Share

Monster Saltic

Whooooosh! Slash!

'Apa ini?' 

Nafas Senja tersengal-sengal. Jantungnya berdegup tak karuan. Ia melihat ada semacam tombak jatuh tepat depanya. Matanya mengarah keatas, ia berusaha mencari ujung benda yang terlihat tinggi menjulang. Tubuhnya berbalik mengikuti  sumber si empunya. Benda yang ia kira adalah semacam senjata atau tombak adalah kaki laba-laba besar. 

Senja mencoba tenang. Ia melihat mata laba-laba besar itu. Mata berputar dan terus bergerak. Di mulutnya ada sesuatu yang berwarna biru. Itu mirip dengan batu yang ia temukan sebelumnya. 

'Aku akan diam, baiklah aku akan diam dan berusaha untuk tidak bernafas,' kata Senja dalam hati

Mata mahluk itu terus bergerak seperti sedang mencari sinyal. Tiba-tiba sinar matahari mengenai mata mahluk besar itu, ia pun meloncat tinggi ntah kemana arahnya. 

Senja bergegas kembali ketempat dimana teman-teman nya berada. Ia berlari tergopoh-gopoh menerobos semak belukar. 

"Ella, Ella, aku bertemu dengan mahluk besar seperti laba-laba, hampir saja aku dimangsa olehnya," Kata Senja dengan nafas yang masih tersengal-sengal

"Benarkah? Itu Monster Saltic, Sen." Kata Ella

Monster Saltic adalah mahluk mirip laba-laba dengan tinggi sekitar 10 m. Mahluk itu memiliki empat pasang mata dengan sepasang mata yang terus bergerak. Empat kaki depan digunakan untuk memangsa dan empat kaki belakang digunakannya untuk melompat. Monster itu hidup di semak-semak dan pepohonan besar.

Monster Saltic memiliki mata yang terbaik untuk memangsa. Mata anterior besar Saltic menjadi alat penglihatan tiga dimensi yang sangat jelas dengan tujuan untuk memperkirakan jangkauan, arah, dan karakter mangsa potensial, sehingga memungkinkanya untuk mengarahkan lompatan dan menyerangnya dengan sangat presisi.

"Apa yang kamu lakukan? Kenapa sampai monster itu muncul, Sen?” tanya Ella

" Aku sedang mengumpulkan embun dari dedaunan, kemudian aku menemukan ini, batu biru yang bercahaya," Kata Senja

"Itu adalah cairan racun yang membeku dari Monster Celtic. Kamu bisa menyimpannya, Sen." Kata Ella

Ibu Upe menggendong Kalyani. Senja memandang bayi itu. Ia baru saja melihat mahluk yang bisa saja memangsa nya tanpa ampun. Keselamatan yang dialaminya adalah keberuntungan besar. Tapi ia tahu, rintangan di depannya tak selalu lebih mudah. 

Setelah beberapa jam. Mereka sampai di dekat daratan yang penuh dengan air menggenang. Warna airnya tampak hitam. Itu adalah lahan gambut. 

Sungai hitam mengalir tak jauh dari sana. Sungai yang terlihat begitu pekat dan dalam. Airnya terlalu banyak mengandung unsur hara, Senja tahu meski disana banyak air menggenang tapi ia tak dapat meminumnya. 

"Kita tidak bisa membuat perapian disini, Ella. Terlalu berbahaya, jika terbakar, akan sulit dipadamkan. Kita harus bergegas membuat perkemahan setelah menyebrangi daratan berair ini," Kata Senja

Aaaa! Aaaa! 

Senja bergegas mendakati Ibu Upe. Ia melihat kakinya tak dapat ia gunakan untuk berjalan dengan baik. 

"Apa yang terjadi Ibu Upe?” tanya Senja

"Kakinya mati rasa, seperti tersengat sesuatu," Kata Ella yang mengartikan apa yang dikatakan Ibu Upe saat itu

"Sebentar lagi kita akan sampai ketempat aman, tak bisakah Ibu Upe menahannya? Kemarilah, biarkan aku menggendong Kalyani," Kata Senja 

Ibu Upe terlihat mengangguk. Senja menggendong Kalyani dan memapah Ibu Upe. Tas ransel miliknya juga masih menempel setia di punggung nya. Ini jelas bukan hal mudah, tapi bukan berarti ia tak dapat melewatinya. 

Setelah kurang lebih satu jam. Mereka akhirnya memutuskan untuk berhenti dan membuat perapian. Senja memastikan jika tanah dibawah perapian bukanlah gambut. Ia harus berhati-hati agar semua bisa selamat. 

