Bintang Ayudia Hapsari. Gadis cantik itu, dengan kucir kuda dirambutnya duduk diantara penonton lainnya. Menyemangati seseorang yang tengah berjuang dilapangan. Teriakan demi teriakan ia suarakan hanya untuk Galaxy Semesta Bintari, kekasihnya. Suaranya sampai serak karena tak berhenti berteriak.
Gemuruh mulai terdengar di GOR dimana pertandingan sedang berlangsung. Suara suporter dari masing-masing tim saling adu semangat. Bintang tak mau kalah. Walau badannya kecil, tapi suaranya yang melengking mampu terdengar oleh Gala. Ya, hanya Gala yang bisa mendengarnya. Sesekali pemuda itu mencuri pandang dan tersenyum kepada gadisnya. Dan Bintang pun akan berteriak semakin keras lagi.
“Go go Galaxy... Galaxy... Galaxy...”
“Ciee yang lagi nyemangatin yayangnya” goda Mondy Ayuna-sahabat Bintang yang baru saja tiba. Keduanya sangat dekat sejak duduk di bangku SMA.
“Iya dong, biar tambah semangat dan menang. Yeeeeey, bawa minum, Mon? Aku haus.” Bintang menengadahkan tangannya, tanda meminta pada Mondy.
“Lah, itu air minum.” Mondy menunjuk botol minum dipangkuan Bintang.
“Ini khusus buat Gala tau,” ucapnya sambil merebut botol minuman yang ada di genggaman tangan Mondy.
Mondy hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah sahabatnya itu. kembali mereka fokus pada pertandingan ditengah lapangan basket.
Ia tidak menyangka Bintang bisa bertahan dengan Gala-si play boy kampus hingga hari ini. Mereka sudah seperti perangko. Dimana ada Gala, disitu ada Bintang. Tidak ada yang tidak mengenal dua sejoli ini dikampus.
Gala dengan wajah tampan, tubuh atletis serta mudah bergaul membuat pemuda itu gampang sekali dekat dengan siapa saja, termasuk dengan para gadis. Membuat Bintang terkadang harus memasang memberi kode kepada gadis yang mendekati Gala agar tak terlalu dekat dengan kekasihnya itu.
Sedangkan Bintang, gadis cerdas dengan wajah cantiknya serta tubuh seksinya yang membuat Gala jatuh cinta.
Tanpa terasa hubungan mereka sudah hampir satu tahun. Kuliah dikampus yang sama membuat Gala dan Bintang sering berjumpa. Setiap ada kesempatan, mereka akan pergi bersama ketempat yang mereka inginkan, atau minimalnya jika tidak ada waktu hanya makan bersama dikantin.
Pertandingan telah usai. Tim Gala unggul 10 Point dari tim lawan. Mereka menang. Setelah selesai bersalaman dengan tim lawan, Gala berlari menghampiri Bintang dan duduk disebelahnya. Tampak peluh memenuhi sekujur tubuh pria itu. Bintang memberikan botol minum kepada kekasihnya.
“Thanks Bi..” Gala menengguk air pemberian Bintang hingga berkurang setengah botol. ‘Bi’ adalah panggilan sayang Gala untuk Bintang dan hanya dia yang memanggil Bintang dengan panggilan itu.
Bintang mengangguk pelan dan mengalungkan handuk di leher Gala. Mulai mengusap peluh yang masih terlihat jelas tetesannya. Membuat sang kekasih tersenyum mendapat perlakuan seperti itu dari Bintang.
“Makasi ya udah datang dan support aku,” ucap Gala sambil tersenyum. Sedikit banyaknya, kedatangan Bintang sangat berarti untuk Gala, memiliki arti tersendiri setiap kali Gala bisa melihat wajah kekasihnya itu.
Bintang menatap lekat wajah Gala. Hari ini terlihat sedikit berbeda dari biasanya. Meski kemenangan sudah ditangan, namun raut wajah pemuda itu mengisyaratkan sesuatu. Seperti ada yang mengusik pikirannya. Hanya Bintang yang mampu membaca perubahan raut wajah itu.
“Ada sesuatu yang ingin kamu katakan padaku?” tanya Bintang ketika Gala menyugar rambutnya frustasi.
