah kau takut hantu, Sen?" Goda Ella

Senja tak menjawab pertanyaan itu. Ia pura-pura tak mendengarnya. Sesekali Senja melihat ke arah lain. Dimana sebelumnya ia melihat arwah pendaki laki-laki yang duduk diatas batu dan selalu melihat ke arah langit. Hatinya sedih, sebelumnya ia juga terbawa arus banjir, namun bedanya ia selamat sedangkan pendaki itu  tidak. Bahkan jasadnya belum ditemukan orang lain. 

"Apa yang kau pikirkan, Sen?" Tanya Ella

" Tidak ada. Aku hanya sedang merasa sedih dengan apa yang aku alami. Sampai akhirnya aku terdampar disini," kata Senja

"Percayalah, Sen. Selalu ada alasan jika itu sesuatu itu terjadi. Alasan itu belum kau ketahui namun itu bisa jadi adalah baik untukmu," kata Ella

Senja merenungi apa yang dikatakan Ella. Ia kembali memakan makananya. Lalu mencoba berpikir positif bahwa esok akan lebih baik. Meski bekal makanannya akan segera habis, bukan berarti ia takkan hidup lebih lama. Seperti kata Ella, ada alasan kenapa Senja bisa sampai ditempat  itu.

"Aku tidur dulu. Besok aku akan pm

. jalan keluar dari hutan ini," kata Senja

"Baiklah, Sen. Besok akan kutemani kau berkeliling," kata Ella

"Terimakasih," jawab Senja yang kemudian terlelap tidur hingga pagi sampai akhirnya ia terbangun karena mendengar suar  juza isak tangis seseorang.

"Siapa yang menangis?" Kata  Senja lirih memaksa matanya terbuka sembari melihat sekeliling

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status