Setelah makan malam. Ella kembali menghilang seperti biasa. Senja mencoba menutup matanya dan mengedipkan matanya tiga kali untuk melihat dunia peri disekitarnya. Terdengar riuh rendah penghuni pohon dihutan itu. Suasana damai dan tenang seperti suasana di pedesaan. Ibu Upe tak tahu jika kemampuan yang diberikan Ella untuk bisa melihatnya juga bisa digunakan untuk melihat dunia peri di setiap tempat. Bahkan saat ini Kalyani sedang dihibur oleh beberapa peri, sehingga Kalyani tampak bahagia karenanya. Bayi itu pasti bisa melihatnya juga meski tanpa bantuan kekuatan dari Ella sekalipun. Tiba-tiba Senja mendengar seseorang memanggil namanya. Senja melihat kesana kemari untuk mengetahui sumber suaranya. "Sen! Kemarilah," "Sen, disini,""Sen, ini takdirmu,""Sen, kau bisa kemari bukan tanpa alasan,""Sen, ikuti aku,"Sumber suara itu makin dekat. Seekor capung bercahaya mengarahkan jalannya. Senja mengikuti capung bercahaya menuju hutan yang lebih gelap. Capung itu menghilang yang arti
Senja selesai membalur luka Ular itu. Sang ular pun segera bergerak pergi masuk ke hutan lebih dalam. Seolah ia memang harus segera pergi untuk mengobati diri. Hari sudah semakin gelap. Tiba-tiba Kalyani menangis tanpa alasan. Senja menyadari segera bahwa itu bisa jadi tanda bahaya. Ada mahluk yang membuat Kalyani merasa takut atau tidak nyaman. Bayi itu semakin histeris dalam beberapa saat. "Sepertinya kita tidak dapat bermalam disini, kita harus mencari tempat lain," Kata Senja"Tidak, Sen. Kita tidak tahu apa yang akan kita hadapi. Lebih baik segera membuat perapian. Terlalu ceroboh jika kita melakukan perjalanan malam dengan membawa Kalyani," Kata Ella"Baiklah kalau begitu. Semoga hanya ada hal baik setelah ini," Kata SenjaAkhirnya Senja memilih untuk menetap dan mulai mengumpulkan ranting disekitarnya. Kali ini pemantik miliknya tidak bekerja dengan baik. "Bagaimana bisa begini. Disaat sudah kemalaman begini malah kamu tidak bekerja dengan baik," Grutu Senja yang kemudian m
Hujan mulai turun. Di dalam hutan lebat itu, hujan hanya terasa seperti gerimis tak berarti. Senja menampung air hujan dengan wadah yang ia punya. Ia membuat parit kecil disekitar shelter nya. Kalyani dan ibunya sudah tertidur lelap. Namun Senja masih terjaga hingga malam larut. Pikirannya mengawang, apakah besok ia harus melewati perkampungan raksasa atau memilih jalan dengan medan berbukit. Perapian mulai padam karena hujan. Senja yang melamun memainkan tongkat yang baru saja diberikan oleh Akai Loo. Ia tak tau cara menggunakannya jadi ia mencoba menggoyangkan tongkat itu. Tiba2 cahaya berpendar diseluruh badan tongkat. "Wah, ini benar-benar seperti lampu LED, mari dicoba, apa saja yang bisa dilakukan tongkat dari Sang Legenda ini," Kata Senja yang kemudian memperhatikan Kalyani yang sedang tertidurSenja berpikir bisa saja membawa mereka mati jika memaksa harus melewati perkampungan raksasa. Meski menurut Ella itu lebih dekat dengan perkampungan. Senja akan memilih jalan berbukit
"Oh, betul kita pernah bertemu. Iya beruntung saya bisa selamat dari monster itu. Perkenalkan, nama saya Salaar Bayu, Ranger hutan sungai hitam," Katanya"Owh, anda seorang jagawana? Anda pasti sangat terbiasa dengan mahluk besar di dalam hutan sana. Saya lega anda selamat," Kata Senja"Apakah anda bisa membantu saya untuk bertemu kepala desa? Saya akan membantu Ibu Upe bertemu dengan keluarganya," Kata Senja lagi"Tentu saja," Jawab Bayu"Terimakasih sebelumnya, Pak Bayu," Kata Senja"Tolong jangan panggil, Bapak. Sepertinya usia kita tidak jauh berbeda, panggil saja Bayu, orang desa sini juga memanggil saya begitu," Kata Bayu"Baiklah, Bayu. Owhya, maaf saya lupa memperkenalkan diri. Saya Senja, anda bisa memanggilnya begitu atau cukup panggil saya Sen," Kata Senja"Baiklah. Apakah anda bisa membantu saya untuk bertemu dengan kepala desa disini? Sepertinya saya akan menginap sementara di desa ini," Kata Senja lagi"Tentu saja. Mmm apakah ibu ini bersamamu?” tanya Bayu menunjuk Ibu