Pemuda itu hanya menjawab dengan gelengan kepala dan kembali menengguk sisa Air minum dalam botol.
Sudah beberapa hari Bintang tak bertemu dengan Gala karena harus latihan ekstra. Setidaknya diwaktu yang bahagia ini ia ingin melihat wajah ceria dari kekasihnya itu.
Tampak dari kejauhan, seorang pria dengan baju kuning dan memakai topi melambaikan tangan kearah mereka. “Sepertinya ada panggilan dari timku, aku kesana dulu ya.” Gala berdiri dan mengusap sayang kepala Bintang sebelum pergi.
Saat Gala berjalan kelapangan, banyak perempuan yang melirik dan bersorak kearahnya. Pesona sang pemuda tampan tak pernah luntur dalam keadaan apapun. Apalagi dilapangan basket seperti ini, dengan badan penuh dengan keringat. Mereka tak segan-segan menggoda Gala meski Bintang ada disana.
“Kamu nggak cemburu pacar kamu disorakin cabe-cabean gitu?” tanya Mondy yang masih setia menemani Bintang disana. Maklum saja, jomblo akut. Jadi tidak ada tempatnya pergi selain selain mengekori kemanapun bintang pergi.
“Kamu nggak lihat ada asap diatas kepalaku?” Bintang melirik Mondy dengan sinis. Kalau bukan karena ini tempat ramai dan ia harus menjaga sopan santun sebagai pacar dari seorang Galaksi Semesta Bintari, sudah dipastikan sejak tadi Bintang menerjang gadis-gadis yang menggoda Gala.
“Oh, pantesan dari tadi aku nyium bau hangus,” jawab Mondy dengan cengiran khasnya. “Masih mau nungguin Gala?” tanyanya yang langsung dijawab dengan anggukan dari Bintang.
“Kalau gitu, aku duluan ya..”
“Mau kemana? Nggak jadi ikutan makan bareng?”
“Aku ada janji mau nemenin mama ke mall.” Mondy langsung memeluk Bintang sebelum pergi. “Selamat bersenang-senang Bebebku..”
Gadis itu melenggang begitu saja, meninggalkan Bintang yang melambaikan tangan padanya.
Yeah, meskipun bersama sahabat itu menyenangkan, terkadang Mondy juga merasa menjadi pengganggu diantara dua sejoli itu meski sebenarnya dia jadi obat nyamuk disana.
Sudah lebih dari satu jam Bintang menunggu namun Gala tak jua muncul. Bintang merasa jenuh. Ia memutuskan untuk pergi meninggalkan tempat duduk penonton dan berjalan keluar Gor.
Namun sesuatu hal yang tak terduga terjadi didepan mata Bintang. Pria yang sejak tadi dinantinya kini sedang bercumbu dengan gadis lain didepan toilet pria yang bersebelahan dengan toilet wanita.
“Kamu nggak puas sama bibir aku?” ucap Bintang sambil terus menatap kearah dua sejoli dihadapannya dengan tajam.
Bagaimana bisa pria yang sudah setahun ini menjadi kekasihnya, sejak tadi pula ia menanti kehadiran pria tersebut, ternyata hal mengejutkan sedang dilakukan Gala dibelakangnya.
Mendengar namanya dipanggil, dua bibir yang sebelumnya menyatu kini langsung terpisah. Gala mendorong tubuh gadis yang menghimpitnya dan berlari kearah Bintang.
“Bi... Aku bisa jelasin..”
“Nggak ada yang perlu dijelasin. Kita sampai disini aja. Aku nggak mau menjalin hubungan dengan seorang penghianat.
Plaakk..
Dengan air matanya berlinang, Bintang pergi meninggalkan Gala yang terus mengejarnya. Hatinya sakit. Hancur berantakan.
Gala adalah cinta pertama Bintang. Banyak harapan yang ia selipkan pada pria itu. Tapi kejadian ini menyadarkan padanya bahwa tak ada manusia yang bisa dipercaya didunia ini.
“Bi.. Tunggu..”
Gala mencoba menahan kepergian Bintang dengan menarik tangan gadis itu. Ia ingin menjelaskan alasan yang sebenarnya.