"Ella, tolong buatkan pagar pelindung untuk mereka. Aku akan mencari air di dekat sini," Kata Senja

"Baiklah. Hati-hati, Sen. Ini bukan daerah kita, tetaplah waspada," Kata Ella

Kemudian Senja pergi mencari air seperti sebelumnya. Ia tidak bisa meminum air dari sungai hitam. Ia pun tak menemukan mata air setelah berjalan. Ia teringat, bahwa tumbuhan pun dapat menghasilkan air. 

Tepat di depannya ada akar yang menempel pada pohon besar. Akar itu berumpun memutari pohon yang menjulang tinggi. Ia nyaris tak melihat daunnya. Setiap batangnya berdiameter cukup besar sekitar 15cm. Senja pikir itu rotan, ia pun memotong bagian atas dan bawahnya, namun ia terkejut akar itu meneteskan air. Itulah akar Liana. Ia pun segera menampung airnya dengan wadah yang ia bawa. 

Tiba-tiba telinganya berdengung. Itulah tanda jika Ella datang mendekati dirinya. 

"Sen! Cepat! Ibu Upe dibawa monster Saltic itu," Kata Ella

"Bukankah sudah aku bilang, buatkan pagar pelindung untuk mereka?” kata Senja panik

"Sudah. Itu tidak berhasil sama sekali. Monster Saltic itu datang dan tiba-tiba menyemburkan lendir jaringnya, aku sudah berusaha melawannya tapi jaringnya begitu kuat, Sen,"kata Ella 

"Bagaimana dengan Kalyani?" Tanya Senja

"Laba-laba itu tak membawanya karena Kalyani menangis begitu keras. Aku telah membuat pagar pelindung ganda untuknya. Setelah menggulung Ibu Upe dengan jaring, monster itu langsung kabur melompat keatas pohon," Kata Ella

"Baiklah, kita harus segera ketempat Kalyani berada," Kata Senja yang kemudian berlari menerabas tanaman perdu disekitarnya

Sesampainya ditempat Kalyani berada dan ia masih menangis menjerit. Bayi itu jelas ketakutan, meski matanya belum bisa melihat. Tangisannya membuat Senja bergegas mengambil kain untuk menggendongnya. Tangan senja menggenggam tangan bayi itu. 

"Tenanglah sayang, kita akan melewati malam ini dengan aman dan kita akan segera menemukan ibumu," Kata Senja merasa ragu untuk melakukannya. 

"Monster Saltic lebih aktif saat malam hari, ia mencari mangsa dan melompat kesana kemari dengan bebas tanpa takut ada cahaya matahari yang akan melukai matanya," Kata Ella

"Ah iya benar. Itu artinya saat matahari bersinar terang, kita bisa bebas darinya, saat itulah kita bisa membebaskan Ibu Upe," Kata Senja

"Aku tidak yakin, Sen. Saat monster Saltic membawa mangsa ke sarangnya ia pasti sudah menyuntikan cairan enzim yang bisa melemahkan mangsanya, setelah mereka mati dan membusuk, monster itu akan menyedot cairan dari mangsanya," Kata Ella

"Menjijikan. Itu artinya dia harus menunggu sampai mangsa dalam kepompong mati dan mencair? Berapa lama waktu yang ia butuhkan untuk membuat cairan kepompong makanannya itu?” tanya Senja

"Ntahlah, dua sampai tiga hari. Ia pasti memiliki banyak kepompong dalam sarangnya untuk dijadikan makanan hariannya," Kata Ella

"Waaaah. Apa saja yang bisa jadi makanannya? Ia pasti sangat bagus dalam manajemen, sampai-sampai ia mengumpulkan makanan untuk stoknya," Kata Senja tertawa sinis

"Apa saja. Ada banyak binatang di dalam hutan ini, ia pasti memakannya," Kata Ella

"Aku pikir dia sangat sensitif dengan gerakan, saat kita bergerak dia dengan cepat melihat kita," Kata Senja

"Ya. Benar sekali. Saat tadi monster itu menangkap Ibu Upe, itu karena Ibu Upe mencoba berlari lalu seketika ia menyemburkan jaring ke arahnya dan membuatnya berhenti bergerak. Gerakan Ibu Upe mempermudah jaring itu saat melilitnya," Kata Ella

Senja tak tahu apa yang harus dilakukannya. Ia mencoba berpikir apa yang biasanya ditakuti oleh serangga peloncat seperti Monster Saltic. 

"Apa kelemahannya?" Tanya Senja

"Sinar UV dari matahari, matanya akan terasa sakit saat cahaya itu mengenai matanya. Penglihatan Monster Saltic akan kacau karenanya," Kata Ella

"Itu artinya satu satunya cara adalah kita bergerak cepat saat matahari bersinar sangat terik,"

Ella berkata padanya jika mata monster itu sangat presisi untuk menjangkau jarak tiga kali dari ukuran tubuhnya. Jalannya pun begitu tenang,tak terasa getarannya diatas tanah. Senja tahu keberadaan monster itu manakala kaki depannya menancap dan menembus dedaunan. Tapi gerakannya sangat tidak bersuara. Bahkan badan besarnya tak nampak diantara semak-semak. 