"Bay!" Panggil Senja saat Bayu hendak keluar dari ruangan Senja dirawat"Apakah kamu sudah sadar, Sen?" Kata Bayu yang langsung mendekat"A... Air," Katanya Singkat dengan badan lemah dan pucat"Baiklah, akan aku ambilkan minum," Kata Bayu yang langsung bangkit mengambilkan air minum untuk SenjaSam memperhatikan dari pintu. Melihat ke arah Senja dan kali ini ia merasa iba. "Jika butuh bantuan kau panggil saja, aku hari ini berjaga di kantor." Kata Sam kemudian beranjak pergi"Terimakasih," Jawab Bayu singkat di ikuti anggukan SenjaBayu datang mengambilkan sebotol air dan makanan. Ia membantu Senja duduk dan memberinya minum. "Maaf merepotkanmu," Kata Senja"Tidak, jangan begitu. Aku juga berhutang nyawa padamu. Jika bukan karenamu, aku pasti sudah mencair karena enzim dari Monster Saltic saat itu," Kata Bayu"Tadinya aku akan mengajakmu makan bersama. Aku kira tadi siang kamu baik-baik saja, aku tidak mengira kamu demam sampai tidak sadarkan diri," Kata Bayu"Aku sendiri tidak tah
Salaar Bayu menepuk jidad nya. Ia jelas berpikir bahwa Senja begitu polos. Ia bahkan tidak tahu jika ia memiliki barang bagus ditangannya. "Sen, ini gelang kaum Ayn. Apakah kamu juga tidak tahu jika kamu punya roh pelindung?" Tanya Bayu"Roh pelindung? Aku tahu kalau soal itu, dia lebih mirip hantu, aku beberapa kali dibuat takut olehnya. Eh, apakah kamu juga memilikinya, Bay?” Kata Senja yang baru menyadari nyaBayu mengangguk. Ia kemudian berniat membawa Senja ke rumahnya dan memberitahu apa kegunaan gelang yang mereka miliki. "Besok aku akan mengajakku kerumah. Akan ku beritahu bagaimana cara menggunakan gelang kaum ayn," kata Bayu"Waah, itu pasti akan menyenangkan," Kata Senja bersemangat"Apa kamu masih memiliki orang tua lengkap, Bay?" tanya Senja lagi"Tidak. Mereka telah meninggal. Sejak usia 14 tahun aku telah hidup sendiri. Rumahku ada di batas hutan, sejak mereka tiada, aku masuk ke hutan setiap hari dan aku bertemu banyak mahluk disana, secara alamiah aku berteman den
Pulang ke Rumah(13) "Besok aku akan patroli. Apa rencanamu besok?” tanya Bayu"Bolehkah aku ikut patroli?" Tanya Senja kembali"Mmm... Boleh. Kamu harus membawa peralatan memadai besok. Ambilah di pos utama," Kata Bayu"Apa kamu akan menghubungi orang tuamu? Disini ada sinyal GPS. Kamu bisa menghubungi orang rumah," Kata Bayu lagi"Aku jelas membuat mereka khawatir. Tapi aku merasa tidak memiliki apa-apa untuk dibawa pulang, sepertinya lebih baik aku menundanya sampai aku siap untuk bertemu mereka," Kata SenjaSenja tahu pekerjaanya tak begitu disukai oleh orang tuanya. Belum lagi ia sebelumnya telah gagal untuk naik pangkat. Jelas itu bukan kabar yang baik. Senja ingin saat dia pulang, setidaknya ada hal membanggakan untuk kedua orang tuanya. "Bay, menurutku ini keren. Gelang kita menjadi kembar identik. Apa mungkin kekuatan kita bisa digabung?" Tanya Senja"Andai kita punya mentor kita pasti akan segera tahu apa saja yang bisa kita lakukan dengan ini. Ah sudahlah, hari sudah mulai
Senja pergi ke pos utama. Ia menulis di dalam surat ijin masuk hutan sebagai relawan pendukung jagawana. "Waah, apa kubilang, Sen sangat tertarik untuk menjadi jagawana di Hutan Sungai Hitam, hahaha. Apa kau diam-diam merekrutnya, Bay? " Kata Sam"Bapak ketua Tim, sepertinya anda sangat bersemangat hari ini. Bagaimana kalau kita berpatroli bersama. Bukankah peraturan tidak membolehkan relawan bertugas tanpa pendampingan dua jagawana Senior?" Kata Bayu yang sengaja mengajak Sam "Bay, aku sedang libur. Tak bisakah kau tidak menggangguku?" Kata Sam sangat malas"Tenang saja. Area patroli ku bukan tebing atau tanah gambut. Aku hanya akan ke berkeliling di lembahan dan pungggungan bukit yang kemarin terbakar, aku akan mengecek satwa disana," Kata Bayu"Baiklah. Tapi dengan satu perjanjian. Porsi makanku dua kali lebih banyak daripada kau, haha," Kata Sam"Oke. Tidak masalah," Kata Sam yang kemudian mengemasi tas dan mengisinya dengan peralatanBayu memandu Senja untuk mengecek bawaanya s