“Dengerin penjelasan aku, Bi..”
“APA YANG MAU KAMU JELASIN LAGI? SEMUANYA UDAH JELAS. KAMU CIUM DIA DIDEPAN AKU, GALA. KAMU JAHAT BANGET TAHU GAK?!”
Bintang terus berusaha melepaskan lengannya dari cengkraman tangan Gala disela tangisnya. Ia tidak tahu lagi harus bagaimana. Hatinya benar-benar hancur saat ini.
Gala langsung terdiam. “Oke. Kita putus. Aku akui aku bukan orang suci yang hanya menyentuh satu perempuan saja. kamu juga nggak perlu sok suci. Bukannya diluar sana kamu juga disentuh oleh orang lain.”
Plaakkk...
Tangan Bintang yang baru saja terlepas dari pipi Gala gemetar karena ucapan dari pria itu.
“Silahkan lanjutkan hubungan kamu dengan dia. Semoga bahagia," ungkap Bintang dengan mata berlinang.
Ucapan terakhir Bintang sebelum menghilang dari balik tembok Gor yang menjadi saksi perpisahan dua sejoli ini.
TO BE CONTINUED
Halo Readers sayang.. selamat datang di Novel pertamaku diGoodNovel.. Semoga kalian suka..
“Kamu beneran putus sama Gala?” tanya Mondy ketika dirinya sedang berada di kosan Bintang. Sore hari setelah perkuliahannya selesai gadis itu selalu mampir kekosan Bintang jika sahabatnya itu tak ada jadwal kencan dengan Gala.Tapi akhir-akhir ini Bintang selalu memiliki waktu luang sehingga membuat Mondy merasa penasaran. Apalagi disekitaran kampus juga beredar kapar tentang putusnya jalinan asmara dua bintang kampus itu tepat sebulan yang lalu.“Iya.”“Kenapa?”“Udah males.”Jawaban-jawaban singkat dari Bintang membuat Mondy langsung mencubit gemas pipi sahabatnya itu. Mondy tahu dengan jelas bagaimana Bintang sangat menyukai Gala, dan sampai terakhir mereka bertemu, keduanya masih saling melempar tatapan sayang dan cinta. Sampai-sampai Mondy mau muntah melihatnya.&ld
“Selamat pagi anak-anak!” sapa Bintang ramah. 3 tahun sudah Bintang mengajar disalah satu Sekolah Taman Kanak-kanak di Bandung. Dan hari ini adalah hari pertama masuk sekolah, jadi Bintang harus tampil seceria mungkin di depan siswa siswi barunya.“Selamat pagi Ibu Guru..” Anak-anak itu menjawab sapaan Bintang. Ada pula yang masih menangis memandangi keluar jendela, memastikan orang tuanya masih menunggu diluar atau justru meninggalkannya.“Selamat datang di TK Pelita Bunda. Perkenalkan, nama ibu Bintang Ayudia Hapsari. Kalian bisa panggil Ibu Bintang,” ucap Bintang diawal perkenalan dirinya. “Coba, ibu mau kenalan dulu dong sama anak-anak ibu. Nanti kalian maju kedepan satu-satu dan sebutkan nama serta nama ayah dan ibu kalian ya..”
“Ibu mau kok jadi mamanya Samudra.. Tanpa harus menikah dengan Papanya Samudra..” Bintang menambahkan penjelas dalam kalimat terakhirnya. Ia tak mau Sam salah sangka.“Beneran Bu? Ibu bisa jadi mama Sam?” Sam kembali memeluk Bintang dengan mata berbinar. “Terima kasih ya bu udah mau jadi mama Sam.”‘Ya tuhan, anak sekecil ini harus hidup tanpa ibunya?’ ucap Bintang dalam hati. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana sepinya kehidupan Sam tanpa ada seorang ibu disampingnya. Bintang semakin mengeratkan pelukannya.Pertama kali dalam hidupnya Sam menjalin komunikasi bersama orang lain dan itu sangat menyenangkan. Biasanya ia hanya sendiri di Rumah, ditemani pengasuhnya.“Hhmmm,
Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam.Pesan teks masuk.081962xxxxxx : Terima kasih sudah mengantar Sam pulang dengan selamat.‘Cchhh, orang ini jam segini baru aktifin ponselnya? Untung anaknya diantar sama orang baik plus cantik kayak aku. Coba ketemu orang gila, belum sampe rumah kali tu anak,’ ucap Bintang dalam hati.Bintang: Sama-sama. Saran saya, kalau mau jemput Sam harap tepat waktu. Kasihan Sam jika harus menunggu lama.Bintang mengirim pesan tersebut langsung saat itu juga. Dirinya tidak perduli sudah jam berapa saat itu.Setelah memastikan tidak ada balasan, Bintang menarik selimutnya dan tidur.