Senja menemukan sisa jaring yang ditinggalkan Monster Saltic. Ia memegangnya lalu menariknya namun tidak bisa membuatnya putus atau robek. Jaring itu sangat alot dan keras. Senja memilinnya dan menjadikannya seperti tali yang kuat. 

"Lihat, Ella. Jaring ini bisa kita gunakan sebagai tali," Kata Senja

Tiba-tiba batu biru bercahaya jatuh dari sakunya. Batu biru itu mengenai jaring yang dipegang Senja, saat diperhatikan jaring itu tiba-tiba meleleh saat terkena batu biru itu. 

"Waaah, bukankah itu ajaib? Benda dari badannya adalah sesuatu yang bisa menghancurkan senjatanya," Kata Senja merasa senang 

"Untung saja aku memunguti batu biru bercahaya cukup banyak, lihat di saku kanan kiri dan di celana panjangku semua penuh dengan batu biru bercahaya, haha," Kata Senja

"Apa kamu pikir itu berlian yang bisa kau jual? Kau membawanya seolah membawa harta karun dengan tidak menyisakan se senti celah di saku mu," Kata Ella

Kalyani mendadak menangis. Kaki dan tanganya begitu dingin,  ia mungkin kedinginan atau kelaparan. Senja memberikannya air minum yang ia dapatkan dari akar Liana. Apapun dilakukannya demi bertahan. 

Tangisannya semakin menjadi. Senja terus berusaha menenangkannya. Ia pun membisikan nyanyian pada telinga Kalyani. Angin terasa menyapu pipinya, itu artinya Ella pergi dan menjauh dari dirinya berdiri. 

"Kemana Ella pergi? dia meninggalkan aku sendiri lagi," Kata Senja

Senja memberi Kalyani buah murbei dan memeras nya. Meneteskan sari nya ke dalam mulut Kalyani. Ia berangsur berhenti menangis meninggalkan sesenggukan yang lama berhenti. 

 

Senja tidak tahu apa lagi yang akan terjadi esok. Ia akan mencari kemana laba-laba itu membawa Ibu Upe, karena ia pasti meninggalkan jejak. Tak dipungkiri, rasa takut dan putus asa menghampirinya saat ini. Ia belum menemukan cara jika monster Saltic datang lagi padanya. 

Kini ia tak memiliki makanan cukup. Ia hanya memakan dedaunan dan beberapa protein dari kepompong yang ia temukan. Memakan apapun yang bisa ia temukan. 

Ia menempelkan Batu biru bercahaya di ujung mata panahnya. Ia pikir itu akan  berguna. Lalu membuat serbuk dari Batu biru itu, menempatkannya dalam sebuah wadah agar tidak berceceran. 

"Kau makan sendiri racunmu!" Kata Senja sambil terus melumat Batu biru dengan Batu besar di tanganya

Malam berlalu begitu lama. Rasanya ini bukan semalam, hawa mencekam dan tidak tenang. Akhirnya Kalyani tertidur begitu juga dengan Senja yang terlelap mendekap nya. Perapian yang dibuat Senja pun padam dengan sendirinya. 

Hawa dingin dini hari mulai merayap. Begitu juga kabut yang tebal mulai turun menutupi pepohonan di lembah. Senja membuka matanya pelan-pelan, ia sudah melihat Ella yang terbang mondar mandir di depannya. 

"Bagaimana kau bisa tidur begitu tenang, Sen? Disaat seperti ini," Kata Ella

"Aku tidak sengaja tertidur saat lelah menenangkan Kalyani. Lalu kamu, dari mana saja kau Ella," Kata Senja

"Aku mencari jejak monster saltic dan aku tahu kemana ia membawa Ibu Upe. Letaknya tak terlalu jauh dari sini. Tapi aku tak yakin apa manusia sepertimu bisa sampai ketempat itu tanpa sayap," Kata Ella

"Bagaimana kondisi Ibu Upe saat kamu melihatnya?" Tanya Senja

"Dia baik-baik saja, hanya saja jaring lengket mengikat keseluruhan tubuhnya. Jika kita tidak cepat, mungkin ia akan mati karena kurang oksigen, " Kata Ella

"Kita harus punya rencana agar semua selamat, semalaman kupikirkan terlalu sulit melawan mahluk besar itu sendirian, jadi yang bisa kita lakukan hanya menyelamatkan diri dan bersembunyi menjauh darinya," Kata Senja

"Baiklah. Aku punya ide," Kata Ella

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status