Bintari GroupSeorang pria memakai setelan jas berwarna hitam. Memiliki wajah tampan, garis rahang yang tegas, hidung mancung, alis tebal dan memiliki iris mata berwarna biru. Pria itu duduk dibalik meja kerjanya. Didepan meja tersebut terdapat sebuah papan nama yang bertuliskan ‘Ceo Bintari Group, Galaxy Semesta Bintari.’Ya, Kini Gala menjadi seorang pimpinan tertinggi di perusahaan milik keluarganya. Ketika Gala telah menyelesaikan pendidikannya dengan hasil yang sangat baik, Arya Bintari memutuskan untuk pensiun. Ia menyerahkan kepemimpinan perusahaan yang sudah dibangun oleh ayahnya kepada Gala, putra satu-satunya.Dengan bakat yang dimiliki Gala dalam mengelola bisnis, kini perusahaannya menjadi 1 diantara perusahaan yang dilirik oleh pihak asing untuk berinve
“Papa mana ya? Kok belum datang juga?” tanya Sam lesu. Sejak tadi lehernya terus terulur kearah gerbang sekolah dan berharap mendapati mobil Gala datang untuk menjemputnya.Bintang yang baru saja selesai rapat, terkejut melihat Sam masih berada di sekolah. Bintang langsung berlari menghampiri Sam yang terlihat pucat. “Samudra, kamu masih disini? Ayo ibu antar pu...... astaga, panas sekali badanmu, nak.” Bintang kaget saat memegang tangan Sam, panas. Tanpa menunggu jawaban, Bintang langsung menggendong Sam kemobil dan membawa Sam ke Klinik terdekat.“Bagaimana, Dok?” tanya Bintang setelah Sam selesai diperiksa dokte
Mereka berjalan kelantai dua, langsung menuju kamar Sam. Baru saja membaringkan Sam diatas tempat tidur, ponsel Gala berdering.“Halo Kiran.. Tidak bisakah kau rubah jadwal pertemuan sore ini? Sepertinya aku tidak bisa pergi.” Gala mencoba untuk mengatur ulang jadwalnya dan tetap dirumah untuk menjaga Sam.“Tapi klien sudah menunggu anda, pak,” jawab Kiran dari sebrang sana.Gala menghela napas pelan. Pada akhirnya ia harus pergi meninggalkan Sam yang masih sangat membutuhkannya. “Baiklah. Aku akan segera kesana.”“Papa akan meninggalkan aku lagi?” tanya Sam sedih setelah mendengar percakapan Gala dan Kiran. Matanya mulai berkaca-kaca karena merasa akan ditinggal oleh Gala.
Jam sudah menunjukkan pukul 02.00, tapi Gala masih belum bisa tidur. Ia berdiri didepan jendela kamar Sam, memandang dengan tatapan kosong keluar jendela. Ada banyak hal yang mengganggu pikirannya, terutama tentang Bintang.Terdengar suara gerakan dari tempat tidur, membuat Gala membalikkan badan dan melihat Bintang sedang berdiri dibelakangnya.“A...anda su..sudah pulang?” tanya Bintang terbata. Ia terkejut karena terbangun masih berada dikamar Sam dan ada laki-laki asing disana. “Maaf saya ketiduran tadi waktu membacakan buku cerita. Karena Sam sudah membaik dan andapun sudah disini, saya permisi,” sambungnya.“Tidak baik seorang gadis pulang sendirian. Tidurlah disini sampai pagi,” pinta Gala tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah Binta